Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan regional Provinsi Banten
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan regional Provinsi
Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data time series dari tahun 2001 hingga tahun 2010, yang dianalisis secara
deskriptif dan permodelan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dalam penelitian ini
diolah dengan menggunakan software Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pendapatan regional
provinsi Banten dari tahun 2001 - 2010 mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,5
persen rata-rata setiap tahunnya. Perkembangan konsumsi rumah tangga dari
tahun 2001-2007 mengalami peningkatan yaitu sebesar 6,67 persen rata-rata
setiap tahunnya, pada tahun 2008 mengalami penurunan drastis yaitu sebesar 34,4 persen dari tahun sebelumnya dan meningkat lagi sampai tahun 2010 tetapi
besarnya masih lebih kecil dari konsumsi pada tahun 2003. Perkembangan
investasi pada tahun 2001-2006 mengalami rata-rata peningkatan setiap tahunnya
yaitu sebesar 8,74 persen, pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 12
persen dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2008 investasi Banten mengalami
penurunan yang jauh lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 31,7 persen,
dan walau meningkat lagi pada tahun berikutnya akan tetapi besarnya investasi
pada tahun 2010 belum pulih seperti tahun 2002. Perkembangan belanja
pemerintah mengalami peningkatan dari tahun 2001-2007 yaitu sebesar 7,55
persen rata-rata setiap tahunnya, pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar
24,7 persen dari tahun sebelumnya, dan walau meningkat lagi sampai tahun 2010,
akan tetapi besarnya belanja pemerintah pada tahun 2010 belum sebesar belanja
pemeritah pada tahun 2005. Perkembangan ekspor dan impor di Provinsi Banten
adalah meningkat dari tahun 2001-2010 dengan rata-rata peningkatan setiap
tahunnya yaitu 12,79 persen untuk ekspor dan 8,27 persen untuk impor. Untuk
perkembangan ekspor neto Provinsi Banten, pada tahun 2001-2005 adalah
mengalami penurunan yaitu dengan rata-rata sebesar 21,98 persen pada setiap
tahunnya. Kemudian pada tahun 2006 ekspor neto mengalami peningkatan
sebesar 10,4 persen dari tahun sebelumnya, pada tahun 2007 mengalami
peningkatan yang lebih besar yaitu empat kali lipat dari tahun sebelumnya, dan
pada tahun 2008 ekspor neto meningkat tajam yaitu tujuh kali lipat dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2009-2010, ekspor neto Banten kembali mengalami
peningkatan dengan rata-rata sebesar 4,66 persen pada setiap tahunnya.
Perkembangan jumlah tenaga kerja adalah fluktuatif. Pada tahun 2001-2003
jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 1,76 persen pada tiap
tahunnya, pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,74 persen dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan
kembali sebesar 9,47 persen akan tetapi pada tahun berikutnya kembali
mengalami penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 3,7 persen. Kemudian jumlah
tenaga kerja kembali mengalami peningkatan sampai tahun 2010 yaitu rata-rata
sebesar 8,66 persen pada setiap tahunnya.
Dari hasil estimasi diperoleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor
neto berpengaruh signifikan terhadap pendapatan regional Provinsi Banten
sedangkan pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan dummy (krisis global) tidak
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan regional Provinsi Banten. Variabel
konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor neto mempunyai pengaruh yang
positif terhadap pendapatan regional. Dummy krisis global yang tidak
berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara sebelum dan sesudah krisis global dalam memengaruhi pendapatan regional
Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka kebijakan yang bisa
diambil oleh pemerintah sebagai bahan pertimbangan adalah meningkatkan
PMDN dan investasi pada sektor primer. Mengoptimalkan penggunaan belanja
pemerintah dengan efisiensi anggaran untuk belanja pegawai dan membatasi
penerimaan pegawai pemerintahan dengan ketat. Selain itu, kebijakan untuk
mengurangi tingkat pengangguran yaitu dengan menyediakan sarana pendidikan,
tempat-tempat kursus dan pelatihan gratis, dan lain sebagainya.
