Show simple item record

dc.contributor.advisorNovianti, Tanti
dc.contributor.authorWidyasari, Novika
dc.date.accessioned2023-10-23T23:53:13Z
dc.date.available2023-10-23T23:53:13Z
dc.date.issued2010
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/127799
dc.description.abstractSektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan sektor penggerak pertumbuhan yang mampu meningkatkan pendapatan para petani dan mampu mengentaskan kemiskinan. Persentase kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 atas dasar harga konstan tahun 2000 juga masih mengalami pertumbuhan positif, yaitu sebesar 0,7 persen (BPS, 2009). Salah satu subsektor pertanian yang sangat penting adalah subsektor tanaman pangan. Tanaman pangan dianggap sebagai komoditas strategis dan mendapat prioritas yang tinggi dalam program pembangunan nasional karena merupakan kebutuhan pokok bagi penduduk Indonesia. Untuk itulah pemerintah telah menetapkan prioritas pada program pengembangan sektor pertanian dan ketahanan pangan, antara lain dengan adanya sasaran pertumbuhan produksi tujuh komoditas pangan utama tahun 2010-2014, sebesar 3,22 persen hingga 20,05 persen. Komoditas pangan utama tersebut antara lain padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, serta ubi jalar. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan pangan akan selalu mengalami peningkatan karena setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, komoditas pangan utama tersebut telah diusahakan hampir di seluruh propinsi di Indonesia, namun demikian sentra produksi beberapa jenis tanaman pangan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Selain jumlah produksi yang berbeda antar wilayah, terjadi juga perbedaan (disparitas) harga di masing-masing propinsi di pulau yang berbeda sementara harga komoditas-komoditas tersebut terus meningkat terutama pasca krisis ekonomi 1998. Menurut Trisna (2006), perbedaan jumlah produksi antar propinsi akan menyebabkan terjadinya arus perdagangan antar propinsi dan antar pulau sehingga terjadi suatu hubungan antar pasar propinsi yang mengirim dengan pasar yang dikirim. Apabila semua pasar propinsi terhubung dalam suatu sistem perdagangan, kemudian terjadi transmisi dan pemanfaatan informasi, maka harga dari komoditas-komoditas tertentu akan bergerak secara bersama-sama (terjadi kointegrasi harga selaras). Kondisi ini menunjukkan keberadaan integrasi pasar yang merupakan salah satu indikator penting dalam efisiensi sistem pemasaran (Heytens dalam Adiyoga et al., 2006). Pasar-pasar yang berbeda dalam satu pulau yang sama lebih memungkinkan untuk terintegrasi (Saptana et al., 2005). Pengetahuan tentang keselarasan transmisi harga dalam pasar, yang merupakan indikator apakah suatu pasar terintegrasi dengan pasar lainnya, dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan respon pelaku pasar terhadap perubahan harga sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Dalam penelitian ini akan dianalisis mengenai kointegrasi harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat berdasarkan propinsi-propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dan Jawa. Penelitian ini menggunakan variabel harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat di tingkat produsen dan konsumen. Analisis uji kointegrasi Johansen dan Vector Error Correction Model (VECM) dilakukan untuk melihat apakah terdapat kointegrasi harga komoditas jagung, kacang tanah,dan ketela rambat di tingkat produsen dan konsumen di Pulau Sumatera dan Jawa. Sedangkan melalui uji kausalitas menggunakan uji Vector Autoregression (VAR) Pairwise Granger Causality dapat diketahui apakah terdapat pemimpin harga ketiga komoditas tersebut di wilayah analisis yang sama. Berdasarkan hasil uji kointegrasi harga dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen dapat disimpulkan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel-variabel harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat di tingkat produsen dan di tingkat konsumen, baik di Pulau Sumatera, maupun Pulau Jawa. Hal ini berarti terdapat hubungan jangka panjang di antara variabel-variabel harga tersebut, artinya dalam jangka panjang terjadi transmisi harga di tingkat produsen dan konsumen antar propinsi, dan terjadi penguasaan informasi harga yang cukup sempurna, baik oleh produsen maupun konsumen. Pengaruh suatu variabel yang terkointegrasi terhadap variabel lainnya dalam jangka panjang dapat dilihat dari analisis menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Dari hasil estimasi VEC seluruh variabel harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat diketahui bahwa besarnya transmisi harga (perubahan harga akibat dari perubahan harga di propinsi lain) berbeda-beda. Hal ini terjadi karena akses informasi yang diterima setiap propinsi tidak selalu sama, tergantung dari infrastruktur komunikasi yang menghubungkan propinsi-propinsi tersebut. Transmisi harga juga terjadi ketika ada dua atau lebih propinsi yang memiliki tujuan pemasaran yang sama, sehingga perubahan harga dapat terjadi tergantung dari strategi harga yang diterapkan masing-masing pihak. Namun demikian, ada beberapa kasus dimana perubahan harga di satu propinsi memengaruhi perubahan harga di propinsi lain dengan persentase yang sangat tinggi. Hal ini diduga karena biaya transportasi yang tinggi akibat dari buruknya infrastruktur yang menghubungkan propinsi-propinsi tersebut. Faktor lain yang diduga sebagai penyebab tingginya persentase perubahan harga tersebut adalah karena adanya biaya retribusi atau pungutan liar ketika produk didistribusikan ke propinsi-propinsi tertentu. Hubungan kausalitas antar variabel dapat diketahui dengan melakukan uji Pairwise Granger Causality Test. Berdasarkan Pairwise Granger Causality Test pada harga ketiga komoditas pangan utama di tingkat produsen dan konsumen, didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat salah satu variabel harga yang memiliki hubungan kausalitas dengan seluruh variabel harga lain. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat pemimpin harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat di tingkat produsen dan konsumen, artinya masing-masing wilayah tidak dapat menentukan harga yang terjadi, atau dengan kata lain, harga jagung, kacang tanah, dan ketela rambat di tingkat produsen dan konsumen, baik di Pulau Sumatera maupun di Pulau Jawa berada pada struktur pasar persaingan sempurna. Uji kausalitas multivariat pada seluruh harga di tingkat produsen dan konsumen di Pulau Sumatera dan Jawa menunjukkan tidak terdapat hubungan kausalitas antar propinsi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis bahwa propinsi yang merupakan sentra produksi diduga akan menjadi pemimpin harga bagi propinsi-propinsi lain di pulau yang sama tidak dapat dibuktikan. Hal ini terjadi diduga karena keterbatasan informasi di antara propinsi-propinsi tersebut sehingga ketika terjadi perubahan harga di propinsi sentra produksi informasinya tidak sampai ke propinsi-propinsi lain. Selain itu diduga bahwa ada faktor lain yang lebih kuat dalam memberikan pengaruh terhadap perubahan harga di propinsi-propinsi tersebut, sehingga perubahan harga di propinsi sentra produksi tidak memberikan dampak apapun terhadap harga di propinsi-propinsi tersebut.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcEconomic and managementid
dc.subject.ddcEconomicid
dc.titleAnalisis kointegrasi harga beberapa komoditas pangan utama di Pulau Sumatera dan Jawa pasca krisis ekonomiid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordKointegrasiid
dc.subject.keywordHargaid
dc.subject.keywordKomoditas pangan utamaid
dc.subject.keywordBogor Agricultural Universityid
dc.subject.keywordInstitut Pertanian Bogorid
dc.subject.keywordIPBid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record