Pengaruh deterjen terhadap tingkat fertilisasi dan perkembangan embrio hulu babi (tripneustes gratilla L.)
View/ Open
Date
1998Author
Sumarni, Dian
Riani H., Etty
Widodo
Darmayati, Yeti
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemakaian deterjen sebagai bahan pencuci baik di rumah tangga maupun industri sudah semakin meluas, sehingga jumlah dete1jen sebagai limbah yang masuk ke perairan maupun sumber air semakin meningkat.
Jika kadar deterjen yang masuk ke perairan melewati batas toleransi maksimum organisme
perairan, maka dikhawatirkan akan banyak populasi organisme perairan yang berkurang dan pada
akhirnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem suatu perairan.
Dalam mengevaluasi dampak merugikan dari dete1jen terhadap kehidupan organisme laut, dapat
digunakan uji toksisitas sub letal di laboratorium. Salah satu metodenya adalah dengan melakukan
uji terhadap fertilisasi dan perkembangan embrio bulu babi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai NOEC (No Observed Effect Concentration), LOEC
(Lowest Observed Effect Concentration), dan EC-50 (Median Effective Concentration) dari dete1jen
terhadap fertilisasi clan perkembangan embrio bulu babi.
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan kerja, yaitu uji pra perlakuan, uji
mencari nilai kisaran (uji range finder), dan uji sebenarnya (uji definitif). Uji pra
perlakuan dilakukan untuk menentukan perbandingan sperma clan telur yang menghasilkan fertilisasi mendekati 90 %. Uji mencari nilai kisaran dilakukan untuk menentukan kisaran konsentrasi toksikan yang akan digunakan dalam uji definitif. Pada uji nilai kisaran, baik fe1tilisasi maupun perkembangan embrio menggunakan konsentrasi 1,0 ; l 0,0 ; I 00,0 ; l 000,0 mg/I dengan 2 kali ulangan. Uji definitif dilakukan untuk melihat konsentrasi toksikan yang berpengaruh terhadap biota uji. Uji definitif untuk fertilisasi menggunakan konsentrasi deterjen 3,2 l 0,0 ; 32,0 ; I 00,0
; 320,0 mg/l dengan 3 kali ulangan, sedangkan untuk perkembangan embrio menggunakan konsentrasi deterjen 0,1; 0,18; 0,32; 0,56; 1,0 mg/I dengan 3 kali ulangan. Sebelum inokulasi sperma dan telur dilakukan, diukur kualitas air larutan ttji yang terdiri dari pH, suhu, salinitas, dan oksigen terlarut (DO).