Analisis dampak kenaikan tarif cukai hasil tembakau terhadap output industri rokok di Indonesia (periode 1990-2009)
Abstract
Industri pengolahan merupakan industri yang memiliki pangsa sektoral terbesar dan yang paling berkembang di Indonesia. Industri ini sangat mempengaruhi pertumbuhan PDB di Indonesia. Salah satu dari industri pengolahan terbesar di Indonesia adalah industri pengolahan tembakau (rokok). Akan tetapi, produk ini memiliki efek negatif bagi kesehatan manusia sehingga pemerintah wajib untuk dapat mengendalikan produksi rokok di Indonesia. Salah satu cara utama pemerintah dalam menekan produksi rokok di Indonesia adalah dengan menetapkan tarif cukai hasil tembakau (rokok). Manfaat dari kebijakan ini selain pemerintah dapat menekan produksi rokok di Indonesia, juga dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Cukai merupakan komponen terbesar ketiga dalam penerimaan negara dari sektor pajak dalam negeri. Selain itu, industri rokok juga dapat meningkatkan lapangan pekerjaan, karena industri rokok merupakan salah satu industri terbesar di Indonesia sehingga membutuhkan tenaga kerja yang besar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan industri rokok di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan tarif cukai hasil tembakau terhadap output industri rokok di Indonesia. Selain menganalisis pengaruh cukai rokok, juga dianalisis dari sisi supply (upah tenaga kerja, dan juga harga tembakau) dan sisi demand (PDB per kapita dan jumlah penduduk usia perokok) terhadap output industri rokok di Indonesia.
Pada penelitian ini, untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen (cukai rokok, PDB per kapita, upah tenaga kerja di sektor rokok, jumlah penduduk usia perokok, dan harga) terhadap variabel dependennya (output rokok) maka digunakan analisis regresi linier berganda. Model yang digunakan dibagi menjadi tiga model, yaitu model untuk rokok kretek, rokok putih, dan model rokok secara keseluruhan (total). Namun, selama pengolahan data dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (OLS), terdapat pelanggaran asumsi klasik, yaitu terjadi masalah multikolinieritas. Masalah tersebut dalam penelitian ini diselesaikan dengan menggunakan alat analisis regresi komponen utama. Dengan metode ini, variabel-variabel independen yang sebelumnya memiliki korelasi yang kuat antar variabelnya, maka setelah ditransformasi korelasi antar variabel tersebut akan hilang, sehingga masalah multikolinieritas dapat dihilangkan tanpa mengabaikan objektifitas penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder berupa data-data berbentuk series dari variabel-variebel independen maupun dependennya yang diestimasi. Data-data tersebut digunakan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009. Dari rentang waktu tersebut maka akan dapat dilihat bagaimana pengaruh dari variabel-variabel yang diestimasi terhadap variabel dependen selama masa sebelum krisis maupun masa sesudah krisis ekonomi.
Berdasarkan hasil estimasi yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa masalah multikolinieritas dalam ketiga model telah dapat diselesaikan dengan metode PCA (Principal Component Analysis). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masing-masing peubah independen berpengaruh signifikan terhadap peubah dependennya (output rokok).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga model menunjukkan pengaruh yang positif terhadap output rokok. Hal tersebut disebabkan rokok merupakan produk yang tidak elastis terhadap harga, sehingga proporsi peningkatan penerimaan pemerintah tidak sebesar penurunan konsumsi rokok yang diharapkan. Adapun variabel yang paling berpengaruh dari ketiga model yang diestimasi adalah jumlah penduduk usia perokok, sedangkan variabel yang memiliki pengaruh paling kecil terhadap output industri rokok di Indonesia adalah variabel upah tenaga kerja di sektor rokok.