Profil sektor industri kimia di Indonesiia
View/ Open
Date
2000Author
Alamsyah, Bakti
Barizi
Wijayanto, Hari
Nasution, Damhuri
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada dua dasawarsa terakhir sektor industri manufaktur besar dan sedang memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia dan kontribusinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu sektor industri yang memberikan kontribusi devisa yang cukup besar bagi negara adalah sektor industri kimia. Oleh karena itu sangat dibutuhkan informasi dari sektor industri tersebut, terutama informasi mengenai tingkat kinerja dari perusahaan-perusahaan di dalamnya. Pada penelitian sebelumnya seringkali sulit mendapatkan posisi relatif tingkat kinerja dari suatu perusahaan bila menggunakan beberapa peubah pengamatan secara bersamaan, karena masing-masing peubah menghasilkan pemeringkatan yang berbeda. Hal tersebut memberikan kesulitan bagi praktisi di bidang ekonomi maupun perbankan dalam pengambilan keputusan. Untuk mengatasi hal tersebut pada penelitian ini akan dicoba suatu analisis statistika, yaitu analisis faktor.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil Survei Perusahaan Industri yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dari tahun 1994 sampai dengan tahun 1997, yang dipilah menjadi dua periode waktu. Periode waktu pertama adalah pengamatan pada tahun 1994-1995 dan periode waktu kedua adalah pengamatan pada tahun 1996-1997. Sedangkan peubah yang digunakan adalah pertumbuhan output, pertumbuhan nilai tambah, rasio output per aset, rasio output per tenaga kerja, rasio profit per aset dan rasio profit per tenaga kerja.
Keenam peubah yang digunakan dalam mengukur tingkat kinerja suatu perusahaan dapat direduksi dengan menggunakan analisis faktor menjadi tiga buah faktor yang masing-masing dapat diinterpretasikan sebagai faktor produktivitas aset, faktor produktivitas tenaga kerja dan faktor pertumbuhan. Sebagian besar dari perusahaan di sektor industri kimia yang diamati dalam penelitian ini tidak mengalami perubahan yang cukup besar pada dua periode waktu tersebut. Ada suatu kecenderungan dimana semakin besar nilai gabungan dari suatu perusahaan pada periode ke-Imembuat perusahaan tersebut lebih mudah berubah nilai gabungannya pada periode ke-2. Artinya perusahaan yang memiliki nilai gabungan pada periode ke-1 yang relatif tinggi cenderung memiliki jarak perubahan yang relatif besar (meningkat ataupun menurun) juga jika dibandingkan dengan perusahaan memiliki nilai gabungan pada periode ke-1 yang rendah.
Perubahan nilai gabungan pada dua periode pengamatan yang digunakan sebagai indikator perubahan tingkat kinerja dari suatu perusahaan merupakan proyeksi dari perubahan yang terjadi pada peubah pengamatannya.