Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kelekatan Orang tua, dan Media Sosial Terhadap Kecenderungan Perilaku Berisiko Remaja
Date
2024-01-16Author
Utami, Sri Rezki
Krisnatuti, Diah
Yuliati, Lilik Noor
Metadata
Show full item recordAbstract
SRI REZKI UTAMI. Determinan Perilaku Berisiko Remaja dari Perspektif Ekologi. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan LILIK NOOR YULIATI.
Fase remaja dikatakan sebagai fase mencari jati diri. Masa remaja juga menjadi periode kritis yang mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan termasuk orang tua dan pemerintah sebab remaja kerap kali terlibat dalam kecenderungan perilaku berisiko. Kecenderungan perilaku berisiko mengacu pada intensi perilaku apa pun yang dapat membahayakan aspek psikososial dari perkembangan remaja. Menurut perspektif ekologi perkembangan anak dipengaruhi oleh sistem lingkungan mulai dari yang terkecil hingga terbesar yaitu sistem personal, microsistem, mesosistem, exosistem dan makrosistem.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, dan paparan media sosial terhadap perilaku berisiko pada remaja. Secara khusus tujuan penelitian yaitu 1) mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga, kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, paparan media sosial, dan kecenderungan perilaku berisiko pada remaja; 2) menganalisis hubungan karakteristik individu dan keluarga terhadap kecenderungan perilaku berisiko pada remaja; serta 3) menganalisis pengaruh kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, paparan media sosial terhadap kecenderungan perilaku berisiko pada remaja
Penelitian ini dilakukan secara online dengan teknik Voluntary response sampling dengan syarat responden sebagai berikut: 1) Remaja usia 14-19 tahun; 2) tinggal bersama dan memiliki orang tua lengkap; 3) sedang memiliki pacar/kekasih lawan jenis; 4) menggunakan sosial media. Data penelitian diolah dan dianalisis melalui Microsoft Excel, SPSS 25.0, dan SMART-PLS. Proses pengolahan data meliputi pemberian kode, pemberian skor, analisis data, dan interpretasi data. Analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik remaja (jenis kelamin, usia, pendidikan dan asal daerah), karakteristik keluarga (pendidikan ayah-ibu, pekerjaan ayah-ibu, pendapatan perbulan ayah-ibu dan besar keluarga), kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, paparan media sosial dan kecenderungan perilaku berisiko. Analisis hubungan dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan karakteristik remaja dan karakteristik keluarga terhadap perilaku berisiko. Analisis Structural Equation Model (SEM)-PLS dilakukan untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, dan paparan media sosial terhadap kecenderungan perilaku berisiko remaja.
Adapun responden yang terlibat pada penelitian ini terdiri dari 204 orang yang terbagi atas 74 orang remaja laki-laki (36.8%) dan remaja perempuan sebanyak 129 orang (63.2%) dengan rentang usia 14 ─ 19 tahun (rata-rata usia 16.93) dan jenjang pendidikan SMP, SMA dan kuliah (proporsi terbesar oleh siswa SMA sebesar 48.0%). Responden penelitian ini tersebar di kota-kota yang berada di Indonesia dengan wilayah Jakarta, Bogor dan Bangka Belitung sebagai mayoritas domisili responden.
Hasil uji deskriptif menunjukan lebih dari separuh responden memiliki kecerdasan emosional kategori sedang dengan dimensi sociability sebagai dimensi tertinggi kemudian diikuti oleh dimensi well-being, self-control dan emotionality. Kelekatan orang tua yang juga terkategori sedang dengan dimensi trust yang memiliki nilai rataan tertinggi diikuti oleh alienation dan communication. Hasil uji deskriptif media sosial menunjukan lebih dari separuh responden menghabiskan waktu rata-rata 7 ─ 10 jam/harinya untuk membuka sosial media dengan penggunaan yang paling banyak dilakukan adalah mencari informasi/pengetahuan. Lebih dari sepertiga responden terpapar secara sengaja ataupun tidak sengaja perilaku berisiko melalui media sosial kategori rendah hingga sedang dengan paparan yang paling sering dijumpai adalah paparan terhadap perilaku mencari tantangan diikuti paparan perilaku berisiko, paparan perilaku memberontak dan paparan perilaku antisosial. Terakhir, uji deskriptif terhadap kecenderungan perilaku berisiko menunjukan sebagian besar remaja (86,3%) cenderung terlibat perilaku berisiko kategori rendah dengan dimensi perilaku antisosial (perilaku menggoda lawan jenis dan berselingkuh) yang paling sering dilakukan remaja.
Hasil uji korelasi pearson yang digunakan untuk mengukur hubungan antara karakteristik responden dan karakteristik keluarga terhadap perilaku berisiko menyatakan bahwa pada karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin, asal daerah dan pendidikan responden tidak berhubungan terhadap perilaku berisiko remaja (p>0,5). Sedangkan, karakteristik keluarga seperti pendidikan ayah (p≤0,01; r= ─ 0,177); pendidikan ibu (p≤0,01; r= ─ 0,176) dan pekerjaan ibu (p<0,01; r= ─ 0,218) berhubungan negatif terhadap perilaku berisiko remaja. Semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu, serta status ibu yang tidak bekerja berhubungan dengan rendahnya perilaku berisiko
Hasil uji PLS-SEM menunjukan kecerdasan emosional berpengaruh negatif terhadap kecenderungan perilaku berisiko dengan kontribusi total sebesar 49,5%. Sedangkan, kelekatan orang tua mempengaruhi secara negatif kecenderungan perilaku berisiko dengan kontribusi total sebesar 29,3%. Terakhir media sosial berpengaruh negatif terhadap kecenderungan perilaku berisiko dengan kontribusi total sebesar 65,6%. Kelekatan orang tua yang dimediasi oleh kecerdasan emosional dan media sosial berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan perilaku berisiko remaja sebesar 0,86%. Kecerdasan emosional melalui media sosial berpengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan perilaku berisiko sebesar 17% lebih besar dibandingkan kelekatan orang tua melalui media sosial terhadap kecenderungan perilaku berisiko. Dengan demikian disimpulkan kecerdasan emosional yang dimediasi media sosial lebih mempengaruhi kecenderungan perilaku berisiko remaja. Pada model diketahui nilai R2 variabel perilaku berisiko sebesar 0,678 menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional, kelekatan orang tua, dan media sosial mampu menjelaskan keragaman kecenderungan perilaku berisiko sebesar 67,8% dan sisanya sebesar 32,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian paparan media sosial menjadi faktor paling proksimal yang mempengaruhi perilaku berisiko remaja. Untuk itu orang tua perlu mengawasi penggunaan media sosial remaja dengan cara mengaktifkan mode kontrol orang tua melalui pengaturan smartphone dan melalui google sehingga, orang tua dapat membatasi akses terhadap paparan, konten, ataupun aplikasi yang berbahaya bagi remaja serta menentukan batasan terhadap waktu penggunaan media sosial. Bagi pihak pemerintah terutama kementerian komunikasi dan informasi dapat melakukan pemblokiran terhadap website yang memuat iklan perilaku berisiko dan aplikasi game yang berbasis judi online. Sebagai bentuk upaya preventif, kecerdasan emosional perlu dibentuk sejak dini melalui pengasuhan dan kelekatan orang tua dengan adanya komunikasi dan kepercayaan, anak akan terhindar dari kecenderungan perilaku berisiko. Remaja juga perlu terus meningkatkan kecerdasan emosional melalui program pengembangan diri dan pelatihan keterampilan pengelolaan emosi.
Collections
- MT - Human Ecology [2242]