Analisis dayasaing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor CPO indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura dalam skema ASEAN-China free trade agreement
Abstract
Hubungan ekonomi ASEAN-China memasuki babak baru yang lebih erat. Pada bulan November 2002, ASEAN dan China menyetujui dibentuknya zona perdagangan bebas regional ASEAN-China atau yang lebih dikenal dengan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Pembentukan ACFTA ini memiliki dampak ekonomi bagi negara-negara anggotanya salah satunya adalah Indonesia. Early Harvest Programme merupakan program liberalisasi dini untuk produk pertanian, yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2004 dengan cakupan produk-produk pertanian dan komoditi lain yang disepakati secara bilateral. Salahsatu komoditas yang disepakati secara bilateral ini adalah Crude Palm Oil (CPO). Sebagai salah satu negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia, Indonesia memandang kerjasama ACFTA ini sebagai peluang yang cukup terbuka untuk meningkatkan dayasaing dan volume ekspor CPO Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis kondisi dayasaing komoditi CPO Indonesia di pasar China, Malaysia dan Singapura, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura dalam skema ASEAN-China Free Trade Agreement, (3) Merumuskan rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan dayasaing dan penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement terhadap ekspor CPO Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dirjen Perkebunan, Badan Pusat Statistik, dan Indonesian Palm Oil Commision (IPOC). Pengambilan data juga diperoleh dari penelusuran internet seperti Comtrade, United States Departement of Agriculture (USDA), dan IMF. Analisis dayasaing komoditi CPO Indonesia di pasar China, Malaysia, dan Singapura dilakukan dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk melihat keunggulan komparatifnya selama periode tahun 1994-2008. Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik estimasi data panel (pooled data) yang merupakan kombinasi antara data time series dan cross section. Dalam penelitian ini digunakan data time series selama periode tahun 1994-2008, sedangkan komponen cross section yang digunakan adalah tiga negara importir utama di kawasan ASEAN-China yaitu China, Malaysia, dan Singapura.
Hasil analisis keunggulan komparatif dengan perhitungan nilai RCA menggunakan software Microsoft Excel 2007, menunjukkan bahwa komoditi CPO Indonesia di pasar China, Malaysia, dan Singapura memiliki dayasaing yang tinggi selama periode 1994-2008. Namun, pada tahun 1995 dan 1998, komoditi CPO Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di pasar Singapura. Hal tersebut disebabkan diberlakukannya kebijakan buffer stock dan peningkatan pungutan ekspor sebesar 60 persen, krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 juga menyebabkan menurunnya dayasaing ekspor CPO Indonesia di pasar Singapura. Tingkat dayasaing CPO Indonesia di pasar China dan Singapura
memiliki tren yang meningkat, tetapi untuk pasar Malaysia tingkat dayasaing CPO Indonesia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya share ekspor CPO Indonesia ke Malaysia terhadap total impor CPO Malaysia. Hasil pengolahan regresi panel data menunjukkan bahwa metode yang terbaik dalam estimasi model adalah metode fixed effect. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh untuk model ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura adalah sebesar 86,18 persen. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman peubah terikat dapat dijelaskan dengan baik oleh oleh faktor-faktor penjelas yang dimasukkan ke dalam model. Masalah autokorelasi, heterokedastisitas, dan multkolinearitas tidak terdapat dalam model yang dianalisis. Berdasarkan uji t-statistik pada taraf nyata lima persen, diketahui bahwa seluruh variabel bebasnya yaitu harga riil CPO internasional, harga riil CPO domestik, harga riil minyak kedelai internasional, harga riil minyak bumi internasional, produksi CPO domestik, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, serta Lag ekspor berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura. Untuk variabel dummy menunjukan bahwa volume ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura sebelum dan sesudah ACFTA adalah berbeda secara signifikan. Rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan antara lain : instrumen kebijakan Pungutan Ekspor (PE) cenderung melemahkan daya saing CPO di pasar internasional oleh karena itu pemerintah perlu menetapkan Pungutan Ekspor yang rendah untuk mengurangi biaya produksi CPO itu sendiri agar harga CPO Indonesia kompetitif di pasar internasional, peningkatan daya saing CPO dari segi harga dan produk yang kompetitif agar pasar CPO Indonesia tidak beralih ke negara pesaing, mengurangi hambatan dalam transmisi harga dengan cara penyediaan akses internet yang memadai dan menghidupkan kembali fungsi Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN baik di tingkat pusat maupun daerah untuk memfasilitasi dan meningkatkan efisiensi transmisi harga ke tingkat produsen, pengembangan produksi dengan pemberian keleluasaan bagi sektor swasta.