Show simple item record

dc.contributor.advisorAbdullah, Luki
dc.contributor.advisorKarti, Panca Dewi Manu Hara
dc.contributor.advisorDespal
dc.contributor.authorHarahap, Anwar Efendi
dc.date.accessioned2023-12-01T06:00:39Z
dc.date.available2023-12-01T06:00:39Z
dc.date.issued2023-11-07
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132574
dc.description.abstractSorgum merupakan tanaman pakan sumber energi yang sangat baik, memiliki kemampuan adaptasi suhu tinggi, kelangkaan air dan kondisi garam tinggi, tahan kering, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai produksi bahan kering yang relatif tinggi persatuan luas dan panen, kemampuan ratun sepanjang musim serta memiliki kandungan protein kasar tinggi pada fase vegetatif (13,76%–15,66%). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi biomassa dan kualitas nutrien serta nilai biologis pakan sorgum pada usia potong, ratun, taraf aplikasi urea serta varietas yang berbeda. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap pertama dilakukan untuk mengevaluasi kondisi agronomis hijauan sorgum varietas Samurai I dan II dengan usia potong (80, 85 dan 90 hari) dan level dosis urea yang berbeda (200, 300 dan 400 kg ha-1 ) pada setiap ratun. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman,diameter batang, panjang daun, jumlah daun, lebar daun, proporsi batang, daun dan malai serta kandungan klorofil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sorgum Samurai I, usia potong dan dosis pupuk urea yang berbeda menghasilkan nilai yang sama pada panen primer, ratun 1 dan ratun 2. Namun pada ratun 3, tanaman tertinggi terdapat pada usia potong 80 hari yaitu 270,22 cm. Faktor usia potong, dosis pupuk urea dan interaksinya tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman sorgum Samurai II pada panen primer, ratun 1 dan 2 serta kemampuan ratunnya stabil pada ratun 1 dan menurun pada ratun 2. Pada ratun 3, usia potong berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada Sorgum Samurai I. Nilai tertinggi terdapat pada usia potong 80 hari yaitu 4,40 batang. Samurai II ratun 1 menghasilkan jumlah anakan lebih tinggi pada umur potong 80 hari disebabkan karena tahapan tersebut merupakan peralihan pada fase vegetatif menuju generatif sehingga hasil fotosintesis dapat disimpan optimal pada batang yang mengakibatkan bertambahnya jumlah anakan. Pada pengamatan nilai klorofil sorgum Samurai I panen primer diperoleh hasil bahwa kombinasi pada usia potong 80 hari dan dosis pupuk 400 kg ha-1 yaitu 48,39 unit dan terendah pada kombinasi usia potong 90 hari dan dosis pupuk 200 kg ha-1 yaitu 37,36 unit. Selanjutnya pada ratun 4 menunjukkan bahwa nilai klorofil tertinggi terdapat pada kombinasi usia potong 90 hari dan dosis pupuk 300 kg ha-1 yaitu 40,60 unit dan terendah terdapat pada usia potong 80 hari dan dosis pupuk urea 400 kg ha-1 yaitu 23,25 unit. Selanjutnya pada sorgum Samurai II nilai klorofil yang dihasilkan tidak berbeda akibat perbedaan perlakuan usia potong, dosis urea serta interaksinya pada panen primer, ratun 1 dan ratun 2 sorgum Samurai II. Penelitian tahap kedua bertujuan mengevaluasi produksi biomassa nutrient sorgum Samurai pada sistem pengelolaan ratun. Parameter yang diamati meliputi produksi biomassa segar, produksi biomassa bahan kering, produksi biomassa protein dan kandungan gula pada batang. Produksi biomassa segar sorgum Samurai I ratun 1 cenderung meningkat. Produksi biomassa segar tertinggi terdapat pada usia potong 80 hari yaitu 33,58 ton ha-1 . Pada ratun 2 ternyata menunjukkan bahwa dosis pupuk urea menujukkan perbedaan nyata terhadap produksi biomassa segar. Selanjutnya pada ratun 3 