Keragaman Morfologi dan Pewarisan Sifat Mutu Fisiologis Benih Cabai
Date
2024-01-19Author
Undang
Syukur, Muhamad
Kusumo, Yudiwanti Wahyu Endro
Qadir, Abdul
Metadata
Show full item recordAbstract
Cabai merupakan komoditas penting yang bernilai ekonomi tinggi.
Permintaan tertinggi adalah sebagai bahan pangan dan bahan baku industri.
Keberhasilan produksi cabai sangat ditentukan oleh mutu benih yang didukung
teknis budidaya yang memadai. Mutu fisiologis benih dapat mempengaruhi
keberhasilan program pemuliaan tanaman terutama dalam proses rekombinasi
dalam persilangan buatan yang melibatkan spesies berbeda.
Penelitian terdiri atas empat percobaan, yaitu: (1) Karakterisasi morfologi
dan pengujian mutu fisiologis benih dari lima spesies cabai yaitu Capsicum
annuum, C. baccatum, C. chinense, C. frutescens, dan C. pubescens. Karakterisasi
morfologi terdiri atas warna benih, bentuk benih, penonjolan paruh benih dan
bobot 1000 butir benih, sedangkan pengujian mutu fisiologis benih terdiri atas uji
viabilitas benih dan vigor benih, yaitu uji daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah
normal, indeks vigor, pemunculan radikula, uji tetrazolium, dan uji daya hantar
listrik. (2) Analisis dialel untuk pendugaan parameter genetik mutu fisiologis
benih cabai dengan pendekatan Hayman. Genotipe yang digunakan yaitu enam
tetua spesies Capsicum annuum dengan kriteria daya berkecambah tinggi, sedang,
dan rendah hasil percobaan 1. Analisis silang dialel lengkap 30 kombinasi F1 yang
terdiri 15 F1 dan 15 F1R (resiprokal). (3) Analisis dialel untuk pendugaan daya
gabung umum (DGU), daya gabung khusus (DGK), heterosis dan heterobeltiosis
karakter mutu fisiologis benih cabai dengan pendekatan Griffing. Genotipe yang
digunakan sama dengan percobaan 2. (4) Pewarisan sifat karakter mutu fisiologis
benih cabai F2 dialel lengkap. Genotipe yang digunakan adalah benih F2 hasil
penyerbukan sendiri F1 dari percobaan 2 dan 3.
Percobaan pertama berhasil mengidentifikasi benih cabai dari lima spesies
berdasarkan warna, bentuk benih, penonjolon paruh benih serta bobot 1000 butir.
Warna benih pada spesies C. pubescens adalah hitam dan berbeda dengan spesies
lainnya. Bentuk benih dan bentuk tonjolan paruh benih dapat mencirikan spesies
tertentu. Benih C. annuum berbentuk ’reniform’, C. baccatum berbentuk ‘oval’
C. frutescens berbentuk ‘teardrop’, C. pubescens berbentuk ‘D-shape’ dan C.
chinense berbentuk ‘circular with fish mouth’. Bentuk tonjolan paruh benih
spesies C. pubescens tidak ada, C. annuum sedikit penonjolan, C. baccatum, C.
chinense, C. frutescens penonjolan medium. Karakter bobot 1000 butir benih lima
spesies cabai belum dapat dibedakan, karena setiap spesies terdiri atas tiga
kategori bobot benih yaitu ringan, sedang, berat. Karakter bobot 1000 butir benih,
daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor, kecepatan tumbuh,
keserempakan tumbuh dan radicle emergence disebabkan oleh perbedaan genetik
dengan keragaman genetik yang luas dan nilai heritabilitas arti luas yang tinggi,
sebaliknya untuk bobot kering kecambah normal dan laju pertumbuhan kecambah
memiliki keragaman genetik sempit dan nilai hertabilitas arti luas dengan kategori
rendah. Uji tetrazolium pada beberapa genotipe uji berbanding lurus dengan uji
daya berkecambah, sedangkan uji daya hantar listrik berbanding terbalik dengan
uji daya berkecambah, namun masih diperlukan pengujian lebih lanjut terkait
validasi hasil ujinya.
Percobaan kedua menunjukan bahwa uji mutu fisiologis benih cabai lebih
dipengaruhi oleh aksi gen aditif dibandingkan aksi gen dominan. Implikasinya
terhadap mutu fisiologis benih adalah pengujian benih bisa dilakukan di generasi
awal jika karakter mutu fisiologis sudah menunjukkan keragaan yang baik dengan
metode segregan transgresif, dan digenerasi lanjut agar gen-gen yang diinginkan
terkumpul dulu. Heritabilitas arti luas dan arti sempit pada hampir semua karakter
tergolong kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa karakter mutu fisiologis
benih lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Jumlah gen yang mengendalikan
terdiri atas satu sampai dua kelompok gen. Karakter mutu fisiologis F1 dan F1R
tidak dipengaruhi oleh tetua betina atau tidak ada efek maternal yang
mengendalikan karakter mutu fisiologis benih yang diamati.
Percobaan ketiga mendapatkan hasil bahwa nilai daya gabung umum
(DGU) berpengaruh nyata pada semua karakter mutu fisiologis benih cabai yang
diamati. Nilai daya gabung khusus (DGK) nyata pada hampir semua karakter
yang diamati, kecuali karakter indeks vigor. Genotipe Ungara merupakan tetua
dengan nilai duga DGU terbaik pada karakter daya berkecambah, pemunculan
radikula, potensi tumbuh maksimum, dan indeks vigor. Genotipe F7.110005
merupakan tetua dengan nilai DGU tinggi pada karakter bobot kering kecambah
normal. Nilai heterosis tertinggi karakter daya berkecambah, bobot kering
kecambah normal, dan potensi tumbuh maksimum adalah kombinasi persilangan
Adelina x Viola, karakter pemunculan radikula dan indeks vigor nilai heterosis
tertinggi terdapat pada kombinasi persilangan F7.110005 x Viola. Nilai
heterobeltiosis tertinggi pada karakter daya berkecambah dan potensi tumbuh
maksimum terdapat pada kombinasi persilangan Ungara x Adelina, karakter
pemunculan radikula terdapat pada kombinasi persilangan F7.110005 x Viola,
karakter indeks vigor pada kombinasi persilangan Ungara x Triwarsana dan
Ungara x Viola, karakter bobot kering kecambah normal pada kombinasi Adelina
x Viola. Kombinasi persilangan yang memiliki potensi karakter mutu fisiologis
yang tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut adalah kombinasi
Viola x Ungara dan Viola x Adelina.
Percobaan keempat mendapatkan informasi bahwa semua karakter mutu
fisiologis benih F2 yang diamati dipengaruhi oleh aksi gen aditif, kecuali karakter
indeks vigor. Jumlah gen yang mengendalikan pada semua karakter mutu
fisiologis benih F2 yang diamati adalah satu kelompok gen. Nilai heritabilitas arti
luas dan arti sempit tergolong tinggi. Nilai rata-rata 30 kombinasi F2 dan F2R
memberikan informasi tidak terdapat pengaruh efek tetua betina (efek maternal)
dalam pewarisan sifat mutu fisiologis benih cabai dalam populasi yang diuji,
sehingga karakter daya berkecambah, pemunculan radikula, potensi tumbuh
maksimum, bobot kering kecambah normal, dan indeks vigor dikendalikan oleh
gen-gen yang terdapat di dalam inti.
Collections
- DT - Agriculture [749]