Show simple item record

dc.contributor.advisorAnwar, Syaiful
dc.contributor.advisorNugroho, Budi
dc.contributor.advisorIndriyati, Lilik Tri
dc.contributor.authorRahmayuni, Erlina
dc.date.accessioned2023-11-09T09:04:06Z
dc.date.available2023-11-09T09:04:06Z
dc.date.issued2023
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/131534
dc.description.abstractPenyebaran tanah masam di Indonesia cukup luas merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian disamping kendala yang dimiliki diantaranya kadar basa-basa rendah akibat pencucian intensif dan kadar Al, Fe dan Mn oksida tinggi yang dapat meracuni tanaman, sedangkan kadar fosfor (P) dan bahan organik rendah. Inceptisol, Ultisol dan Oksisol merupakan ordo tanah masam banyak ditemukan di Indonesia. Sifat inklusi tanah adalah meliputi area yang kecil dan sulit untuk dideliniasi tersendiri dan merupakan bagian dari area yang lebih luas sebagai syarat yang dapat ditampilkan pada peta tanah. Sifat tanah yang berbeda dikenal sebagai inklusi tanah yang terjadi akibat adanya perbedaan sifat umum jenis tanah pada suatu unit pemetaan tanah. Dalam satuan lahan yang sama dapat dijumpai karakteristik tanah yang berbeda-beda. Karena pada umumnya dalam data spasial sumber daya lahan dan khususnya pada data tanah, penyebab utama kesalahan adalah dimasukkanya unit-unit yang tidak dipetakan dalam wilayah yang digambarkan seragam pada peta tanah. Pada data sumber daya lahan yang awalnya dilaporkan dalam bentuk peta, direpresentasikan sebagai wilayah yang homogen dengan luasan area dikendalikan oleh skala peta. Masalah utama yang ditemukan pada ordo Inceptisol, Ultisol dan Oksisol adalah adanya fiksasi P yang tinggi, kekahatan P dan keracunan Al, Fe dan Mn. Keberadaan P di dalam tanah umumnya sedikit, namun dibutuhkan dalam jumlah yang banyak maka pemupukan P sangat penting untuk mengatasi kekurangan P bagi pertumbuhan tanaman. Unsur P yang diberikan saat pemupukkan hanya 10-20% dapat dimanfaatkan oleh tanaman dalam setahun pemberiannya, karena kebanyakan P yang ditambahkan secara cepat berikatan dengan unsur lain menjadi bentuk yang sulit tersedia. Pemupukan yang dilakukan secara intensif pada lahan pertanian dapat meninggalkan residu di dalam tanah. Fosfor inorganik yang meliputi antara Pmudah larut, Al-P, (Fe-Mn)-P, (Ca, Mg)-P terjerap. Sedangkan fraksi Al dalam tanah menurut fraksi Al dapat ditukar (Al-dd), Al amorf (Al-amf), Al amorf organik (Al-amo), Al amorf organik terikat lemah hingga sedang (Al-amls), Al amorf organik terikat kuat (Al-amok), dan Al amorf inorganik (Al-ami). Bentuk-bentuk Fe dan Mn dalam tanah) dibedakan berdasarkan tingkat ketersediaan dan mobilitasnya dalam tanah, yaitu: fraksi dapat ditukar (dd), terekstrak asam acetat (asm) merupakan bentuk yang sedikit tersedia atau kurang tersedia, fraksi teroksidasi (oks), fraksi tereduksi (red) merupakan bentuk tidak tersedia, dan fraksi residual atau (res) yaitu bentuk yang tidak tersedia untuk tanaman. Ketersediaan P tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bahan induk, tingkat perkembangan tanah dari jenis ordo tanah yang berbeda dan pengelolaan tanah. Data perilaku fraksi P yang mengacu kepada kronosekuen belum banyak diketahui, khususnya pada penggunaan lahan yang berbeda dari kondisi alami sampai yang diolah secara intensif. Penelitian bertujuan untuk melakukan kajian terhadap: 1) mengkarakteristik fisik-kimia tanah pada tiga ordo tanah (Inceptisol, Ultisol dan Oksisol); 2) mengkaji fraksionasi Al, Fe, dan Mn pada profil tanah Inceptisol, Ultisol dan Oksisol penggunaan lahan hutan, lahan kering dan sawah; dan 3) menguraikan hubungan distribusi fraksi Al, Fe, dan Mn dari sebaran fraksi P dalam profil tanah Inceptisol, Ultisol