Show simple item record

dc.contributor.authorHandayani, Tri
dc.date.accessioned2010-05-05T12:36:24Z
dc.date.available2010-05-05T12:36:24Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12880
dc.description.abstractPengembangan industri pariwisata di Yogyakarta yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya memiliki dampak terhadap gaya hidup terhadap masyarakatnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan industri pariwisata Yogyakarta dan bagaimana dampak industri pariwisata terhadap gaya hidup pengrajin logam. Tujuan skripsi ini adalah untuk mempelajari dampak industri pariwisata terhadap gaya hidup komunitas pengrajin logam. Penelitian dilakukan di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Yogyakarta. Dengan jumlah resonden 30 rumah tangga yang dipilih secara acak terstratifikasi berdasarkan lapisan sosial yang terdapat dalam komunitas pengrajin logam. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan dilengkapi dengan wawancara mendalam. Perkembangan industri pariwisata dilihat dari komponen pariwisata dan jumlah wisatawan yang singgah di Kelurahan Purbayan. Komponen pariwisata dilihat dari fasilitas akomodasi, transportasi, dokumentasi, makan, pembelanjaan, obyek wisata dan aktivitas rekreasi yang terdapat di daerah wisata. Sejak tahun 1996 hingga 2004, komponen pariwisata yang terdapat di Yogyakarta khususnya di Kelurahan Purbayan dapat dikatakan mengalami kemajuan meskipun kurang pesat. Perkembangan nyata terjadi pada beberapa komponen, yaitu fasilitas transportasi, pembelanjaan, makan dan dokumentasi. Perkembangan lain yang sudah terencana dan mulai terealisasi adalah adanya program pembentukan kampung wisata di Kelurahan ini. Pengaruh langsung dari perkembangan komponen pariwisata tersebut adalah banyaknya wisatawan yang mau singgah dan berkunjung ke tempat wisata tersebut. Sehingga indikator lain yang digunakan dalam melihat perkembangan industripariwisata tersebut adalah dengan melihat jumlah wisatawan yang berkunjung di daerah ini. Wisata Kota Gede termasuk ke dalam rangkaian wisata kunjungan Keraton, sehingga wisatawan yang berkunjung ke Keraton Yogyakarta Hadiningrat akan diikuti dengan mengunjungi Kota Gede. Perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta selama 10 tahun terakhir dapat dikatakan fluktuatif. Naik turunnya jumlah wisatawan tersebut disebabkan oleh perkembangan komponen pariwisata dan juga disebabkan adanya krisis moneter dan stabilitas keamanan negara. Sebelum industri pariwisata di Yogyakarta berkembang, pengrajin yang terdapat di Kota Gede khususnya di Kelurahan Purbayan relatif homogen. Para pengrajin ini sudah ada sejak awal berdirinya Kota Gede sebagai Kerajaan Mataram Islam. Pengrajin ini awalnya didatangkan dari Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Timur untuk memenuhi kebutuhan akan seni kerajaan seperti singgahsana raja, peralatan makan, tempat tidur dan sebagainya. Keahlian pengrajin perak ini kemudian di tekuni oleh hampir seluruh masyarakat Kota Gede yang mulai berdatangan dari berbagai daerah dan menjadi mata pencaharian utama mereka dan berkembang hingga sekarang. Kemudian setelah adanya perkembangan industri pariwisata di Yogyakarta, tredapat dampak yang terjadi pada pengrajin logam berupa semakin terlihatnya perbedaan antar lapisan sosial yang terdapat pada komunitas pengrajin. Perbedaan tersebut terlihat pada aktivitas ekonomi, kepemilikan modal dan jaringan sosial antar masing-masing lapisan, dimana pengrajin lapisan atas memiliki modal lebih tinggi, jaringan sosial yang lebih luas dan aktivitas ekonomi yang lebih bervariasi dan banyak dibandingkan lapisan dibawahnya. Perbedaan tersebut kemudian menimbulkan perbedaan dalam gaya hidup antar lapisannya. Gaya hidup tersebut terlihat dari gaya bangunan rumah, gaya pakaian, gaya bahasa, pola makan keluarga, dan pola pemilikan barang sekunder. Dalam profil subyek kasus, hampir semuanya berasal dari penduduk asli yang tinggal di Kelurahan Purbayan lebih dari 10 tahun dan berusia produktif. Tingkatpendidikanmereka dapat dikatakan menyebar. Tingkat pendidikan rendah maupun tinggi menyebar di setiap lapisan pengrajin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakteristik