Show simple item record

dc.contributor.advisorDharmaputra, Okky Setyawati
dc.contributor.advisorAmbarwati Santi
dc.contributor.authorJunita, Agnes
dc.date.accessioned2024-01-03T02:18:44Z
dc.date.available2024-01-03T02:18:44Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/133574
dc.description.abstractInformasi mengenai serangan cendawan pascapanen dan kandungan aflatoksin pada kacang tanah di tingkat petani dan pengumpul adalah penting, karena selanjutnya kacang tanah akan dijual antara lain ke pengecer di pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangan cendawan pascapanen dan kandungan aflatoksin pada kacang tanah di kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah di musim hujan pada bulan Februari 2003. Selain itu juga untuk mengetahui kadar air dan kualitas fisik butir. Sampel jenis polong basah (24 sampel) diperoleh dari petani, sedangkan sampel jenis polong kering (24 sampel) diperoleh dari pengumpul. Persentase butir yang terserang Aspergillus flavus ditentukan dengan menggunakan media Aspergillus Flavus and Parasiticus Agar, sedangkan spesies cendawan lain ditentukan dengan media Dichloran Chloramphenicol Peptone Agar. Kandungan aflatoksin B₁ dan kadar air masing-masing ditentukan dengan metode Enzyme-linked Immusorbent Assay dan metode oven. Kualitas fisik butir ditentukan dengan memisahkan butir utuh, butir keriput dan butir rusak. Butir rusak meliputi butir terserang cendawan dan butir berubah warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air kacang tanah yang diperoleh dari petani sangat tinggi (lebih dari 30%), karena kacang tanah dipanen pada musim hujan, dan umumnya dipanen lebih awal, sehingga belum cukup umur. Kadar air kacang tanah yang diperoleh dari pengumpul (13.3%) lebih rendah daripada yang diperoleh dari petani, karena telah mengalami proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari. Persentase butir utuh kacang tanah yang diperoleh dari petani (69.0%) lebih tinggi daripada yang diperoleh dari pengumpul (58.7%); persentase butir keriput kacang tanah yang diperoleh dari petani (26.1%) lebih rendah daripada yang diperoleh dari pengumpul (35.7%); persentase butir rusak kacang tanah yang diperoleh dari petani (4.9%) juga lebih rendah daripada yang diperoleh dari pengumpul (5.6%). Sebanyak sembilan dan 21 spesies cendawan telah diisolasi masing-masing dari kacang tanah yang diperoleh dari petani dan pengumpul. Persentase sampel terserang A. flavus pada kacang tanah yang diperoleh dari petani dan pengumpul adalah sama, yaitu 87.5%. Lasiodiplodia theobromae dan Papulaspora sp. selalu terisolasi, sedangkan A. flavus sering terisolasi pada kacang tanah yang diperoleh dari petani. Aspergillus flavus sering terisolasi pada kacang tanah yang diperoleh dari pengumpul. Kandungan aflatoksin B, pada kacang tanah yang diperoleh dari petani (< 3.693.90 ppb) lebih rendah daripada yang diperoleh dari pengumpul (<3.6-1366.90 ppb). Persentase sampel yang terkontaminasi aflatoksin B₁ kurang dari 15 ppb pada kacang tanah yang diperoleh dari petani dan pengumpul, masing-masing adalah 95.8 dan 87.5% Pada tahun 1999 Codex Alimentarius Commission menetapkan kandungan aflatoksin total pada kacang tanah yang akan diproses adalah 15 ppb.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcCendawanid
dc.subject.ddcKacang tanahid
dc.subject.ddcJawa Tengahid
dc.subject.ddcWonogiriid
dc.titleSerangan cendawan pascapanen dan kontaminasi aflatoksin pada kacang tanah di tingkat petani dan pengumpul di Kabupaten Wonogiri Jawa Tengahid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record