Show simple item record

dc.contributor.advisorWidigdo, Bambang
dc.contributor.advisorWidjaja, Fifi
dc.contributor.authorAnggraeni, Dian Dwi
dc.date.accessioned2024-01-17T07:02:44Z
dc.date.available2024-01-17T07:02:44Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/135039
dc.description.abstractPembuangan air media sisa kultur Chaetoceros amami ke alam akan menimbulkan eutrofikasi. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air media sisa kultur, maka dilakukan penggunaan ulang air media sisa kultur tersebut. C. amami merupakan mikroalga yang berukuran 3-5 µm, sehingga perlu metode penjernihan air melalui pengendapan C. amami menggunakan bahan koagulan alami, yaitu biji kelor (Moringa oleifera Lamk.). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak penambahan biji kelor pada dosis yang tepat dalam menjernihkan air media sisa kultur C. amami terhadap perubahan parameter kualitas air serta pertumbuhan diatom tersebut setelah airnya digunakan ulang sebagai media untuk memproduksi C. amami. Penelitian dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama pada skala laboratorium di dalam ruangan kultur murni yang dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan (AC). Parameter kualitas air yang diamati meliputi parameter fisika (suhu, intensitas cahaya, dan kekeruhan), parameter kimia (salinitas, DO, pH, alkalinitas total, nitrit, TAN, dan ortofosfat), dan parameter biologi (kepadatan sel C. amami). Perubahan parameter kualitas air dan pertumbuhan C. amami dianalisis secara statistik dengan selang kepercayaan 95% dan deskriptif. Selama penelitian dilakukan, suhu, intensitas cahaya, salinitas, dan DO (Dissolved Oxygen) tetap terkontrol dengan nilai berturut-turut sebesar 25 °C, 3000 Lux, 28 psu, dan 3 mg/l. Dari hasil analisis secara statistik diketahui bahwa dosis biji kelor yang paling tepat untuk menjernihkan air dalam waktu 24 jam adalah 250 mg/l. Setelah penambahan biji kelor, nilai kekeruhan mengalami penurunan yang cukup besar, pH menurun hingga batas yang masih layak untuk budidaya fitoplankton, alkalinitas total menurun seiring dengan perubahan pH, nitrit mengalami peningkatan yang cukup besar hingga melebihi batas kelayakan, TAN (Total Ammonia Nitrogen) dan ortofosfat mengalami peningkatan hingga batas yang masih diperbolehkan dalam budidaya fitoplankton. Pada pengamatan terhadap hasil endapan diketahui bahwa sel C. amami mengalami kerusakan dan mati. Pertumbuhan C. amami pada media sisa kultur yang telah dijernihkan dengan biji kelor mengalami puncak kepadatan pada jam ke 36, kemudian mulai mengalami kematian hingga jam ke 48. Air media sisa kultur hasil penjernihan dengan biji kelor masih layak digunakan sebagai media untuk memproduksi C. amami dengan syarat disterilisasi terlebih dahulu untuk mereduksi kadar nitrit yang berlebihan serta adanya bakteri dan kontaminan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcKultur Chaetoceros amamiid
dc.subject.ddcBiji kelorid
dc.titleStudi kemampuan biji kelor (Moringa oleifera Lamk.) dalam menjernihkan air media sisa kultur chaetoceros amamiid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordpenjernihan air media sisa kulturid
dc.subject.keywordpenggunaan ulang air media sisa kulturid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record