dc.description.abstract | Wilayah perairan laut Indonesia sangat luas yaitu 3,1 km² (sekitar 62 % dari seluruh wilayah
Indonesia) dan mempunyai garis pantai yang panjang, memiliki sumber devisa hayati laut yang dapat menunjang pembangunan nasional sebagai sumber devisa negara. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Prospek perikanan cakalang di Indonesia sangat baik, akan tetapi pemanfaatannya masih rendah. Oleh karena itu usaha penangkapan ikan perlu ditingkatkan. Selama ini para nelayan tradisional
menggunakan tanda-tanda alam (warna air laut dan burung-burung yang terbang diatas permukaan laut) untuk mengetahui keberadaan suatu kelompok ikan, akan tetapi ha! -ini kurang memberikan suatu kepastian. Guna meningkatkan efisiensi penangkapan ikan di laut, perlu suatu teknologi yang dapat menghemat waktu dan biaya. Teknologi Penginderaan Jauh merupakan salah satu alternatifnya. Salah satu satelit penginderaan jauh bidang kelautan adalah satelit NOAA dengan sensornya AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer).
Suhu dan arus merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan cakalang khususnya dan sumberdaya laut pada umumnya (Nontji, 1987). Umumnya setiap spesies ikan mempunyai kisaran suhu yang sesuai dengan lingktmgan untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya (Hela and Laevastu, 1970). Dengan mengetahui distribusi suhu permukaan laut suatu wilayah perairan, akan dapat diamati pola arus serta fenomena upwelling/front yang merupakan daerah potensi perikanan. | id |