Show simple item record

dc.contributor.advisorJaya, Indra
dc.contributor.advisorPrartono, Tri
dc.contributor.authorFirmansyah Dwi Setiadi
dc.date.accessioned2023-10-29T00:36:22Z
dc.date.available2023-10-29T00:36:22Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/129013
dc.description.abstractAir tawar dan garam merupakan dua kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Namun saat ini dua hal tersebut menjadi masalah yang belum teratasi oleh bangsa Indonesia ini. Masyarakat di beberapa wilayah Indonesia masih sulit dalam memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya wilayah pesisir seperti masyarakat Pulau Panggang, Kep. Seribu, Jakarta. Selain kebutuhan air, permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah kekurangan garam. Di sisi lain, kondisi pesisir Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km berpotensi untuk memproduksi garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat alat yang dapat memisahkan garam dan air tawar dari bahan baku air laut dengan menggunakan tenaga surya secara bertingkat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan September 2012 di Bengkel Workshop Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat ini merupakan suatu alat destilasi yang menerapkan prinsip evaporasi dan endapan air laut. Garam dan air tawar dipisahkan dengan cara memanaskan air laut hingga menghasilkan air uap yang bersifat tawar dan mengendapkan kristal garam menggunakan energi matahari. Dalam penelitian ini suhu lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat berpengaruh dalam produktivitas suatu alat destilasi. Pada hasil percobaan diperoleh suhu lingkungan antara 27-34 oC. Suhu lingkungan akan mempengaruhi suhu pada ruangan evaporasi yang didalamnya terdapat air laut yang akan diuapkan. Suhu air laut yang diperoleh di percobaan ini berkisar antara 36-59 oC. Dengan meningkatnya suhu pada ruangan evaporasi maka air laut dalam bak penampungan akan menguap. Uap yang terbentuk lalu mengalami kondensasi pada bagian kaca penutup. Hal ini dikarenakan suhu kaca penutup lebih rendah dari suhu dalam ruangan evaporasi. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, alat ini mampu menghasilkan rata-rata air tawar sebanyak 2.6 liter per hari. Pada proses destilasi tersebut terjadi perubahan sifat fisis dan kimia dari air laut. Setelah melalui proses destilasi, salinitas turun dari 33 menjadi 0, pH mengalami penurunan dari 8 menjadi 6,8. Berdasarkan uji lab, air hasil destilasi sudah memenuhi standar menurut Menteri Kesehatan RI NO.907/MENKES/SK/VII/2002 untuk dapat dikonsumsi. Dari hasil pengujian selama 5 hari, diperoleh jumlah garam sebesar 632 gram dari 20 liter sampel air laut. Kandungan garam yang dihasilkan dari alat ini masih kurang bagus untuk memenuhi SNI garam kualitas I. Hal ini dikarenakan masih adanya hasil sampingan yang terdapat dalam kandungan garam. Namun konsep ini sudah sesuai dengan teori yang ada, butuh penelitian lanjutan untuk mendapatkan kualitas garam yang baik.id
dc.language.isoidid
dc.subject.ddcFisheries and Marine Scienceid
dc.subject.ddcMarine Science and Technologyid
dc.titleRancang Bangun Alat Pemisah Garam dan Air Tawar Bertingkat Menggunakan Tenaga Suryaid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordBogor Agricultural Universityid
dc.subject.keywordInstitut Pertanian Bogorid
dc.subject.keywordIPBid
dc.subject.keywordDistillationid
dc.subject.keywordEvaporationid
dc.subject.keywordPrecipitationid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record