Analisis integrasi pasar CPO dunia dengan pasar CPO, minyak goreng dan TBS domestik serta pengaruh tarif ekspor CPO dan harga BBM dunia
Abstract
Pergerakan harga CPO dunia, CPO, minyak goreng, dan TBS dari waktu ke waktu menunjukkan kecenderungan menaik. Kelangkaan minyak goreng dan upaya peningkatan tarif (pungutan) eskpor untuk meredam kenaikan harga minyak goreng domestik dan pemanfaatan CPO untuk industri biodiesel yang terjadi dengan semakin meningkatnya harga BBM di pasar dunia menarik untuk dikaji. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) integrasi pasar CPO dunia
dengan pasar CPO, minyak goreng, dan TBS domestik (2) pengaruh tarif ekspor CPO dan harga BBM dunia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data deret waktu (time series) yang berjumlah 72 bulan (Januari 2001 hingga Desember 2006). Data harga CPO, minyak goreng, dan TBS domestik merupakan harga gabungan dari beberapa kota besar di Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, dan KPB. Sementara harga CPO dunia dikeluarkan oleh Departemen Pertanian berdasarkan harga impor (CIF) Rotterdam. Harga BBM dunia diperoleh dari Direktorat Jenderal Minyak & Gas, Departemen ESDM yang juga didasarkan atas harga di Rotterdam. Pengolahan data dilakukan dengan pendekatan metode Vector Autoregression (VAR), dan menggunakan perangkat lunak Microfit 4.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar CPO dunia terintegrasi dengan pasar CPO, minyak goreng, dan TBS domestik. Pasar CPO dunia berperan sebagai penentu harga, sedangkan pasar-pasar domestik berperan sebagai pengikut harga. Pada pasar domestik, terjadi integrasi pasar antara pasar CPO dengan pasar TBS domestik dimana pasar CPO domestik adalah penentu harga bagi pasar TBS domestik. Tarif ekspor CPO yang diterapkan pemerintah ternyata tidak berpengaruh terhadap integrasi pasar yang terjadi. Dapat dikatakan bahwa tarif ekspor yang berlaku tidak efektif, karena tarif ekspor yang tinggi dapat menurunkan penghasilan produsen dan eksportir CPO, serta petani, Harga BBM dunia berpengaruh terhadap integrasi pasar yang terjadi. Artinya, Indonesia sebagai salah satu negara eksportir CPO terbesar di dunia memiliki peluang yang sangat besar untuk memenuhi
kebutuhan industri biodiesel di pasar dunia yang semakin berkembang beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan hasil penelitian, karena kebijakan tarif ekspor CPO ternyata tidak
efektif dan tidak berpengaruh terhadap integrasi pasar yang terjadi, maka untuk meminimalkan kerugian yang ditimbulkan disarankan agar pemerintah dapat melakukan Program Stabilisasi Harga (PSH) dengan melakukan operasi pasar minyak goreng murah (bekerja sama dengan produsen CPO) dalam jangka pendek dan secara serius mengembangkan industri hilir pengolahan minyak kelapa sawit (oleochemical industry) dalam jangka panjang agar ketergantungan terhadap pasar CPO dunia dapat dikurangi. Penelitian lanjutan juga diperlukan dengan menggunakan data harga yang lebih komprehensif, tidak saja menggunakan harga-harga domestik gabungan tetapi juga harga domestik di beberapa pasar utama.
