Analisis Keragaan Usahatani dan Strategi Pengembangan Usaha Tani Sayur di Kawasan Agropolitan Cianjur
Studi Kasus Desa Sindangjaya dan Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Abstract
Agropolitan merupakan salah satu program yang dilakukan untuk
pengembangan pertanian di Indonesia. Kabupaten Cianjur termasuk satu dari delapan
kabupaten yang masuk dalam program rintisan pelaksana agropolitan tahun 2002.
Melalui agropolitan diharapkan terjadi peningkatan pendapatan dan pengembangan dari
usahatani. Akan tetapi untuk mencapai ha! tersebut, berbagai permasalahan yang ada
perlu diantisipasi agar tujuan pelaksanaan agropolitan dapat terwujud.
Tujuan penelitian adalah untuk memberi gambaran kegiatan usahatani sayur di
desa percontohan Agropolitan Cianjur, menganalisis faktor internal dan eksternal yang
dimiliki, serta merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat yang dapat
diimplementasikan oleh petani dan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
program agropolitan.
Penelitian dilakukan di Desa Sindangjya dan Sukatani sebagai desa
percontohan pelaksanaan agropolitan. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan
Agustus-Oktober 2004. Metode Analisis data untuk usahatani adalah analsis deskriptif
dan analisis usahatani. Analisa usahatani meliputi pendapatan usahatani dan analisis
imbangan penerimaan dan biaya. Sedang pengambilan keputusan strategis
menggunakan alat analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE
(External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi internal
(kekuatan dan ancaman) dan ekstemal (peluang dan ancaman). Matriks I-E (InternalExternal)
dan Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
digunakan untuk menghasilkan beberapa altematif strategi bagi perusahaan. Dan
Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi
yang diprioritaskan untuk diimplementasikan.
Petani responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 30 orang masingmasing
15 orang dari tiap desa. Usia rata-rata petani responden adalah 45 tahun. Tingkat
pendidikan petani masih tergolong rendah karena sebagian besar hanya sampai tingkat
SD 22 orang, SMP 4 orang, SMA 3 orang dan mengikuti pendidikan di perguruan tinggi
1 orang. Pengalaman berlani rata-rata adaiah 2 i,8 tahun.
Luas lahan yang diusahakan para petani rata-rata seluas 4876,67 m2
berdasarkan luas lahan, responden dibagi menjadi dua golongan yaitu petani lahan
sempit dan petani lahan luas. Sebanyak 20 orang responden mengusahakan Jahan lebih
kecil dari luas rata-rata (petani sempit) sedang 10 orang sisanya mengusahakan lahan
lebih luas dari 4876,67m2 (petani luas). Berdasarkan status pemilikan lahan responden
dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu milik sendiri, bagi hasil sewa, dan gadai.
Sebanyak 27 responden memiliki lahan sendiri sedang tiga responden tidak mempunyai
lahan.
Komoditi yang diusahakan adalah sayur. Seluruh responden mengusahakan
sayur dengan sistem monokultur dan tumpangsari sesuai dengan kemampuan tanaman.
Biaya yang dikeluarkan diantaranya digunakan untuk pembelian sarana produksi seperti
benih, pupuk, obat-obatan, peralatan dan upah tenaga kerja dengan persentase terbesar
untuk upah tenaga kerja.
Petani dengan luas pengusahaan lahan lebih dari 4876,67m2 mampu
memberikan keuntungan lebih tinggi dibanding petani sempit. Hal ini ditunjukkan dari
pendapatan tiap satuan luas dan niiai RIC ratio petani l1;1as lebih tinggi dibanding nilai
pada petani sempit. Nilai RIC atas biaya total untuk petani luas adalah 1,23. Pada petani
berlahan sempit nilai RIC atas biaya total sebesar 1,09.
Komponen faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan utama bagi
usahatani di kedua desa: adalah lokasi yang strategis kemudian telah terbentuknya
kelompok tani. Kelemahan utama bagi usahatani ialah posisi sebagai penerima harga,
kemudian belum melakukan pembukuan usahatani dan belum melakukan diversivikasi
Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang utama bagi usahatani adalah
agroklimat yang sesuai dengan komoditi. Sedang menjadi ancaman utama adalah
belum adanya kepastian dalam pemasaran sayur.
Hasil analisis menggunakan Matriks IFE dan EFE menempatkan usahatani
pada kuadran V Matriks I-E. Posisi ini menunjukkan bahwa usahatani dalam kondisi
internal rata-rata dan respon sedang terhadap faktor eksternal yang dihadapi. Strategi
yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah strategi mempertahankan dan memelihara
(hold and maintain). Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah strategi
yang paling banyak digunakan oleh perusahaan pada posisi ini. Alternatif pilihan yang
dapat dilakukan adalah standarisasi mutu dan meningkatkan kualitas sayur dengan
berbagai pelatihan. Pilihan lain adalah memproduksi sayur dengan cara organik.
Alternatif strategi yang diperoleh dari analisis matriks SWOT dibagi menjadi
empat macam strategi. Strategi SO yaitu pelaksanaan pengembangan kegiatan
agrowisata dan peengoptimalan peran dan fungsi dari kelompok tani. Strategi ST yaitu
pengembangan pertanian organik. Strategi WO adalah pembentukan lembaga penunjang
dan sarana pendukung kegiatan usahatani. Strategi WT peningkatan kualitas SDM baik
dibidang pertanian, manajemen dan teknologi.
Berdasarkan hasil analisis Matriks QSPM diperoleh strategi pembentukan
lembaga penunjang serta sarana pendukung pertanian mendapat prioritas paling tinggi.
Pilihan strategi selanjutnya adalah pengoptimalan peran dan fungsi dari kelompok tani.
Kemudian pilihan berikutnya adalah pengembangan pertanian organik. Pilihan strategi
keempat yaitu peningkatan kualitas SDM. Pilihan alternatif strategi terakhir adalah
pengembangan Agrowisata.