Analisis Ekonomi Wisata dan Dampaknya terhadap Masyarakat Sekitar Wisata Goa Gong Pacitan
Abstract
Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi serta cukup efektif dalam hal penciptaan
lapangan kerja khususnya bagi masyarakat sekitar. Kota Pacitan yang dikenal
sebagai ‘kota 1001 goa’ memiliki wisata goa yang menjadi salah satu tujuan
wisata masyarakat. Wisata goa yang menjadi wisata andalan Pacitan yaitu Goa
Gong. Pengunjung yang datang ke lokasi tersebut terus mengalami peningkatan.
Pengunjung yang semakin banyak dapat menyebabkan adanya potensi over
carriying capacity. Kegiatan wisata yang memanfaatkan sumberdaya alam dan
lingkungan ini memiliki nilai ekonomi atau nilai manfaat dari sumberdaya alam
dan lingkungan yang dimanfaatkan tersebut. Adanya wisata Goa Gong juga
menimbulkan dampak bagi masyarakat sekitar, baik dampak ekonomi, dampak
sosial, maupun dampak lingkungan. Dengan demikian, penelitian ini memiliki
tujuan: 1) mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja lokal,
dan masyarakat sekitar wisata Goa Gong Pacitan; 2) mengidentifikasi faktorfaktor
yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi wisata Goa Gong; 3)
mengestimasi nilai ekonomi wisata Goa Gong; dan 4) menganalisis dampak dari
adanya kegiatan wisata alam Goa Gong terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder dimana pengambilan data dilakukan
dari bulan Maret sampai April 2012.
Hasil dari penelitian ini diperoleh mayoritas wisatawan Goa Gong berusia
antara 17-22 tahun dengan pendapatan berkisar antara Rp 500.000-Rp 1.000.000,
dan sebagian besar berasal dari luar wilayah Jawa Timur. Berdasarkan hasil
wawancara, unit usaha yang berkembang di lokasi wisata telah berjalan lebih dari
sepuluh tahun, namun pendapatan mereka masih kurang dari Rp 500.000.
Responden tenaga kerja lokal sebagian besar bekerja sebagai karyawan kios
souvenir dan memiliki pendapatan kurang dari Rp 500.000 per bulan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan masyarakat sekitar, sebagian besar mereka bekerja
sebagai karyawan dengan pendapatan per bulan kurang dari Rp 500.000.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Goa Gong
dibentuk dengan model regresi linear berganda dan dilakukan dengan metode
biaya perjalanan individual tiap individu per kunjungan. Berdasarkan hal tersebut
diketahui bahwa variabel biaya perjalanan, pendapatan, waktu tempuh, lama
wisatawan mengetahui keberadaan wisata, dan jumlah tanggungan keluarga
berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisata ke Goa Gong. Nilai surplus
ekonomi yang diterima wisatawan yaitu sebesar Rp 2.989,30 per individu per
kunjungan dan nilai ekonomi wisata Goa Gong sebesar Rp 378.738.859,23.
Dalam penelitian ini, analisis dampak dari kegiatan wisata Goa Gong
meliputi dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dampak ekonomi diestimasi
dengan pendekatan multiplier effect, berdasarkan pendekatan tersebut diperoleh
dampak ekonomi langsung wisata Goa Gong yang diterima oleh pemilik unit
usaha sebesar 42,74 %, dampak ekonomi tidak langsung yang diterima tenaga
kerja lokal yang bekerja di lokasi wisata Goa Gong sebesar Rp 3.841.457, dan dampak ikutan berupa pengeluaran tenaga kerja lokal sebesar Rp 6.027.764. Nilai
Keynesian Income Multiplier pada penelitian ini sebesar 0,20, nilai Ratio Income
Multiplier Tipe I sebesar 1,32, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar
2,01.
Masyarakat yang merasakan dampak sosial berupa peningkatan aktivitas
ekonomi sebanyak 66,67 %. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat,
dengan adanya wisata ini maka tercipta kesempatan mereka untuk berusaha
(membuka unit usaha) di lokasi tersebut. Sebanyak 20 % masyarakat merasakan
adanya perubahan gaya hidup dan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat.
Sebanyak 13,33 % masyarakat merasakan dampak sosial berupa perubahan gaya
hidup saja. Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 80 % masyarakat berpendapat
bahwa keberadaan wisata ini menimbulkan masalah lingkungan berupa
peningkatan volume sampah. Sebanyak 10 % berpendapat bahwa keberadaan
wisata ini mengakibatkan peningkatan volume sampah, polusi udara, dan
kebisingan. Selain sampah dan polusi udara, sebanyak 6,67 % masyarakat juga
berpendapat bahwa keberadaan wisata ini menimbulkan kemacetan. Sisanya
sebanyak 3,33 % berpendapat bahwa keberadaan wisata ini mengakibatkan
peningkatan volume sampah serta polusi udara saja.