Pengelolaan pakan dan keberhasilan pembenihan udang windu (penaeus monodon fabr.) skala rumah tangga di Kabupaten Barru Propinsi Sulawesi Selatan
Abstract
Pengembangan produksi udang windu di tambak diusahakan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi Pengembangan ini dibarengi dengan pengembangan parti pembenihan udang antara lain hatchery skala besar dan hatchery skala rumah tangga (HSRT) sebagai penyedia benur. Penerapan sistem dan teknik budidaya HSRT dalam perkembangannya banyak mengalami modifikasi akibat adanya perbedaan lingkungan dan sumberdaya manusianya. Dengan adanya modifikasi tersebut maka pengetahuan tentang keragaman penerapan sistem dan teknik budidaya pada HSRT pesa untuk diketahui. Dengan latar belakang itu, sebuah penelitian survei dilakukan Kabupaten Barru, Propinsi Sulawesi Selatan untuk menganalisis sifat-sifat sistem produksi HSRT dan menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan dari sistem dan teknik produksi HSRT
Sampel yang mewakili tiap desa dipilih secara acak Dari 8 desa, dipilih sebanyak 50 unit HSRT dari 73 unit HSRT yang ada. Dari 50 responden ditetapkan 10 unit HSRT untuk dilakukan observasi Dari data yang diperoleh, responden dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan volume bak yang dioperasikan, yaitu 5, 8 dan 10 m. Jumlah akhir responden yang memenuhi syarat adalah 40 HSRT Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsi yang disajikan melalui gambar dan tabel sedangkan analisis regresi berganda model Cobb-Doglass dan Stepwise Regresion Analysis digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi.
Usaha HSRT yang berkembang di Kabupaten Barru dimiliki oleh penduduk setempat (54%) dan sisanya (46%) dimiliki oleh pendatang dari daerah lain sebagai penanam modal. Dari hasil survei yang dilakukan, terdapat beberapa karakteristik yang ditemukan antara lain: 1) HSRT dikelola oleh pemilik langsung, dan HSRT yang dikelola oleh tenaga teknisi yang dikontrak oleh pemilik HSRT. 2) Sebanyak 50% dari HSRT yang ada di Kabupaten Barru diusahakan dalam skala sedang (50- 100 m), 3) volume bak yang umum digunakan adalah 5, 8 dan 10 m³, diantaranya bak 5 m (60%) paling populer digunakan.
Secara umum dari tiap volume media, nilai minimal penebaran kurang dari
yang dianjurkan. Dari hasil wawancara, sebanyak 45% dari pengelola HSRT
melakukan padat penebaran naupli kurang dari anjuran 50 naupli/liter dan hanya
25% pengelola HSRT melakukan penebaran naupli lebih dari anjuran 100
naupli/liter. ...