Analisis jasa lingkungan yang hilang dengan pendekatan Willingness to Pay masyarakat terhadap penyediaan saluran drainas: kasus pemukiman Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi
Abstract
Salah satu pendukung agar pembangunan Kota Bekasi berhasil dalam
menjaga kelestarian lingkungan adalah sistem infrastruktur yang memadai.
Infrastruktur yang saat ini penting untuk diperhatikan adalah saluran drainase
yang tersedia, khususnya di pemukiman Kelurahan Jatibening Baru, Kecamatan
Pondok Gede, Kota Bekasi. Saluran drainase merupakan salah satu prasarana
pemukiman terpenting, karena dengan tersedianya saluran drainase jasa
lingkungan yang tersedia juga dapat tetap terjaga, seperti air bersih dan keindahan
pemukiman kota. Ketidaktersediaan saluran drainase di pemukiman Kelurahan
Jatibening Baru menimbulkan masalah dalam pengaliran air pada saat musim
penghujan, sehingga mengurangi keindahan dan kenyamanan lingkungan
pemukiman. Masalah pembuangan air limbah domestik ke resapan karena
ketidaktersediaan saluran drainase juga mengurangi jasa lingkungan air bersih
yang dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Penyediaan saluran drainase di pemukiman Kelurahan Jatibening Baru
merupakan solusi untuk mengatasi masalah hilangnya jasa lingkungan yang
tersedia. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian adalah mengestimasi jasa
lingkungan yang hilang melalui pendekatan Willingness to Pay masyarakat
terhadap penyediaan saluran drainase serta mengestimasi kerugian masyarakat
dengan pendekatan biaya pengganti (Replacement Cost) terhadap pencemaran air
tanah.
Pencemaran air tanah akibat limbah rumah tangga yang tidak dialirkan,
menyebabkan masyarakat harus membeli konsumsi air pengganti karena air tanah
yang telah tercemar jika diminum tidak baik untuk kesehatan. Biaya yang
dikeluarkan masyarakat untuk membeli konsumsi air pengganti merupakan
pendekatan biaya pengganti untuk mengestimasi kerugian yang diterima oleh
masyarakat. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh responden rebesar Rp 65.719
per bulan, sehingga total kerugian bagi masyarakat sebesar Rp 11.470.909 per
bulan. Nilai total kerugian ini merupakan nilai jasa lingkungan, yaitu air bersih
yang hilang karena telah tercemar.
Estimasi jasa lingkungan yang hilang dengan pendekatan nilai Willingness
to Pay masyarakat terhadap penyediaan saluran drainase dilakukan menggunakan
teknik Contingent Valuation Method. Kesediaan membayar masyarakat
dimodelkan dalam bentuk regresi logit. Kesediaan masyarakat untuk membayar
biaya penyediaan saluran drainase dipengaruhi secara positif oleh faktor
pendapatan, lama menempuh pendidikan dan ketersediaan saluran air serta
dipengaruhi secara negatif oleh faktor pernah membayar biaya sebelumnya. Nilai
rataan Willingness to Pay yang bersedia dibayarkan sebesar Rp 389.130 setiap
rumah tangga dengan nilai total sebesar Rp 140.476.087. Nilai total Willingness to
Pay tersebut menggambarkan nilai korbanan yang bersedia dikeluarkan
masyarakat untuk mendapatkan kembali jasa lingkungan yang hilang.
Nilai Willingness to Pay yang dibayarkan masyarakat dimodelkan dalam
bentuk regresi linear berganda. Besarnya nilai Willingness to Pay tersebut
iii
dipengaruhi secara positif oleh faktor pendapatan, lama menempuh pendidikan
dan besarnya biaya yang dikeluarkan sebelumnya serta dipengaruhi secara negatif
oleh faktor status kependudukan. Berdasarkan hasil tersebut, masyarakat yang
tidak bersedia membayar karena pendapatan yang rendah atau merupakan
penduduk asli dapat berpartisipasi dengan membayar secara tenaga agar
pelaksanaan penyediaan saluran drainase berjalan dengan baik.
Berdasarkan KEPMENKES No. 829/Menkes/SK/VII/1999, menyatakan
bahwa disetiap pemukiman harus memiliki sarana drainase, sehingga untuk
mengatasi ketidaktersediaan saluran drainase diperlukan suatu kelembagaan.
Dengan adanya kelembagaan yang baik untuk menangani ketersediaan saluran
drainase, maka secara tidak langsung dapat mengurangi jasa lingkungan yang
hilang dan masyarakat pemukiman tetap dapat memanfaatkannya secara
berkelanjutan.