dc.description.abstract | Kebutuhan kedelai untuk konsumsi manusia maupuri untuk pakan ternak terus meningkat. Untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dilakukan program ekstensifikasi. Program ini dilakukan di luar pulau Jawa yang umumnya didominasi oleh tanah-tanahyang memiliki tingkat kemasaman tinggi (pH rendah). Keracunan aluminium (Al) merupakan salah satu faktor yang membatasi produksi pertanian pada tanah masam, karena kelarutan Al dipengaruhi oleh pH tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dikembangkan tanaman yang toleran terhadap pH rendah dengan kandungan Al tinggi.
Terdapat hubungan antara jumlah asam malat yang diekskresikan dengan daya adaptasi tanaman terhadap Al. Tanaman kedelai yang toleran Al cenderung mengekskresikan asam malat dalam jumlah banyak daripada tanaman kedelai yang peka Al. Asam malat yang diekskresikan mampu mengurangi keracunan Al dengan mengkelat Al membentuk kompleks yang tidak beracun. Slamet yang merupakan galur kedelai yang toleran Al mengkskresikan asam malat paling banyak, sedangkan Arksoy yang merupakan galur kedelai yang peka Al mengekskresikan asam malat paling sedikit.
Jumiah asam malat yang diekskresikan oleh tanaman kedelai meningkat pada konsentrasi 0,7 mM Al dan 1,4 mM Al. Tetapi pada konsentrasi 2,1 mM Al jumlah asam malat yang diekskresikan tidak berbeda dengan konsentrasi 1,4 mM Al. | id |