Show simple item record

dc.contributor.advisorAchyadi, R. Kurnia
dc.contributor.authorAhmad, Salfina Nurdin
dc.date.accessioned2024-01-19T02:25:08Z
dc.date.available2024-01-19T02:25:08Z
dc.date.issued1984
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135227
dc.description.abstractTulisan yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini dihasilkan dari studi literatur yang penulis lakukan sejak memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan. Adapun materi yang ada dalam tulisan ini diperoleh dari berbagai sumber karangan ilmiah seperti journal, textbook, dan buku pengantar kuliah. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemakaian hormon dapat digunakan dalam pengobatan kasus nimfomania. Nimfomania adalah suatu gejala berahi yang terus menerus dengan frekuensi yang tidak teratur dan sifatnya tetap. Hewan ternak yang sering menderita nimfomania adalah sapi perah, dan hewan yang menderita akan menjadi kurang subur. Faktor yang menyebabkan terjadinya nimfomania adalah kista ovarium dan disfungsi adrenal, sedangkan faktor prediposisi timbulnya nimfomania adalah faktor keturunan dan bangsa sapi, iklim, masa laktasi dimana terjadi produksi susu yang tinggi, serta pemberian makanan yang banyak mengandung protein pada saat sapi laktasi. Gejala nimfomania, berdasar- kan jelas tidaknya berahi yang terlihat dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe pertama untuk nimfomania yang tanda berahinya jelas, sedangkan tipe kedua untuk nimfomania yang berahinya tidak jelas atau samar. Untuk menentukan nimfomania, diagnosa didasarkan pada gejala klinis, palpasi perrektal, dan pemeriksaan laboratorium dan histopatologi terhadap cairan vagina dan kista ovarium. Prognosa nimfoma- nia umumnya adalah dubius sampai infausta. Pengobatan dapat dilakukan secara manual dan hormonal, namun cara manual jarang dilakukan karena hasilnya kurang baik bila dibandingkan dengan cara hormonal. Pengobatan secara hormonal pada kasus nimfomania pada sapi dapat dilakukan dengan penyuntikkan hormon HCG yang kaya akan LH dengan melalui intra muskular dan subkutan; hormon LH secara secara intra muskular dan langsung ke ovarium; hormon Progesteron secara intra muskular; GnRH secara intra muskular; dan hormon PGF-2 alpa secara intra uterin atau intra vaginal.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPengobatan Hormonal Terhadap Kasus Nimfomania Pada Sapiid
dc.titlePengobatan Hormonal Terhadap Kasus Nimfomania Pada Sapiid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record