Show simple item record

dc.contributor.advisorSujiprihati, Sriani
dc.contributor.advisorPoernomo W.S., Bonny
dc.contributor.authorHutari, Subekti Tyas
dc.date.accessioned2023-11-01T12:19:51Z
dc.date.available2023-11-01T12:19:51Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129919
dc.description.abstractPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh lateks pepaya sebagai fungisida botani yang berpotensi untuk menekan perkembangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides sehingga mampu mengurangi ataupun menggantikan penggunaan fungisida sintetik (Mankozeb) dengan kombinasi perlakuan infiltrasi suhu air panas. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Cimahpar dan Kebun Percobaan IPB Tajur. Bogor serta di Laboratorium Mikologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI) dan Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari-Desember 2004. Penelitian terdiri dari empat kegiatan pengujian, yaitu isolasi C. gloeosporioides secara in vitro, pengujian pengaruh infiltrasi suhu air panas (ISAP) terhadap buah pepaya, pengujian pengaruh fungisida Mankozeb dan lateks pepaya terhadap pertumbuhan C. gloeosporioides secara in vitro, serta pengujian buah pepaya secara in vivo. Pada pengujian ke-1, 2 dan 3 digunakan rancangan acak lengkap, sedangkan pada pengujian ke-4 digunakan rancangan acak lengkap dua faktorial. Pada pengujian ke-1, isolasi C. gloeosporioides secara in vitro dilakukan untuk memperoleh isolat murni·C. gloeosporioides. Isolat murni C. gloeosporioides kemudian diamati tingkat infeksi serangannya melalui uji patogenisitas. Pada pengujian ke-2, pengaruh infiltrasi suhu air panas terhadap buah pepaya terdiri atas dua faktor ISAP, yaitu ISAPI bersuhu 42 °C selama 30 menit dan ISAP2 bersuhu 42 °C selama 30 menit (tahap ke-1) dan 49 °C selama 20 menit (tahap ke-2). Kedua faktor ISAP diamati terhadap perubahan susut bobot buah. Susut bobot perlakuan ISAP yang terkecil selanjutnya akan digunakan pada pengujian ke-4 sebagai ISAP terbaik. Pada pengujian ke-3, pengaruh konsentrasi Mankozeb 0.2% (b/v) dan 3 konsentrasi lateks pepaya yaitu 2, 3, dan 4% (b/v) yang disimpan pada 3 suhu dan masa simpan yaitu cool refrigerator selama 1 hari masa simpan (HMS), freezer selama 1 HMS, dan termos es selama 0 HMS. Semua kombinasi perlakuan fungisida Mankozeb dan lateks menghasilkan 10 kombinasi perlakuan secara in vitro. Pengamatan dilakukan terhadap persentase penghambatan pertumbuhan C. gloeosporioides selama 8 hari setelah perlakuan (HSP). Konsentrasi lateks yang disimpan pada suhu dan masa simpan terbaik selanjutnya akan digunakan pada pengujian ke-4. Pada pengujian ke-4, buah pepaya secara in vivo diberi perlakuan kombinasi ISAP terbaik dengan konsentrasi Mankozeb 0.2% (b/v), konsentrasi lateks yang disimpan pada suhu dan masa simpan terbaik dan kontrol (kontrol suhu). Kombinasi perlakuan tersebut kemudian diinteraksikan dengan 2 faktor inokulasi, yaitu inokulasi positif dan tanpa inokulasi (inokulasi negatif). Kontrol tanpa perlakuan (kontrol netral) digunakan untuk mengamati pengaruh ISAP, fungisida dan inokulasi. Pengamatan dilakukan tiap hari terhadap susut bobot, skor.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcPepayaid
dc.subject.ddcLateks pepayaid
dc.subject.ddcAntraknosaid
dc.titlePengaruh Lateks Pepaya dan Fungisida Mankozeb dengan Kombinasi Perlakuan Suhu Terhadap Perkembangan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides (Penz) Sacc.) pada Buah Pepaya IPB-1id
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record