terjadi peningkatan produksi biomassa segar akibat usia potong. Usia potong 80 hari juga menghasilkan produksi biomassa tertinggi dibandingkan dengan perlakuan usia potong lainnya. Produksi biomassa segar mengalami trend peningkatan hingga ratun 3 dan mulai mengalami penurunan pada ratun 4. Pada sorgum Samurai II memperlihatkan bahwa nilai produksi biomassa segar pada ratun 1 mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan panen primer. Poduksi biomassa segar pada ratun 2 sangat rendah jika dibandingkan panen primer dan ratun 1. Pada ratun 1 memperlihatkan bahwa usia potong 80 hari menghasilkan produksi biomassa bahan kering tertinggi yaitu 7,19 ton ha-1 begitu juga produksi biomassa protein yaitu 0,93 ton ha-1 sehingga meyakinkan bahwa usia potong yang lebih muda menghasilkan nilai protein yang lebih tinggi dibandingkan usia potong yang lebih tua. Penelitian tahap ketiga bertujuan mengevaluasi dinamika nutrien dan kecernaan invitro sorgum Samurai pada sistem ratun. Parameter yang diamati adalah protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, ADF (acid detergent Fiber), NDF (neutral detergen fiber), WSC (water soluble carbohidrat), GE (gross energy) dan kecernaan bahan kering dan bahan organik secara invitro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sorgum Samurai I ratun 2 usia potong 80 hari menghasilkan protein kasar tertinggi dibandingkan dengan perlakuan 85 dan 90 hari yaitu 11,47 % berbanding 10,81% dan 10,05%. Pada ratun 3 dan 4 menunjukkan bahwa usia potong, dosis urea dan faktor interaksinya tidak memberikan pengaruh terhadap protein kasar. Secara keseluruhan protein kasar pada sorgum Samurai I memperlihatkan kesabilan hingga ratun 4 pada nilai 10-11 %. Panen primer menghasilkan rataan serat kasar 31,20-31,90%. Ratun 1 menghasilkan rataan serat kasar 31,25-32,16% dan ratun 2 serat kasar yaitu 27,68-31,01 %. Keadaan ini menandakan bahwa seluruh tanaman sudah memulai fase generatif . Pada ratun 2, 3 dan 4 juga menunjukkan bahwa usia potong berpengaruh nyata terhadap kandungan NDF, sedangkan dosis pupuk urea tidak mempengaruhi kandungan NDF. Usia potong 90 hari menghasilkan kandungan NDF tertinggi dibandingkan dengan usia potong 80 hari. Hal ini menandakan bahwa semakin tua usia tanaman terutama hiijauan forage berakibat akumulasi lignin dan selulosa sebagai bahagian komponen serat kasar juga semakin meningkat. Pada ratun 2 menunujukkan Nilai KcBK yang diperoleh yaitu rataan 46,79-52,79%. Pada ratun 3 ternyata penambahan pupuk urea memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan KcBK, tetapi pada ratun 4 terlihat bahwa dosis pupuk urea 200 kg ha-1 merupakan dosis optimum dalam mempertahankan kestabilan tingkat kecernaan. Pada sorgum Samurai II Ratun 2 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi antara usia potong dan dosis pupuk urea dengan nilai tertinggi pada usia potong 90 hari dan dosis pupuk urea 200 kg ha-1 yaitu 12, 39 %. Semakin tinggi usia panen ternyata meningkatkan protein kasar dikarenakan tanaman sudah pada siklus generatif sehingga identifikasi peningkatan protein kasar berasal dari bunga dan biji.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKajian Agronomis, Produksi Biomassa Nutrien dan Kecernaan Sorgum Samurai Sistem Ratunid
dc.title.alternativeAgronomic Study, Biomass Nutrient Production and System Digestibility of Sorgum Samurai Ratoonid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordin vitro digestibilityid
dc.subject.keywordbiomass productionid
dc.subject.keywordratoon systemid
dc.subject.keywordSamurai sorghumid
dc.subject.keywordcutting ageid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record