dc.description.abstract | Banyak pemanfaatan kayu di Indonesia tidak sesuai dengan sifat fisis dan mekanis kayu,sehingga terjadi pemborosan sumberdaya Akibatnya beban yang ditanggung oleh hutan alam Indonesia semakin berat Penggunaan kayu yang belum dikenal dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan. Pusat Pengembangan Hasil Hutan telah mengidentifikasi kurang lebih 323 jenis pohon yang mencakup 785 marga (106 suku) dari sekitar 4000 jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Kayu di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan bangunan dimana untuk penggunaan semacam ini kayu- kayu tadi dituntut memiliki keunggulan sifat fisis mekanis, karena akan memikul beban yang tidak ringan. Selain sifat fisis mekanis yang unggul, kayu-kayu untuk tujuan penggunaan konstruksi diharapkan mempunyai keawetan yang tinggi. Oej Djoen Seng (1964) mengungkapkan fakta bahwa jenis kayu kelas awet tinggi (kelas awet I dan kelas awet II) yang terdapat di Indonesia diperkirakan 15-20 persen. Sedang sisanya terdiri dari kelas awet rendah. Di Indonesia, kayu Pilang (Acacia leucophloea Wild.) yang mempunyai berat jenis 0,7-0,9 digolongkan kedalam kelas kuat II dan kelas awet III, yang rentan terhadap serangan faktor perusak kayu. Salah satu usaha untuk mengurangi tekanan dari faktor perusak kayu dan untuk meningkatkan umur pakai kayu yang kurang awet dapat dilakukan dengan cara pengawetan (Oej Djoen Seng, 1964). Prasetyo (2000) menyatakan bahwa kayu pilang memiliki keunggulan sifat fisis dan mekanis dibanding kayu Jati. Sifat mekanis ini tidak bervariasi menurut ketinggian namun menurut kedalaman.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keterawetan kayu Pilang (Acacia
leucophloea Wild.) dengan bahan pengawet Impralit CKB melalui metode tekanan serta pengaruhnya
terhadap sifat mekanis. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi upaya
pemanfaatan kayu Pilang secara optimal. Modulus of Elasticity (MOE) atau kekakuan lentur merupakan nilai yang menyatakan kekakuan kayu, bukan kekuatan kayu. Sifat ini hanya sampai pada batas proporsi. Pada penelitian ini nilai MOE tidak dipengaruhi oleh pemberian tekanan dan faktor kedalaman batang (pusat, tengah,
tepi). Diduga hal ini sebagal akibat variasi struktur anatomis kayu yaitu kayu gubal dan kayu teras. | id |