Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Perambah Hutan Dengan Pola Penggunaan Lahan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan: studi kasus di Kecmatan Tenong, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung
View/ Open
Date
2005Author
Pasha, Rachman
Basuni, Sambas
Budidarsono, Suseno
Metadata
Show full item recordAbstract
Sebagai bagian dari pembangunan di bidang kehutanan, pembangunan taman nasional merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan melestarikan berbagai potensi sumberdaya alam hayati. Terdapat berbagai masalah yang dihadapi untuk mencapai tujuan pembangunan taman nasional. Salah satunya adalah maraknya kegiatan perambahan hutan oleh masyarakat setempat sebagai akibat dari tingginya tingkat ketergantungan masyarakat sekitar pada sumberdaya yang terdapat di dalamnya. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai salah satu taman nasional yang terdapat di daerah Lampung dengan luas areal 365.000 ha juga tidak luput dari permasalahan serupa. Memperhatikan masalah diatas, maka diperlukan adanya suatu upaya untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut dengan terlebih dahulu mengkaji karakteristik sosial ekonomi perambah di kawasan TNBBS, sehingga nantinya diharapkan dapat menghasilkan berbagai masukan bagi pihak pengelola TNBBS di dalam mengambil kebijakan terhadap masalah perambahan yang terdapat di dalam kawasan TNBBS.
Tujuan utama penelitian ini adalah, mendeskripsikan pola penggunaan lahan dan karakteristik sosial ekonomi perambah hutan di kawasan TNBBS serta menggambarkan pola hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat perambah dengan pola penggunaan. lahan di dalam kawasan TNBBS. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi acuan serta memberikan masukan bagi pihak pengelola TNBBS dalam upaya mengelola taman nasional. Data dan informasi yang dikumpulkan diantaranya adalah luas lahan yang dibudidayakan, jenis penggunaan lahan, karakteristik sosial ekonomi perambah serta persepsi perambah terhadap taman nasional.
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh perambah yang berada di dalam kecamatan Way Penentuan penarikan sampel dilakukan berdasarkan plot lahan yang dibudidayakan. Metode yang digunakan adalah pembuatan garis lintang dan garis bujur pada peta hasil overlay antara peta batas adminstratif, peta land cover sub catchment Way Hitam tahun 2000 dan peta batas kawasan TNBBS dengan skala 1:12.500, Grid dibuat dengan ukuran 2 x 2 cm atau berukuran lapang 200 x 200 m. Dari hasil pembuatan grid didapatkan sebanyak 900 titik kemudian dipilih plot sampel secara acak (random) sebanyak 60 buah titik yang mewakili gambaran dari populasi plot di lapangan berdasarkan land cover. Selanjutnya pengecekan dilakukan dengan mendatangi plot/lahan sampel terpilih terlebih dahulu dengan menggunakan bantuan GPS Keluarga petani yang menggarap plot lahan secara "otomatis" menjadi keluarga sampel/keluarga perambah…dst