Perbandingan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Gambut yang Dikelola dengan Pembakaran Lahan dan Metode Siklus Hara di Perkebunan Kelapa Pulau Burung, Riau
Abstract
Pulau Burung merupakan salah satu kecamatan di Provinsi Riau yang
dikenal sebagai daerah penghasil kelapa di lahan gambut. Pengelolaan kebun kelapa
di Pulau Burung dilakukan dengan dua metode berbeda, yaitu metode pertama ialah
pembakaran permukaan lahan gambut yang bertujuan untuk membasmi tumbuhan
bawah yang terdapat di permukaan kebun kelapa, namun hal tersebut
mengakibatkan kehilangan lapisan tanah gambut. Abu hasil pembakaran dianggap
masyarakat dapat menjadi pupuk bagi pohon kelapa. Pada metode kedua ialah
siklus hara. Metode siklus hara merupakan metode yang diterapkan oleh PT. Riau
Sakti United Plantation (RSUP) sejak 13 tahun lalu. Metode ini dilakukan dengan
cara memangkas tumbuhan bawah yang berusia sekitar 3 – 4 bulan, kemudian hasil
pangkasan tersebut dibiarkan tersebar di permukaan lahan agar terdekomposisi dan
melepaskan unsur-unsur hara secara alami. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan analisis perbandingan sifat-sifat kimia tanah dan jumlah
mikroorganisme tanah di kebun kelapa yang dikelola dengan metode pembakaran
permukaan lahan dan siklus hara. Analisis sifat kimia tanah meliputi pengukuran
pH, Electric Conductivity (EC), P tersedia dengan metode Bray I, serta total basa
dan unsur mikro dengan metode pengabuan kering. Analisis mikrobiologi tanah
meliputi fungi dan mikroorganisme total dengan metode Total Plate Count (TPC)
serta perhitungan laju respirasi tanah dengan metode Verstraete. Hasil analisis sifat
kimia tanah menunjukkan bahwa kebun yang dikelola dengan metode pembakaran
permukaan lahan yang intensif dapat menurunkan kemasaman tanah dan
menurunkan nilai EC, serta memiliki persentase kadar abu dan nilai total unsur Ca,
Mg, dan Fe yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh pembakaran yang
menghasilkan abu yang kaya akan oksida-oksida logam. Namun nilai EC yang
rendah menandakan rendahnya ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Jumlah total
mikroorganisme tanah di kebun kelapa PT. RSUP jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan di kebun desa. Tingginya total mikroorganisme tanah di kebun PT. RSUP
disebabkan oleh permukaan kebun yang tertutup oleh tumbuhan bawah, karena akar
tumbuhan dapat memberikan eksudat akar yang dapat meningkatkan jumlah
mikroorganisme tanah. Laju respirasi tanah semakin menurun seiring
bertambahnya kedalaman tanah disebabkan oleh semakin rendahnya ketersediaan
oksigen pada tanah lapisan bawah. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan
bahwa kebun kelapa yang dikelola dengan metode siklus hara memiliki sifat kimia
dan biologi yang lebih baik dibandingkan dengan kebun kelapa yang dikelola
dengan pembakaran lahan.