dan Oksisol. Contoh tanah diambil pada tipe penggunaan hutan, lahan kering dan sawah pada masing-masing ordo Inceptisol, Ultisol dan Oksisol. Dari setiap profil tanah diambil tiga contoh tanah terganggu sesuai dengan horison atau lapisan. Untuk lahan hutan dan lahan kering, contoh tanah diambil dari horison A/Ap, AB/B1, dan B/Bt, sedangkan tanah pada lahan sawah contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm. Fraksionasi P, Al, Fre dan Mn dianalisis secara sekuensial sehingga mendapatkan bentuk P inorganik cepat tersedia (Pmudah larut) dan P inorganik lambat tersedia (Al-P, (Fe, Mn)-P dan (Ca, Mg)-P)). Fraksionasi Al dalam bentuk Al-po, Al-o, Al-p, Al-Cu, Al-pCu, dan Al-po. Fraksionasi Fe dan Mn terbagi atas dapat ditukar (dd), terekstrak asam (ace), terreduksi (red), teroksidasi (oks) dan sisa (res). Sifat fisik dan kimia tanah sebagai pendukung yang dianalisis adalah tekstur tanah, pH H2O (1:5), karbon organik (C-organik), basa-basa tanah, P total (ekstrak HCl 25 %). Hasil penelitian menyimpulkan: 1) Daerah dengan curah hujan tinggi, masih ditemukan kadar Ca, Mg, KB yang tinggi yaitu pada satuan peta tanah Inceptisol (Alfisol dan Inceptisol) dan satuan peta tanah Ultisol (Alfisol dan Inceptisol) di Desa Curug Kabupaten Jasinga; 2) Pada satuan peta tanah Inceptisol dan Ultisol Jasinga ditemukan adanya inklusi sifat kimia tanah meliputi KTK dan KB yang tinggi dan Fe-dd dan Mn-dd yang rendah. Inklusi dominan terdapat pada sawah, diikuti hutan, dan terendah pada lahan kering. Karakteristik fraksi P inorganik pada Inceptisol dan Ultisol di Jasinga di dominasi oleh fraksi (Ca, Mg)-P, sedangkan pada Oksisol didominasi oleh fraksi Al-P pada hutan, lahan kering dan sawah. Fraksi Al-dd mendominasi pada semua ordo Inceptisol, Ultisol dan Oksisol. Bentuk fraksi Fe yang dominan pada Inceptisol dan Oksisol adalah Fe-res sedangkan Ultisol dalam bentuk Fe-oks. Fraksi Mn yang dominan pada Inceptisol adalah Mn-dd dan bentuk fraksi Mn-res yang dominan di temukan pada Ultisol dan Oksisol; 3) Hasil korelasi fraksi P inorganik dengan sifat kimia tanah terpilih dan dengan fraksi Al, Fe dan Mn pada tanah Inceptisol, Alfisol dan Ultisol menunjukkan bentuk fraksi yang dominan pada Inceptisol adalah fraksi (Fe, Mn)-P, (Ca, Mg)-P dan fraksi Al-P, (Fe, Mn)-P, (Ca, Mg)-P pada tanah sawah. Fraksi P inorganik pada tanah Alfisol dan Ultisol yang dominan adalah fraksi Al-P dan (Fe, Mn)-P; 4) Penyebab perbedaan karakteristik tidak hanya berasal dari jenis tanah dan perbedaan penggunaan lahan tetapi juga karena adanya perbedaan bahan induk yang ada di lokasi penelitian. Penelitian ini memiliki 3 kebaruan: 1) Didapatkan sifat kimia inklusi yaitu: KTK, Mg-dd yang tinggi dari pada Ca-dd, pada satuan peta tanah Inceptisol ditemukan ordo Alfisol dan pada satuan peta tanah Ultisol ditemuakan ordo Alfisol dan Inceptisol di Desa Curug Jasinga; 2) Terformulasikannya metode fraksionasi P inorganik yang lebih sederhana dengan menggabungkan metode Chang dan Jackson (1957) dengan Metode Tiessen dan Moir (1999) fraksi Al-P, (Fe, Mn)-P dan (Ca, Mg)-P yang terpisah; 3) Informasi ilmiah tentang distribusi fraksi P menurut kronosekuen ditemukan fraksi (Ca, Mg)-P yang dominan pada tanah muda, sedangkan fraksi Al-P dan (Fe, Mn)-P dominan pada tanah tua.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePerilaku Fraksi P Inorganik, Al, Fe dan Mn dalam Tanah di Tingkat Perkembangan pada Berbeda Hutan, Lahan Kering dan Sawahid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordaccumulationid
dc.subject.keywordcorrelationid
dc.subject.keywordfractionationid
dc.subject.keywordinclusion chemistryid
dc.subject.keywordland useid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record