Pengaruh posisi klaster dan pemnagkasan terhadap produksi dan viabilitas benih bayam, Amaranthus spp.
View/ Open
Date
2007Author
Rahayu, Yayu Septiani
Widajati, Eny
Soedomo, Prasodjo
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh posisi klaster dan pemangkasan terhadap produksi dan viabilitas benih tanaman bayam (Amaranthus spp.)
Jenis bayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bayam varietas Kakap Putih dan Raja Merah yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang.
Penelitian ini terdiri dari dua penelitian. Penelitian I yaitu pengaruh posisi klaster dan pemangkasan pada bayam varietas Kakap Putih, dan penelitian II pengaruh posisi klaster pada bayam varietas Raja Merah. pada bayam varietas Raja Merah. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi (split plot design) dengan dua faktor. Produksi benih di lapang menggunakan rancangan split plot (RAK) dan pengujian benih di laboratorium menggunakan split plot (RAL). Faktor pertama sebagai petak utama adalah posisi klaster (primer, sekunder dan tersier). Faktor kedua sebagai anak petak adalah pemangkasan (0, 1, 2 dan 3 kali).
Berdasarkan hasil analisis data, posisi klaster (K) pada bayam Kakap Putih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap panjang klaster dan jumlah klaster. Klaster yang dihasilkan dari cabang primer (10.76 cm) nyata lebih panjang dibanding cabang sekunder dan tersier. Jumlah klaster tertinggi dihasilkan dari cabang tersier (62.00). Pemangkasan (P) berpengaruh sangat nyata terhadap panjang klaster, jumlah klaster, dan bobot benih kering serta berpengaruh nyata terhadap bobot klaster. Panjang klaster yang dihasilkan tanaman tanpa pemangkasan (7.96 cm) dan dipangkas 1 kali (9. 28 cm) nyata lebih panjang dibanding yang dipangkas 2 dan 3 kali. Jumlah klaster tertinggi diperoleh dari tanaman yang dipangkas 1 kali (58.00). Bobot klaster tanaman yang tidak dipangkas (29.81 g) dan dipangkas 1 kali (26.95 g) nyata lebih tinggi. Sedangkan bobot benih kering dari tanaman yang tidak dipangkas (5.00 g) nyata lebih tinggi dibanding tanaman yang dipangkas. Interaksi posisi klaster dan pemangkasan meghasilkan bobot 1000 butir tertinggi (0.8078 g) diperoleh dari benih yang berasal dari cabang primer pada pemangkasan I kali. Posisi klaster (K) dan pemangkasan (P) tidak berpengaruh nyata terhadap parameter viabilitas yang diamati.
Pada bayam Raja Merah, posisi klaster (K) berpengaruh sangat nyata terhadap panjang klaster, jumlah klaster, bobot klaster dan bobot benih kering. Klaster yang dihasilkan dari cabang primer (5.99 cm) dan sekunder (5.56 cm) nyata lebih panjang dibanding cabang tersier. Jumlah klaster tertinggi dihasilkan dari cabang sekunder (144.00). Bobot klaster cabang primer (35.48 g) dan sekunder (41.67 g) nyata lebih tinggi. Sedangkan, bobot benih kering tertinggi dihasilkan dari cabang primer (4.9719 g). Pemangkasan (P) berpengaruh nyata terhadap panjang klaster, bobot klaster dan bobot benih kering. Panjang klaster (5.70 cm) dari tanaman yang tidak dipangkas nyata lebih panjang dibanding taneman yang dipangkas. Bobot klaster dari tanaman yang tidak dipangkas (37.65 dan dipangkas 1 kali (37.21 g) nyata lebih tinggi dibanding pemangkasan 2 dan 3 kali. Begitupun dengan bobot benih kering cabang primer (4.2783 g) dan sekunder (2.9433 g) nyata lebih tinggi. Data untuk semua tolok ukur viabilitas yang diamati pada bayam Raja Merah tidak diperoleh karena benih mengalami dormansi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa posisi klaster (K) pada kedua varietas berpengaruh terhadap panjang dan jumlah klaster. Pada varietas Raja Merah posisi klaster berpengaruh terhadap bobot klaster dan bobot benih. Panjang klaster pada cabang primer Kakap Putih nyata lebih tinggi dibanding cabang sekunder dan cabang tersier. Jumlah klaster yang dihasilkan cabang tersier pada Kakap Putih nyata lebih tinggi, sedangkan pada Raja Merah nyata lebih tinggi pada cabang sekunder. Bobot benih yang dihasilkan oleh cabang primer nyata lebih tinggi pada varietas Raja Merah. Panjang dan bobot klaster dari cabang primer dan sekunder pada varietas Raja Merah nyata lebih tinggi.
Pemangkasan (P) pada Kakap Putih berpengaruh terhadap panjang, jumlah dan bobot klaster. Tanaman tanpa dipangkas dan dipangkas I kali pada varietas Kakap Putih nyata lebih tinggi dibanding pemangkasan 2 dan 3 kali terhadap: panjang dan bobot klaster. Jumlah klaster pada pemangkasan 1 kali Kakap Putih nyata lebih tinggi. Namun, bobot benih yang dihasilkan oleh tanaman tanpa pemangkasan nyata lebih tinggi pada varietas Kakap Putih. Posisi klaster dan pemangkasan pada Kakap Putih tidak berbeda nyata terhadap tolok ukur viabilitas. Pemangkasan (P) pada Raja Merah berpengaruh terhadap bobot benih. Bobot benih tanaman tanpa dipangkas dan dipangkas 1 kali pada Raja Merah nyata lebih tinggi. Sedangkan panjang klaster yang dihasilkan tanaman tanpa pemangkasan nyata lebih tinggi. Uji viabilitas pada bayam Raja Merah 0% karena benih mengalami dormansi.