| dc.description.abstract | Food Waste (FW) menjadi masalah global dan nasional yang belum dapat
terselesaikan. Pada tahun 2021, rata-rata timbulan FW global mencapai 121 kg/kap/tahun dan di Indonesia selama 20 tahun terakhir sebesar 5-19 juta ton/tahun.
Rumah tangga merupakan kontributor terbesar FW di global (60%) dan Indonesia
(80%). Tingginya FW bersamaan dengan masalah kerawanan pangan dan gizi. Saat
menghadapi kondisi rawan pangan rumah tangga akan melakukan berbagai
tindakan salah satunya adalah Food Coping Strategies (FCS) untuk meningkatkan
ketersediaan pangan. Hingga saat ini belum ada penelitian kuantitatif terkait FW,
FCS dan ketahanan pangan secara bersamaan di tingkat rumah tangga berisiko
stunting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis FW (jumlah, jenis dan kategori pembuangan), determinan FW, ketahanan pangan dan FCS yang diterapkan rumah tangga serta menganalisis hubungan FW dan FCS terhadap
ketahanan pangan rumah tangga berisiko stunting.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method. Pengukuran FW dan
determinannya, ketahanan pangan dan FCS dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sementara itu adaptasi dan pengembangan kuesioner FCS menggunakan pendekatan kualitatif dengan Focus Group Discussion (FGD).
Adaptasi kuesioner RCSI dilakukan dengan penambahan kategori, paraphrase
pertanyaan, penambahan strategi mencegah dan mengurangi FW untuk
meningkatkan ketahanan pangan serta penetapan konsensus rank keparahan
perilaku berdasarkan persepsi rumah tangga.
Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia. Provinsi Jawa Barat
dipilih karena berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia 2020 sebanyak
(31,8%) penduduk tinggal di Jawa Barat atau setara dengan 5.427.068 jiwa (BPS Provinsi Jawa Barat 2021). Hal ini menjadikannya konsumen pangan terbesar di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor pada bulan Juli 2023
dan proses pengumpulan data dilaksanakan selama 7 hari yang dimulai pada tanggal
17 - 25 Juli 2023. Penentuan lokasi penelitian di Kabupaten Bogor ditentukan
secara purposive karena merupakan wilayah terpadat di Provinsi Jawa Barat dan pertimbangan lain merupakan satu dari 100 kabupaten/kota untuk intervensi stunting. Pemilihan kecamatan yang masuk wilayah perdesaan dan perkotaan
mengacu pada klasifikasi Desa Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia menurut BPS (BPS Provinsi Jawa Barat 2021). Kecamatan Ciampea dipilih sebagai wakil
wilayah dengan karakteristik perkotaan dan Kecamatan Sukajaya dipilih mewakili
wilayah dengan karakteristik perdesaan.
Populasi penelitian ini adalah keluarga berisiko stunting dengan kriteria inklusi menurut kriteria BKKBN 2021 dan kriteria eksklusi yang ditetapkan adalah salah satu anggota rumah tangga sakit berdasarkan keluhan. Perhitungan jumlah
sampel yang terlibat dalam penelitian kuantitatif mengacu pada metode SNI 19-
3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah Perkotaan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 168
sampel (rumah tangga) yang terdiri dari 103 rumah tangga daerah perkotaan dan 65
rumah tangga di wilayah perdesaan. Sementara itu, total informan dalam penelitian
kualitatif (FGD) sebanyak 10 orang. Data sosioekonomi rumah tangga, pengukuran
FW dan determinannya, ketahanan pangan dan FCS rumah tangga dikumpulkan
dengan kuesioner. Analisis data menggunakan IBM SPSS 26 yang meliputi analisis univariat (uji deskriptif), analisis bivariat (uji korelasi Rank Spearman dan Chisquare
test (ꭓ2)), dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan
nilai p<0,05 dan nilai Confidence Interval (CI) 95% yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent.
Rata-rata FW di daerah dengan karakteristik perkotaan dan pedesaan Kabupaten Bogor adalah 5,01 kg/kap/tahun (pedesaan: 5,51 kg/kap/tahun;
perkotaan: 4,8 kg/kap/tahun). Jenis pangan yang paling banyak terbuang dikedua
wilayah adalah adalah sayur-sayuran (40%) yang setara dengan 1,92 kg/kap/tahun
dan serealia (18%) atau setara dengan 0,84 kg/kap/tahun. Alasan utama membuang makanan di wilayah perkotaan (64,6%) terkait dengan perilaku konsumsi yaitu tingginya sisa makanan di piring per orang setelah makan dan wilayah perdesaan
(48,5%) terkait dengan praktik penyimpanan yang tidak tepat.
Determinan FW rumah tangga perkotaan adalah pengetahuan yang kurang tentang FW (OR=3,49, CI=1,39–8,79) serta tidak menerapkan perilaku
perencanaan pembelanjaan dan menu sesuai preferensi keluarga (OR=2,77,
CI=1,14–6,73) sedangkan determinan FW rumah tangga wilayah perdesaan adalah
tidak menyimpanan dengan benar (di dalam kulkas/tempat tertutup) (OR=3,81,
CI=1,22–12,03). Status ketahanan pangan rumah tangga kedua wilayah sebagian
besar (63%) masuk kategori rawan pangan (perkotaan: 63%; perdesaan 62%). Food
coping strategies yang banyak diterapkan rumah tangga di kedua wilayah saat
menghadapi kerawanan pangan adalah membatasi porsi pada waktu makan
(perkotaan: 64,1%; perdesaan: 52,3%). Strategi yang dilakukan rumah tangga untuk mencegah dan mengurangi FW di wilayah perkotaan adalah perencanaan pembelanjaan (p=0,047, r=-0,185) dan di wilayah perdesaan adalah strategi
pengelolaan sisa makanan (p=0,038, r=-0,258). Penelitian ini menemukan bahwa
terdapat hubungan nyata positif antara FCS dan ketahanan pangan rumah tangga wilayah perdesaan (p=0,007, r=0,331). Tidak terdapat hubungan antara FW dengan ketahanan pangan namun memiliki arah hubungan yang negative (p=0,668, r=-
0,033) dan timbulan FW tinggi pada rumah tangga rawan pangan (perkotaan: 10,58 kg/kap/tahun; perdesaan: 13,31 kg/kap/tahun) dibandingkan rumah tangga tahan pangan.
Timbulan FW dikedua wilayah secara umum tidak jauh berbeda namun timbulan FW di wilayah perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Jenis pangan yang terbuang sama namun kategori pembuangan di wilayah perkotaan banyak terkait konsumsi, sedangkan di wilayah perdesaan terkait penyimpanan.
Determinan FW perkotaan adalah pengetahuan dan perilaku perencanaan sedangkan di perdesaan adalah perilaku penyimpanan. Rumah tangga yang rawan
pangan untuk meningkatkan ketersediaan pangan menerapkan FCS dan strategi
mencegah dan mengurangi FW. | id |