Ekstraksi dan pemisahan lektin dari tanaman kacang jogo (Phaseolus vulgaris) dan uji mitogenitas in vitro terhadap sel limfosit manusia
View/ Open
Date
2000Author
Sirait, Sonta
Darusman, Latifah K.
Sajuthi, Dondin
Suparto, Irma H.
Metadata
Show full item recordAbstract
Upaya pengurangan penggunaan lektin komersial dalam berbagai penelitian biomedis telah melatarbelakangi pencarian lektin dari tanaman kacang-kacangan yang umumnya bersifat menstimulasi pembelahan sel limfosit (mitogenik). Lektin adalah suatu glikoprotein yang merupakan makromolekul yang terdiri atas protein dan karbohidrat yang terikat secara kovalen. Penelitian ini bertujuan menentukan efektivitas ekstraksi lektin dari kecambah polong tua kacang jogo (P. vulgaris) dan untuk menguji aktivitas mogenik lektin terhadap sel limfosit manusia.
Lektin dari kecambah kacang jogo (P. vulgaris) diekstraksi dengan menggunakan dua macam bufer fosfat, yaitu bufer A (bufer kalium fosfat 5 mM, pH 7,4, NaCl 0,15 M) dan bufer C (bufer kalium fosfat 50 mM, pH 7,2, NaCI 0,15 M). Ekstrak protein kasar yang didapatkan, dimurnikan melalui dua tahap fraksinasi, yaitu kolom penukar anion (DEAE-cellulose) dan kolom filtrasi gel (Sephadex G-100) Penggolongan fraksi dari fraksinasi pertama didasarkan pada absorbans x 280 nm dan gradien linier konsentrasi NaCl dari 0-1 M sebagai pengelusinya. Penggolongan fraksi pada filtrasi gel dibedakan dengan nilai absorbans ≥ 0,200 dan 0,200. Fraksi dengan A ≥ 0,200 pada berbagai kisaran bobot molekul dipilih untuk diuji efek mitogenitasnya. Selain itu dilakukan juga pengujian terhadap ekstrak kasar lektin. Pengujian mitogenitas lektin terhadap sel limfosit manusia dilakukan secara in vitro dengan PHA, Murrex sebagai kontrol positif. Metode yang digunakan adalah penambahan radioaktif [H]timidin sebagai substrat replikasi DNA yang akan menghasilkan sinar B yang diukur sebagai indeks pertumbuhan sel atau indeks stimulasi (IS).
Ekstrak protein kasar dari bufer A (ekstrak A) memiliki rendemen 18,53% dan dari bufer C (ekstrak C) sebesar 32,89% yang menunjukkan bahwa bufer C lebih efektif. Rendemen hasil fraksinasi kolom DEAE- cellulose yang paling tinggi untuk ekstrak A pada kelompok absorbans rendah (A<0,100), yaitu 17,08% sedangkan untuk ekstrak C pada kelompok absorbans sedang (0,100 <A≤ 0,500), yaitu 27,61% Total rendemen fraksinasi DEAE-cellulose ekstrak A (31,37%) lebih kecil dari ekstrak C (66,94%). Nilai rendemen hasil faksinasi kolom Sephadex G-100 yang paling tinggi dari kedua ekstrak, baik ekstrak A (2,27%) maupun ekstrak C (6,96%) berada pada kelompok absobans sedang. Total rendemen fraksi dari kolom Sephadex G-100 ekstrak A (2,37%) lebih kecil dari ekstrak C (7,30%)
Aktivitas mitogenik lektin yang ditunjukkan dengan nilai IS 1,000. Ekstrak protein kasar, baik ekstrak A maupun ekstrak C memiliki IS 1,000 dengan kisaran 1,288-1,369 untuk ekstrak A dan 1,189- 1,375 untuk ekstrak C. Lektin hasil fraksinasi pada kelompok absorbans tertinggi (A> 1,000) dari ekstrak A dengan konsentrasi 1 µg/ml memiliki IS 1,022 dan ekstrak C, IS 1,189, Kelompok absorbans tinggi (0,500A ≤ 1,000) dari ekstrak A memiliki nilai IS< 1,000 dengan kisaran 0,709-0,785. Pada kelompok
absorbans sedang dari ekstrak C menunjukkan efek mitogenik hanya pada konsentrasi 1 µg/ml (1,035). Protein kecambah kacang jogo (P. vulgaris) dan sebagian besar fraksinya terbukti berpotensi sebagai zat mitogenik karena memberikan nilai IS > 1,000 yang mengacu pada nilai respons dari PHA, Митех.
Collections
- UT - Chemistry [2060]