Show simple item record

dc.contributor.advisorSukarno, Nampiah
dc.contributor.advisorHadi, Upik Kesumawati
dc.contributor.authorThen, Natalia
dc.date.accessioned2023-11-14T07:06:10Z
dc.date.available2023-11-14T07:06:10Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/132147
dc.description.abstractPengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue (nyamuk Aedes aegypti) selama ini dilakukan dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida secara terus-menerus dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu, para pakar biologi selalu berusaha menemukan organisme patogen yang mampu mengendalikan populasi vektor secara selektif sebagai salah satu agen pengendali hayati. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi cendawan patogen dari larva nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari daerah Curug, Baranangsiang, dan Menteng. Jumlah isolat cendawan yang berhasil diisolasi dari larva Aedes aegypti yaitu sebanyak 24 isolat yang terdiri atas 9 isolat Aspergillus kelompok A, 6 isolat Aspergillus kelompok B, 1 isolat Penicillium, 2 isolat Paecilomyces, 3 isolat Trichoderma, serta 3 isolat lain yang belum teridentifikasi, yaitu Mt-01, Mt-02, dan Mt-03. Semua isolat cendawan yang berhasil diisolasi diinokulasikan ke dalam tiga instar populasi larva nyamuk Aedes aegypti, yaitu instar II, III, dan IV. Tiga konsentrasi cendawan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 201.0 mm³, 351.7 mm³, dan 502.4 mm³ media berisi cendawan per 10 ml akuades steril. Pengamatan kematian larva nyamuk dilakukan pada 12, 24, 36, dan 48 jam setelah inokulasi. Hasil pengamatan pada skala laboratorium menunjukkan bahwa Aspergillus kelompok A yang berasal dari daerah Curug (isolat 17) mempunyai patogenitas paling tinggi terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, yaitu mampu membunuh 90% populasi larva instar II, 85% larva instar III, serta 82.50% larva instar IV dalam waktu 12 jam pada konsentrasi cendawan 201.0 mm³. Persentase kematian larva nyamuk meningkat sebanding dengan lamanya waktu inokulasi dan konsentrasi cendawan. Persentase kematian larva tertinggi pada 12, 24, 36, dan 48 jam setelah inokulasi adalah 90%, 96.25%, 98.75%, dan 100%. Semakin tinggi konsentrasi cendawan yang diinokulasikan, semakin banyak populasi larva yang mati. Persentase kematian larva tertinggi akibat infeksi cendawan pada konsentrasi 201.0 mm³, 351.7 mm³, dan 502.4 mm³ ialah 90%, 96.25%, dan 100%. Dalam penelitian ini diketahui pula bahwa larva instar II lebih rentan terhadap serangan cendawan patogen dibandingkan larva instar III dan IV. Hal ini mungkin disebabkan sistem ketahanan fisiologis tubuh larva instar II tidak sebaik instar III dan IV sehingga lebih mudah terserang oleh cendawan tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBiologyid
dc.titleIsolasi cendawan patogen dari larva nyamuk demam berdarah (Aedes aegepty) dan pemanfaatannya sebagai agen pengendali hayatiid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordFungiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record