dc.description.abstract | Data penginderaan jauh yang tersedia saat ini mempunyai karakteristik berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan sistem sensor dan cara perekaman datanya. Satelit Landsat 7 menggunakan sensor Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+) menghasilkan citra Landsat yang mempunyai kelebihan, yaitu memiliki 6 saluran spektral dengan resolusi spasial (30 m x 30 m) dan satu saluran (thermal) dengan resolusi spasial (60 m x 60 m) serta satu saluran pankromatik dengan resolusi spasial (15 m x 15 m). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fusi citra Landsat TM dengan Landsat Pankromatik terhadap kenampakan visual penutup lahan/penggunaan lahan dan untuk mengkaji kedetilan informasi penutupan lahan/penggunaan lahan. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Oktober 2001 sampai November 2002, bertempat di Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB dan Kecamatan Ciasem sebagai tempat penelitian. Fusi citra Landsat TM dengan Landsat Pankromatik dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu transformasi Brovey dan transformasi IHS (Intensity, Hue, Saturation). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kenampakan areal persawahan, pemukiman dan kebun campuran pada citra fusi lebih jelas dan kontras warnanya dibandingkan dengan citra Landsat TM ataupun Landsat Pankromatik. Pada kedua.
citra fusi, dapat dilihat bahwa kenampakan jalan lokal, sungai kecil, saluran irigasi
pada tiap petakan menjadi lebih jelas dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan
dengan citra aslinya. Citra transformasi Brovey secara visual lebih kontras dan
mudah diinterpretasi dibandingkan dengan citra transformasi IHS maupun Landsat
TM dan Landsat Pankromatik. Selain itu, ketelitian klasifikasi citra fusi lebih tinggi
dibandingkan citra aslinya, dengan ketelitian tertinggi (95.93 %) dimiliki oleh citra
Brovey yang kemudian diikuti oleh citra IHS (89.92%), Landsat TM (88.04 %) dan
Landsat Pankromatik (81.95 %) | id |