Kajian Agronomis, Produksi Biomassa Nutrien dan Kecernaan Sorgum Samurai Sistem Ratun
View/ Open
Date
2023-11-07Author
Harahap, Anwar Efendi
Abdullah, Luki
Karti, Panca Dewi Manu Hara
Despal
Metadata
Show full item recordAbstract
Sorgum merupakan tanaman pakan sumber energi yang sangat baik,
memiliki kemampuan adaptasi suhu tinggi, kelangkaan air dan kondisi garam
tinggi, tahan kering, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mempunyai
produksi bahan kering yang relatif tinggi persatuan luas dan panen, kemampuan
ratun sepanjang musim serta memiliki kandungan protein kasar tinggi pada fase
vegetatif (13,76%–15,66%). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi
biomassa dan kualitas nutrien serta nilai biologis pakan sorgum pada usia potong,
ratun, taraf aplikasi urea serta varietas yang berbeda.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap pertama dilakukan untuk
mengevaluasi kondisi agronomis hijauan sorgum varietas Samurai I dan II dengan
usia potong (80, 85 dan 90 hari) dan level dosis urea yang berbeda (200, 300 dan
400 kg ha-1
) pada setiap ratun. Parameter yang diamati meliputi tinggi
tanaman,diameter batang, panjang daun, jumlah daun, lebar daun, proporsi batang,
daun dan malai serta kandungan klorofil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada sorgum Samurai I, usia potong dan dosis pupuk urea yang berbeda
menghasilkan nilai yang sama pada panen primer, ratun 1 dan ratun 2. Namun pada
ratun 3, tanaman tertinggi terdapat pada usia potong 80 hari yaitu 270,22 cm.
Faktor usia potong, dosis pupuk urea dan interaksinya tidak berpengaruh terhadap
tinggi tanaman sorgum Samurai II pada panen primer, ratun 1 dan 2 serta
kemampuan ratunnya stabil pada ratun 1 dan menurun pada ratun 2. Pada ratun 3,
usia potong berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan pada Sorgum Samurai I.
Nilai tertinggi terdapat pada usia potong 80 hari yaitu 4,40 batang. Samurai II ratun
1 menghasilkan jumlah anakan lebih tinggi pada umur potong 80 hari disebabkan
karena tahapan tersebut merupakan peralihan pada fase vegetatif menuju generatif
sehingga hasil fotosintesis dapat disimpan optimal pada batang yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah anakan. Pada pengamatan nilai klorofil
sorgum Samurai I panen primer diperoleh hasil bahwa kombinasi pada usia potong
80 hari dan dosis pupuk 400 kg ha-1 yaitu 48,39 unit dan terendah pada kombinasi
usia potong 90 hari dan dosis pupuk 200 kg ha-1 yaitu 37,36 unit. Selanjutnya pada
ratun 4 menunjukkan bahwa nilai klorofil tertinggi terdapat pada kombinasi usia
potong 90 hari dan dosis pupuk 300 kg ha-1 yaitu 40,60 unit dan terendah terdapat
pada usia potong 80 hari dan dosis pupuk urea 400 kg ha-1 yaitu 23,25 unit.
Selanjutnya pada sorgum Samurai II nilai klorofil yang dihasilkan tidak berbeda
akibat perbedaan perlakuan usia potong, dosis urea serta interaksinya pada panen
primer, ratun 1 dan ratun 2 sorgum Samurai II.
Penelitian tahap kedua bertujuan mengevaluasi produksi biomassa nutrient
sorgum Samurai pada sistem pengelolaan ratun. Parameter yang diamati meliputi
produksi biomassa segar, produksi biomassa bahan kering, produksi biomassa
protein dan kandungan gula pada batang. Produksi biomassa segar sorgum Samurai
I ratun 1 cenderung meningkat. Produksi biomassa segar tertinggi terdapat pada
usia potong 80 hari yaitu 33,58 ton ha-1
. Pada ratun 2 ternyata menunjukkan bahwa
dosis pupuk urea menujukkan perbedaan nyata terhadap produksi biomassa segar.
