Show simple item record

dc.contributor.advisorUtomo, Is Hidayat
dc.contributor.authorHamdi
dc.date.accessioned2023-11-06T04:20:31Z
dc.date.available2023-11-06T04:20:31Z
dc.date.issued1997
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130654
dc.description.abstractPercobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektivan formulasi herbisida ametryne pada berbagai taraf dosis yang diaplikasikan saat pra tumbuh dan pasca tumbuh gulma di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Hasil analisis vegetasi menunjukkan komposisi gulma dominan di areal percobaan adalah berturut-turut Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, Cyperus kyllingia, Axonopus compressus dan Paspalum conjugatum. Perlakuan terdiri dari tiga faktor yang disusun secara faktorial dengan menggunakan rancangan acak kelompok. Ketiga faktor tersebut adalah faktor pertama formulasi ametryne (H) yang terdiri dari ametryne 80 WP (H1) dan ametryne 500 FW (H2), faktor kedua adalah waktu aplikasi (A) yang terdiri dari pra tumbuh (A1) dan pasca tumbuh (A2), dan faktor ketiga adalah dosis (D) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 kg b.a./ha (Do), 1.6 kg b.a./ha (D1), 2.4 kg b.a./ha (D2) dan 3.2 kg b.a./ha (D3). Perlakuan terdiri dari 16 kombinasi dengan 3 ulangan. Setiap satu-an percobaan dicobakan pada 3 tanaman, sehingga terdapat 144 tanaman. Satuan percobaan adalah piringan kelapa sawit dengan jari-jari 1.5 meter. Herbisida diaplikasikan pada waktu penutupan gulma sasaran minimum 75% untuk aplikasi pasca tumbuh dan untuk aplikasi pra tumbuh terlebih dahulu dilakukan pembersihan gulma secara manual, kemudian aplikasi dilakukan pada hari yang sama. Formulasi ametryne balk WP maupun FW mempunyai keefektivan yang sama dalam mengendalikan gulma di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Kisaran dosis ametryne yang diaplikasikan pada pra tumbuh, antara dosis rendah dan dosis yang lebih tinggi tidak menunjukkan hasil pengendalian yang berbeda. Sedangkan pada aplikasi pasca tumbuh, peningkatan dosis cenderung diikuti oleh peningkatan hasil pengendalian. Dosis optimal untuk spesies gulma dominan secara umum adalah untuk pra tumbuh 2.4 kg b.a./ha dan pasca tumbuh 3.2 kg b.a/ha. Aplikasi pra tumbuh dengan dosis 2.4 kg b.a./ha, efektif untuk mengendalikan Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides dan Cyperus kyllingia. Sedangkan aplikasi pasca tumbuh dengan dosis 3.2 kg b.a./ha sangat efektif untuk mengendalikan Axonopus compressus di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkan. Ametryne pada kisaran dosis yang diaplikasikan baik secara pra tumbuh maupun pasca tumbuh tidak menimbulkan gejala keracunan terhadap tanaman kelapa sawit.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcAgronomy - Palm oilid
dc.titleKajian formulasi, waktu aplikasi dan dosis herbisida ametryne di pertanaman kelapa sawit belum menghasilkanid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record