Show simple item record

dc.contributor.authorSiregar, Grace Sintari
dc.date.accessioned2010-05-05T11:57:56Z
dc.date.available2010-05-05T11:57:56Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12707
dc.description.abstractSektor pertanian sebagai bagian integral dari struktur perekonomian Indonesia merupakan sektor yang penting karena dianggap mampu meningkatkan penerimaan devisa negara melalui ekspor. Selain itu, sektor pertanian juga berperan penting dalam menyediakan bahan pangan, sebagai pemasok bahan baku industri, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Oleh karena itu, sektor pertanian harus terus dikembangkan agar tetap menjadi andalan dalam memantapkan ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan petani dan penduduk pedesaan, mengentaskan kemiskinan, memasok tenaga kerja yang berkualitas bagi sektor non pertanian, memacu pertumbuhan ekonomi, dan menyehatkan ekonomi. Jagung merupakan salah satu komoditas subsektor tanaman pangan pada sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian nasional setelah beras. Dalam perekonomian nasional, sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mecapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjdi Rp 18,2 trilyun. Di Indonesia, jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan, karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras (food), bahan baku industri pangan, industri pakan (feed), dan bahan bakar (fuel). Dewasa ini terjadi perubahan pola konsumsi jagung domestik, yaitu dari sebagai pangan pokok menjadi bahan baku industri dengan jumlah permintaan yang semakin meningkat. Industri pakan sebagai pendukung industri peternakan merupakan konsumen utama jagung di Indonesia saat ini. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Tingginya peningkatan permintaan jagung untuk pakan, melebihi laju penurunan permintaan jagung untuk bahan makanan pokok dan laju peningkatan produksi jagung nasional, menyebabkan Indonesia menjadi net importer jagung dengan laju cukup tinggi mulai tahun 1990-an. Selain itu, target pemakaian bahan baku energi sebesar 5 persen yang berasal dari tanaman pangan, diantaranya jagung pada tahun 2025 menyebabkan permintaan jagung dimasa mendatang akan semakin meningkat. Ditambah lagi, trend pengembangan BBN yang dijalankan oleh sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Brazil, dimana jagung digunakan sebagai bahan baku pembuatan etanol yang berfungsi sebagai substitusi premium menyebabkan permintaan jagung dipasar dunia semakin meningkat, sulit didapat dan mahal harganya. Oleh karena itu perlu segera adanya upaya nyata untuk meningkatkan produksi jagung nasional mengingat upaya peningkatan produksi jagung melalui peningkatan luas areal panen (ekstensifikasi) dan produktivitas sampai saat ini belum dilakukan secara optimal. Hal ini harus segera diwujudkan dalam rangka tercapainya swasembada jagung dan menjadi negara pengekspor jagung, bukan lagi menjadi negara pengimpor jagung. Untuk meningkatkan produksi jagung, perlu dilakukan analisis respon penawaran jagung dan penyusunan langkah strategis sebagai upaya untuk meningkatkan produksi jagung ke depan.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis Respon Penawaran Komoditas Jagung Dalam Rangka Mencapai Swasembada Jagung di Indonesiaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record