Show simple item record

dc.contributor.authorIndahati, Bernadete Inge Ambar
dc.date.accessioned2010-05-05T12:31:03Z
dc.date.available2010-05-05T12:31:03Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12855
dc.description.abstractPenyediaan benih yang berkualitas baik merupakan salah satu syarat utama keberhasilan usaha pembesaran ikan. Dalam penyediaan benih ikan patin (Pangasius hypophthalmus) sering dijumpai masalah yang sama seperti pada penyediaan benih ikan yang lain. Pern~asalahan ini biasanya terjadi pada saat tahap awal pemeliharaan larva yaitu pada masa peralihan atau pada saat kuning telur habis. Salall satu upaya yang berpeluang besar untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva adalah dengan memberikan bahan organik terlarut berenergi yang dapat dimanfaatkan secara langsung ole11 larva. Dengan diberikannya bahan organik terlarut ini, maka larva dapat langsung menyerapnya inelalui lapisan pernlukaan epidermis pada seluruh tubululya, karena pada tahap awal pemeliharaan larva permukaan epidermis larva masih sangat tipis. Selain itu nienurut Lin dan Arnold dalam Heming dan Buddington (1985) bahan organik yang terlarut dapat dimanfaatkan melalui insang dan gurat sisi. Karena merupakan bahan organik berenergi, maka dapat diharapkan bahan yang terserap akan menjadi energi tarnbahan bagi larva untuk befiahan hidup. Salah satu jenis bahan organik terlarut berenergi yang digunakan adalah glukosa. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari 2001 sampai Maret 2001, berte~npat di Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini ~nenggunakan akuarium bentkuran 20 cmx20 cmx20 cm dengan volume air 2 literlakuarium Larva yang digunakan dalam percobaan adalah larva ikan patin (Pangasius hjq~ophthalmus) berumur 2 hari. Kepadatan larva adalah 20 ekorlliter (40 ekor1Akuariuin). Percobaan dilakukan dengan memasukkan glukosa dengan konsentrasi 6 g/L ke dalam media dengan salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan 9 ppt. Sampling dilakukan setiap hari, szlama 6 hari percobaan. Parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertambahan panjang, pembesaran rongga. Pengukuran pertambahan panjang dan pembesaran rongga dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang mempunyai mikrometer okuler. Parameter-parameter ini diuji dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengukuran konsumsi oksigen dilakukan dengan melarutkan masing-masing 6 gram glukosa ke dalam media dengan salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan 9 ppt. Wadah yang digunakan adalah gelas plastik sebanyak 8 buah, dengan 4 wadah tanpa larva dan 4 wadali berisi larva. Setiap wadah yang berisi larva, terdiri dari 100 ekor larva. Pengukuran dilakukan pada awal percobaan dan pada akhir percobaan setelah 24 jam. ICelangsungan hidup larva tertinsi terjadi pada salinitas 3 ppt, yaitu sebesar S3,33%. Sedangkan kelangsungan hidup ierendah terjadi pada salinitas 0 ppt, yaitu sebesar 52,50% Kelangsungan hidup tertinggi pada salinitas 3 ppt, diduga karena pada salinitas 3 ppt larva sudah mengalami kesetimbangan tekarian osmotik, sehingga energi yang dikeluarkan selama proses osrnoregulasi cenderung sedikit. Hasil lain tnenurijukkan bahwa kelangsungan hidup yang paling rendah terjadi pada salinitas 0 ppt. Hal itii diduga kar-ena dengan tidak adanya salinitas, maka glukosa tidak dapat tiiasuk ke dalam tubuh larva. Menurut Affandie, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo dan Sulistiono (1992) masuknya glukosa ke dalam sel memerlukan sistem transport khusus untuk rnengalasi suatu perbedaan konsentrasi. Sistem transport khusus ini tnenggunakan ion Na' yang terdapat pada garam. Dari hasil percobaan dapat diduga bahwa penambahan glukosa dalam media har~ya rnernberikan pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) karbohidrat merupakan surnber terbentuknya energi dalam aktivitas pada ikan. Pertambahan panjarig terbesar terjadi pada salinitas 0 ppt. Hal ini diduga karena pada salinitas 0 ppt kelangsungan hidup rendah, sehingga media tempar hidup larva tidak terlalu padat. Sedarigkan pertambahan panjang terendah terjadi pada salinitas 9 ppt. Pembesaran rongga terbesar terjadi pada salinitas 6 ppt. Seiar~jutrlya berturuttur- ut pada salinitas 0 ppt dan 9 ppt. Sedarigkan pembesaran rongga terendali terjadi pada salinitas 3 ppt. Pada salinitas 9 ppt terjadi konsumsi oksigen yang paling besar. I-Ial ini terjadi karena pada salinitas 9 ppt merupakan keadaan yarig hiperosmotik bagi larva, sehingga larva bariyak mengeluarkan energi untuk proses metabolisme. Nilai konsumsi oksigen terendali terjadi pada salinitas 6 ppt. Ini dapat terjadi karena pada salilnitas ini, tekanan ostnotik tubuh larva masih dapat seimbang dengan tekanan osmotik tubuhnpa, sehingga larva tidak banyak mengeluarkan energi. Penambahan glukosa dengan konsentrasi 6 fi pada salinitas 0 ppt, 3 ppt, 6 ppt dan 9 ppt tidak memberikan respon yang berbeda terhadap kelangsungan hidup, pertamballat; panjang dan pembesaran rongga pada larva ikan jambal siani (Pflngflsizrs hypophthnl~nzrs). Oleh karena itu diperlukan penelitian lanjutan dengan kadar glukosa yang lebih tinggi serta kadar garam yang lebih tinggi serta perlakuan tanpa salinitas dan glukosa.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengaruh Glukosa Konsentrasi 6 g/L dalam media pada Berbagai Salinitas terhadap Kinerja Pertumbuhan Larva Ikan Patin (Pungasius hypohthulmus)id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record