pengraj in tersebut tidak mempengaruhi gaya hidup. Perkembangan industri pariwisata menyebabkan dampak pada gaya bangunan rumah pengrajin logam di Kelurahan Purbayan di setiap lapisan. Semakin tinggi lapisan sosial pengrajin maka semakin baik pula gaya bangunan rumah yang dimiliki oleh lapisan tersebut, dimana rumah tipe limasan merupakan ciri atau salah satu simbol dari dari pengrajin lapisan atas. Tetapi dengan adanya pengembangan industri pariwisata, muncul gejala perubahna bentuk rumah pada pengrajin lapisan atas tersebut. Mereka cenderung lebih memilih rumah bentuk loji sebagai simbol mereka daripada rumah bentuk limasan. Pada variabel gaya pakaian, dapat dikatakan tidak terdapat hubungan yang nyata antara lapisan sosial pengrajin dengan ke dua gaya tersebut, dimana hampir semua pengrajin dari semua lapisan menggunakan pakaian jenis modern. Tetapi dalam anggaran pengeluaran untuk membeli pakaian menunjukkan perbedaan, dimana pengrajin lapisan atas cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk membeli pakaian daripada pengrajin lapisan di bawahnya. Pada gaya bahasa pengrajin, tidak terdapat hubungan antara lapisan sosial pengrajin dengan gaya bahasa mereka. Para pengrajin dari semua lapisan, dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa ngoko atau madya hal tersebut menunjukan gejala melunturnya budaya jawa, karena sebelum terdapat pengembangan industri pariwisata, pengrajin lapisan atas menggunakan bahasa jawa krama atau halus dalam berbicara sehari-hari. Selain itu, gejala pelunturan budaya bahasa jawa juga ditunjukkan dengan penggunaan bahasa camuran, yaitu bahasa indonesia dan bahasa jawa dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga pada variabel pola makan keluarga, tidak terdapat hubungan antara lapisan sosial pengrajin dengan pola makan keluarga. Sebagian besar para pengrajin tersebut memilih untuk memakan makanan jawa daripada makanan luaratau makanan siap saji. Mereka juga lebih memilih warung makna biasa daripada rumah makan atau restoran ketika membeli makan keluarga. Tetapi terdapat fakta bahwa pada pengrajin lapisan bawah memiliki kecenderungan untuk membeli makan dalam menyediakan makan keluarga sehari-hari karena alasan efisiensi. Hal tersebut tidak terjadi pada pengrajin lapisan menengah atau lapisan atas. Dampak lain dari adanya perkembangan industri pariwisata tersebut adalah terdapatnya hubungan antara lapisan sosial pengrajin dengan pola pemilikan barang sekunder. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi lapisan sosial pengrajin maka semakin tinggi pula pemilikan barang sekunder yang ada. Dalam pengrajin lapisan atas, terdapat gejala perubahan dalam pola pemilikan barang sekunder, dimana pengrajin lapisan atas baru cenderung untuk lebih konsumtif dalam pemilikan barang sekunder tersebut dibandingkan dengan pengrajin lapisan atas lama. Dengan adanya pengembangan industri pariwasata di Yogyakarta tersebut, juga mempengaruhi hubungan sosial produksi antar lapisan pengrajin. Gejala perubahan hubungan sosial tersebut terjadi dalam status hubungan produksi, dimana antara lapisan atas dan lapisan bawah merupakan majikan atau atasan dengan bruh atau pegawai. Selain itu, gejala tersebut juga dapat dilihat dari perubahan sistem patron klien yang saling menguntungkan menjadi sistem upahan atau pegawai lepas. Dampak dari pengembangan industri pariwisata tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala perubahan sosial pada pengrajin lapisan atas. Dengan adanya industri pariwisata, pengrajin lapisan atas cenderung lebihbersifat raktisdalam menenrapkan gaya hidup. Yaitu, menggunakan rumah bentuk modern atau loji, menggunakan pakaian modern dengan anggaran biaya tinggi, menggunakan bahasa yang lebih fleksibel yaitu campuran bahasa indonesia dan jawa ngoko atau madya, memiliki pola pemilikan barang sekunder yang tinggi, dan menerapkan hubungan produksi yang berciri industri.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleDampak Industri Pariwisata Terhadap Gaya Hidup Komunitas Pengrajin Logam (Kasus Di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kota Gede, Kota Yogyakarta, Diy)id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record