Beberapa aspek reproduksi dan pertumbuhan ketam air tawar Parathelphusa ceophallus di danau Matano, Sulawesi Selatan
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di Danau Matano, Sulawesi Selatan pada bulan Juli 2002 sampai April 2003. Sampel kepiting diambil dengan menggunakan jaring insang yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi keesokan harinya.
Pengukuran lebar, panjang karapas, berat tubuh dan berat gonad di laboratorium Ekobiologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Untuk organ bagian dalam dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap TKG, IKG, fekunditas dan diameter telur.
Dari keseluruhan sampel diperoleh kepiting Parathelphusa ceophallus sebanyak 133 ekor jantan dan 173 ekor betina. Dengan kisaran lebar karapas 24,06-57,01 mm dan rata-rata 41,90 mm, kisaran berat 7,10-55,21 gram dengan rata-rata 27,65 gram untuk betina. Untuk jantan dengan kisaran lebar karapas 23,47-63,76 mm dan rata-
rata 43,72 mm serta kisaran berat 6,76-89,56 gram dengan rata-rata 30,91 gram. Analisa terhadap hubungan lebar karapas dengan berat tubuh baik pada kepiting jantan maupun betina menunjukan hubungan yang nyata dan menghasilkan
hubungan allometrik negafif (b> 1) dengan persamaan sebagai berikut: 1,8274 W 0,0288L" kepiting betina
W
0,0042123358
kepiting jantan
Nilai faktor kondisi untuk jantan 0,91-1,33 dengan rata-rata 0,977. Untuk betina diperoleh kisaran faktor kondisi 0,81 - 1,24 dengan rata-rata 0,988. Bila dibandingkan antara faktor kondisi kepiting jantan dan kepiting betina maka tidak berbeda jauh kondisinya, bahkan relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kegemukan /kamotokan kepiting jantan dan betina tidak berbeda jauh.
Lebar karapas dianalisa guna menentukan pola pertumbuhan lebar karapas kepiting dengan mengggunakan metode ELEFANI dari paket program FISAT II menghasilkan pola pertumbuhan sebagai berikut:
L-64,47 (12 2016). ...kepiting jantan -e L-57,12 (1-81-01754)). ....kepiting betina
Perbandingan jumlah jantan dan betina 1: 1,31, dari uji chi-square didapatkan hasil bahwa tidak ada keseimbangan populasi kepiting jantan dan kepiting betina. Yaitu jumlah jantan lebih sedikit dari betina.
Penentuan tingkat kematangan gonad dengan menggunakan cara visual menghasilkan empat tingkatan warna untuk kematangan ovarium yaitu putih bening, push susu, kuning dan oranye. Sementara untuk kematangan testis hanya dua wama yaitu putih dan kuning. Dari analisa terhadap 133 kepiting jantan dan 173 kepiting beuna diperoleh bahwa kepiting sampel mempunyai TKG I sampai TKG V. Jumlah ting jantan paling banyak terdapat pada TKG II yaitu 39,10% (52 ekor) dan kepiting
na paling banyak juga pada TKG II yaitu 41,62% (72 ekor). Nilai indeks kematangan gonad untuk kepiing jantan tidak berbeda jauh dengan kepiting betina, yaitu berkisar antara 0,48 1,05% dengan rata-rata 0,78% dan standar