Studi Potensi Lanskap Pertanian Perkotaan untuk Pengembangan Wisata Agro di Kota Denpasar
View/ Open
Date
2005Author
Utami, Ni Wayan Febriani
Zain, ALinda F.M.
Arifin, Nurhayati H.S.
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris. Hal ini dapat dilihat
dengan beragamnya komoditas pertanian yang dihasilkan. Namun, fenomena
urbanisasi yang banyak terjadi saat ini menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
terutama lahan pertanian menjadi lahan terbangun, seperti yang terjadi di Kota
Denpasar. Telah terjadi penurunan luas lahan sawah di Kota Denpasar, yaitu dari
seluas 3.205 Ha di tahun 1999 berkurang menjadi sebesar 2.882 Ha pada tahun
2002 (Denpasar dalam Angka, 2002).
Aktivitas pertanian di Bali, tennasuk di Kata Denpasar, dikelola oleh
sistem subak, yaitu suatu sistem pengelolaan pengairan dan aktivitas pertanian
lainnya secara tradisional oleh masyarakat petani. Keberadaan subak di IC.ota
Denpasar masih tetap eksis meskipun lingkungan sekitarnya telah berubah
menjadi kota. Sektor pertanian perkotaan yang dikelola dengan sisten, subak
mampu menyumbangkan PDRB sebesar 8,88% (www.denpasar go.id). Selain
kontribusinya terhadap PDRB, subak juga merupakan warisan budaya sehingga
subak sebagai sistem pertanian kota yang ada di Kota Denpasar perlu
dipertahankan keberadaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan antara lain
melalui pengembangan pertanian subak untuk wisata agro. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan peryebaran lanskap pertanian
perkotaan (urban agriculture), mengetahui potensi-potensi dan komoditas yang
dihasilkan kemudian menganalisis potensi-potensi tersebut untuk pengembangan
wisata agro dengan tetap memperhatikan budaya lokal masyarakat.
Penelitian ini dilakukan pada lanskap pertanian subak yang terdapat di
wilayah Kota Denpasar, Propinsi Bali. Metode penelitian yang digunakan yaitu
rnetode deskriptif dengan mengadakan survey lapang untuk mendapatkan data
primer dan pengumpulan data sekunder. Tahapan dalarn kegiatan penelitian ini
terbagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data sekunder pada
instansi-instansi terkait dan studi literatur, kemudian survey data primer dengan
mengadakan pengamatan langsung pada tapak, dan yang terakhir adalah tahap
analisis yang terdiri dari pengolahan data spasial dan analisis deskriptif potensi
pertanian perkotaan.
Berdasarkan hasil inventarisasi, terdapat 41 buah subak yang tersebar di
masing-masing 3 wilayah kecarnatan, yaitu di Kecamatan Denpasar Barat
sebanyak 16 subak, Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 10 subak, dan
Kecamatan Denpasar Timur sebanyak 15 subak. Komoditas pertanian yang
dijumpai pada lanskap pertanian subak antara lain komoditas khas subak yaitu
padi sawah (lokal dan_unggul), palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, ubijalar),
dan beberapa komoditas hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan bunga). Secara
agroekosistem, lanskap pertanian subak di Kota Denpasar tergolong sangat sesuai
(Sl) untuk pertanian padi sawah dan sesuai (S2) sampai sesuai bersyarat (S3)
untuk tanaman hortikultura (Bappeda Kola Denpasar, 2002).
Potensi lanskap pertanian subak yang dapat dikembangkan untuk wisata
agro meliputi lanskap pertanian subak dan permukiman penduduk, aktivitas
pertanian, aktivitas pengolahan produk, dan budaya masyarakatnya.
Pengembangan potensi obyek wisata tersebut juga didukung potensi dari aspek
wisata lainnya yang meliputi; aksesibilitas dan transportasi, fasilitas wisata, dan
wisatawan, kebijakan pemerintah, dan kesiapan masyarakatnya untuk menerima
wisata agro.
Untuk dapat menarik wisatawan yang nantinya berkunjung ke kawasan
wisata agro, terdapat tiga akses menuju Kota Denpasar yaitu jalur darat (melalui
kabupaten Badung dan Gianyar), jalur laut (pelabuhan Benoa, Gilimanuk dan
Padangbai) serta jalur udara (bandara Ngurah Rai). Untuk mencapai kawasan
pertanian subak, terdapat 120 biro perjalanan umum dengan 147 usaha angkutan
wisata yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi wisatawan. Banyaknya
kunjungan wisatawan ke Kota Denpasar disebabkan oleh keberadaan Kota
Denpasar sebagai pintu masuk utama bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke
Bali. Tersedianya berbagai fasilitas pariwisata di Kota Denpasar sangat
mendukung wisatawan yang akan berkunjung ke kaewasan wisata agro, nantinya.
Kebijakan pemerintah dalam mendukung upaya pelestarian subak yaitu
dengan memberikan insentif berupa pengurangan nilai Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) untuk areal persawahan atau subak. Dengan kebijakan ini diharapkan
keberadaan subak di Kota Denpasar dapat bertahan. Kesiapan masyarakat
berkaitan dengan pengembangan pertanian subak sebagai wisata agro sangat baik.
Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada responden
yang 100% menyatakan setuju jika lahan pertanian subak yang mereka kelola
nantinya akan dikembangkan sebagai wisata agro.
Subak-subak yang memiliki potensi, dikembangkan berdasarkan konsep
Tri Angga yang direfleksikan pada lokasi hamparan persawahannya. Terdapat 3
wilayah potensi wisata yaitu wilayah potensi wisata A (utama), B (madya), dan C
(nista). Subak-subak pada wilayah potensi wisata A sebagai refleksi utama yaitu
subak Anggabaya, subak Umalayu, subak Paang, subak Saba, subak Pohmanis,
subak Temaga, subak Taman, subak Kedua, subak Lungatad, subak Dalem, subak
Sembung, subak Petangan, dan subak Pake! 1, 2 dengan komoditas
pengembangan bunga terutama bunga untuk kebutuhan upacara keagamaan.
Subak-subak pada wilayah potensi wisata B sebagai refleksi madya yaitu subak
Biaung, subak Padanggalak, subak Dlodsema, subak Sanur, subak Intaran Barat,
serta subak Buaji dengan kamaditas pengembangan buah-buahan semusim dan
sayuran. Sedangkan subak-subak yang tenuasuk wilayah patensi wisata C sebagai
refleksi nista yaitu subak Kerdung, subak Kepaon, subak Cuculan, subak
Tegalbuah, dan subak Tegallantang dengan komoditas pengembangan sayuran,
palawija, tanaman rempah dan obat.
Konsep pengembangan wisata agro yang sesuai adalah wisata pertanian
dengan menanjalkan budaya pertanian tradisianal subak sehingga keberadaan
lanskap pertanian subak sebagai budaya bertani masyarakat Bali, khususnya di
Kata Denpasar dapat lestari. Keberhasilan pengembangan wisata agro di Kata
Denpasar perlu mendapat dukungan, terutama dukungan dari Pemerintah Daerah,
organisasi subak dan masyarakat petaninya (pawongan subak) serta masyarakat
Kata Denpasar sebagai pendukung pengembangan wisata agro di Kata Denpasar.