Etnobotani Pewarna Alami pada Batik di Surakarta dan Yogyakarta
Abstract
Kampung Laweyan dan Desa Tancep merupakan sentra batik yang sudah
dikenal secara luas. Tumbuhan pewarna alami pada batik masih digunakan
masyarakat tetapi kesadaran akan pentingnya penggunaan pewarna alami di
kalangan pembatik semakin hari semakin menurun. Teknik pewarnaan sintetis
atau kimia menggeser teknik pewarnaan alami. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami pada
batik dan melestarikan metode pewarnaan alami pada batik yang semakin
menurun peminatnya. Metode yang digunakan adalah metode snowball dengan
total 32 responden. Total jenis tumbuhan pewarna alami yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Kampung Laweyan sebanyak 19 jenis dari 16 famili dan di Desa
Tancep sebanyak 37 jenis dari 27 famili. Tumbuhan pewarna alami berdasarkan
bagian yang digunakan dikelompokkan menjadi daun, batang, kulit batang, buah,
kulit buah, biji, bunga, akar, rimpang dan kulit umbi, sedangkan berdasarkan
habitusnya dikelompokkan menjadi perdu, semak, herba dan pohon. Warna yang
dihasilkan dikelompokkan menjadi sepuluh macam arah warna yaitu kuning, biru,
merah, hijau, cokelat, merah muda, abu-abu, ungu, jingga atau oranye dan hitam.
Cara pengolahan yang sering digunakan yaitu direbus. Tumbuhan pewarna alami
lebih banyak dibudidayakan oleh masyarakat.