Show simple item record

dc.contributor.advisorHakim, Dedi Budiman, Sri, Widyastutik Hartoyo
dc.contributor.authorHubbansyah, Aulia Keiko
dc.date.accessioned2023-11-06T03:26:16Z
dc.date.available2023-11-06T03:26:16Z
dc.date.issued2023-08-08
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/130588
dc.descriptionSudah bagus tingkatkan terusid
dc.description.abstractSebagai kawasan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan berkelanjutan, Indonesia bertransformasi menjadi negara industrial dan jasa. Hal ini mendorong terjadinya perpindahan pemusatan kegiatan ekonomi dan tenaga kerja, dari sektor pertanian ke non-pertanian, baik industri maupun jasa. Perpindahan pemusatan kegiatan ekonomi ke sektor non-pertanian dapat dilihat dari peningkatan kontribusi sektor non-pertanian terhadap perekonomian, yang diikuti dengan penurunan kontribusi dari sektor pertanian di Indonesia. Kontribusi output sektoral pertanian terus turun dari 26.9% pada 1980 menjadi 13.3% pada 2020. Sementara pada saat yang sama, kontribusi output sektor non-pertanian (meliputi industri dan jasa) meningkat dari 73.1% menjadi 86.7%. Seperti yang terjadi di negara-negara maju, proses transformasi ekonomi di Indonesia juga dicirikan dengan turunnya peran sektor pertanian, dan meningkatnya peran sektor industri dan jasa di dalam perekonomian. Berbeda dengan sejumlah penelitian sebelumnya yang lebih fokus pada analisis atas pola perubahan struktural dan dampaknya terhadap kemiskinan dan ketimpangan sektoral, studi ini lebih menekankan pada pembahasan mengenai ketercapaian kondisi turning point, yang menjadi salah satu tesis penting dalam kerangka analisis transformasi struktural, sebagaimana yang dirumuskan oleh Lewis. Tesis ini menerangkan ada surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang mengakibatkan produktivitas marjinal (marginal productivity) tenaga kerja sektor pertanian sangat kecil (mendekati nol), yang oleh Lewis disebut disguised unemployment. Disguised unemployment merujuk pada situasi di mana seseorang terlihat bekerja, tetapi sebenarnya kontribusi produktivitas mereka terhadap output sangat kecil, atau bahkan tidak ada. Disguised unemployment ini sering kali terjadi dalam sektor pertanian di negara-negara berkembang. Dalam sektor pertanian tradisional, keluarga yang memiliki lahan pertanian umumnya mempekerjakan seluruh anggota keluarga, termasuk mereka yang sebenarnya tidak dibutuhkan untuk memperoleh hasil pertanian yang optimal. Oleh karena itu, meski terlihat bekerja, tetapi efisiensi produksi sebenarnya tidak meningkat karena tambahan pekerja relatif tidak memberi kontribusi. Penelitian ini memiliki enam tujuan, yakni (1) mengidentifikasi kondisi LTP dan alokasi tenaga kerja optimal sektor pertanian; (2) menganalisis dampak teknologi terhadap penggunaan input sektor pertanian; (3) mengidentifikasi dekomposisi pertumbuhan sektoral (pertanian dan non-pertanian); (4) menganalisis dampak realokasi tenaga kerja sektoral terhadap tingkat produktivitas, baik within dan between, di Indonesia; (5) menganalisis faktor determinan yang mempengaruhi pangsa tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia; (6) menganalisis dampak perubahan struktur tenaga kerja terhadap ketimpangan dan kemiskinan pada negara di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari berbagai lembaga, antara lain Bank Dunia, Food Agricultural Organization (FAO), dan UNCTAD. Data yang dikumpulkan adalah time series selama periode 1980 – 2020. ...id
dc.description.sponsorshipMandiriid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.titlePerubahan struktur tenaga kerja dan ketercapaian turning point di Indonesiaid
dc.title.alternativeChanges in the structure of the workforce and the achievement of turning points in Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordTransformasi strukturalid
dc.subject.keywordturning pointid
dc.subject.keywordpertanianid
dc.subject.keywordnon-pertanianid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record