Selanjutnya pada ratun 3 terjadi peningkatan produksi biomassa segar akibat usia
potong. Usia potong 80 hari juga menghasilkan produksi biomassa tertinggi
dibandingkan dengan perlakuan usia potong lainnya. Produksi biomassa segar
mengalami trend peningkatan hingga ratun 3 dan mulai mengalami penurunan pada
ratun 4. Pada sorgum Samurai II memperlihatkan bahwa nilai produksi biomassa
segar pada ratun 1 mengalami penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan
dengan panen primer. Poduksi biomassa segar pada ratun 2 sangat rendah jika
dibandingkan panen primer dan ratun 1. Pada ratun 1 memperlihatkan bahwa usia
potong 80 hari menghasilkan produksi biomassa bahan kering tertinggi yaitu 7,19
ton ha-1 begitu juga produksi biomassa protein yaitu 0,93 ton ha-1 sehingga
meyakinkan bahwa usia potong yang lebih muda menghasilkan nilai protein yang
lebih tinggi dibandingkan usia potong yang lebih tua.
Penelitian tahap ketiga bertujuan mengevaluasi dinamika nutrien dan
kecernaan invitro sorgum Samurai pada sistem ratun. Parameter yang diamati
adalah protein kasar, lemak kasar, serat kasar, abu, ADF (acid detergent Fiber),
NDF (neutral detergen fiber), WSC (water soluble carbohidrat), GE (gross energy)
dan kecernaan bahan kering dan bahan organik secara invitro. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada sorgum Samurai I ratun 2 usia potong 80 hari
menghasilkan protein kasar tertinggi dibandingkan dengan perlakuan 85 dan 90 hari
yaitu 11,47 % berbanding 10,81% dan 10,05%. Pada ratun 3 dan 4 menunjukkan
bahwa usia potong, dosis urea dan faktor interaksinya tidak memberikan pengaruh
terhadap protein kasar. Secara keseluruhan protein kasar pada sorgum Samurai I
memperlihatkan kesabilan hingga ratun 4 pada nilai 10-11 %. Panen primer
menghasilkan rataan serat kasar 31,20-31,90%. Ratun 1 menghasilkan rataan serat
kasar 31,25-32,16% dan ratun 2 serat kasar yaitu 27,68-31,01 %. Keadaan ini
menandakan bahwa seluruh tanaman sudah memulai fase generatif . Pada ratun 2,
3 dan 4 juga menunjukkan bahwa usia potong berpengaruh nyata terhadap
kandungan NDF, sedangkan dosis pupuk urea tidak mempengaruhi kandungan
NDF. Usia potong 90 hari menghasilkan kandungan NDF tertinggi dibandingkan
dengan usia potong 80 hari. Hal ini menandakan bahwa semakin tua usia tanaman
terutama hiijauan forage berakibat akumulasi lignin dan selulosa sebagai bahagian
komponen serat kasar juga semakin meningkat. Pada ratun 2 menunujukkan Nilai
KcBK yang diperoleh yaitu rataan 46,79-52,79%. Pada ratun 3 ternyata
penambahan pupuk urea memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan KcBK,
tetapi pada ratun 4 terlihat bahwa dosis pupuk urea 200 kg ha-1 merupakan dosis
optimum dalam mempertahankan kestabilan tingkat kecernaan. Pada sorgum
Samurai II Ratun 2 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi antara usia potong
dan dosis pupuk urea dengan nilai tertinggi pada usia potong 90 hari dan dosis
pupuk urea 200 kg ha-1 yaitu 12, 39 %. Semakin tinggi usia panen ternyata
meningkatkan protein kasar dikarenakan tanaman sudah pada siklus generatif
sehingga identifikasi peningkatan protein kasar berasal dari bunga dan biji.
Collections
- DT - Animal Science [343]