Diagnosis malaria dengan amplifikasi DNA mitokondria parasit
View/ Open
Date
1998Author
Pangastuti, Artini
Budiarti, Sri
Syafruddin
Metadata
Show full item recordAbstract
Malaria masih merupakan rnasalah kesehatan yang utama di Indonesia dan dunia. Metode diagnosis
malaria yang selama ini digunakan secara luas adalah perneriksaan preparat apusan darah tebal pada
kaca objek dengan pewama Giemsa di bawah mikroskop. Metode ini sederhana dan murah tapi membutuhkan waktu, keterampilan, dan ketelitian yang tinggi. Karena keterbatasan ini dikembangkan metode
altematif untuk diagnosis malaria, diantaranya adalah dengan teknik Polymerase Chain Reaction
(PCR). Kelebihan metode ini adalah sangat sensitif, Iebih cepat, juga relatif tidak memerlukan
keahlian khusus.
Parasit malaria, Plasmodium spp. diketahui memiliki tiga sistem genom, yaitu genom inti sel dan dua
DNA ekstrakromosom. Salah satu dari DNA ekstrakromosom tersebut berukuran 6 kb linear tersusun
berulang, dan diperkirakan merupakan DNA mitokondria karena menyandi tiga protein komponen sistem transpor elektron Apositokrom b serta sitokrom c oksidase subunit I dan III. DNA mitokondria ini secara teoritis sangat ideal sebagai target amplifikasi untuk diagnosis berdasarkan PCR karena
jumlah salinann; a per sel haploid jauh lebih banyak dibandingkan gen-gen pada DNA inti sel yang
selama ini digunakan untuk tujuan tersebut. Selain itu DNA ini juga mengandung variasi antar
spesies sehingga dapat digunakan untuk penentuan spesies den·gan teknik Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP).
Dalam penelitian ini, sepasang primer untuk PCR dirancang berdasarkan sekuens DNA mitokondria
beberapa spesies Plasmodium yang telah dipublikasi. diharapkan menghasilkan fragmen sebesar 504 pb. Primer ini dapat mengamplifikasi berbagai spesies Plasmodium pada manusia maupun hewan lainnya. baik isolat yang berasal dari kultur maupun pasien. Selanjutnya fragmen hasil PCR dianalisis dengan teknik RFLP menggunakan enzim Sspl dan Hindlll. Dengan Sspl dapat dibedakan tiga spesies: P. falciparum yang terpotong di satu situs menjadi dua fragmen sebesar 165 pb dan 339 pb. P. vivax,
yang tidak terpotong dan P. malariae yang terpotong di satu situs menghasilkan dua fragmen
berukuran 160 pb dan 24-l pb. Dengan Hindlll hanya dapat dibedakan satu spesies, yaitu P. falciparum yang terpotong di satu situs menghasilkan dua fragmen sebesar I 35 pb dan 369 pb.
sedangkan dua spesies lainnya tidak terpotong.
Untuk menyederhanakan prosedur diagnosis, digunakan sampel berupa tetesan darah pada kertas saring yang langsung digunakan dalam PCR tanpa melalui proses ekstraksi DNA. Sampel tersebut dapat disimpan pada suhu kamar dan dikirim melalui pas ke laboratorium yang memiliki fasilitas PCR.
Reaksi PCR dengan cara ini cukup sensitif, dapat mendeteksi sampai I 00 paras it per tabung PCR
atau 10 parasit/µI darah.
Collections
- UT - Biology [2095]