Kinerja keuangan dan struktur biaya PT Kebon Agung PG Trangkil Pati, Jawa Tengah
Abstract
Nilai profitabilitas yang bernilai negatif pada tahun 1999, 2000 dan 2002 menunjukan bahwa PG Trangkil mengalami kerugian. Kerugian ini disebabkan PG tidak dapat menutupi biaya tetap sedangkan biaya variabel masih bisa ditutupi dari hasil penjualan gula. Kerugian yang dialami oleh perusahaan ini dapat ditutupi dari hasil penjualan tetes bahkan dari hasil penjualan ini laba dapat diperoleh. Pada tahun 2001 terjadi peningkatan nilai profitabilitas dari -1,70% menjadi 3,03%. Kemampuan PG Trangkil dalam memperoleh laba tertinggi dicapai pada tahun 2001. dan hanya pada tahun inilah selama empat tahun terakhir perusahaan memperoleh keuntungan langsung dari penjualan gula yaitu sebesar 3.03% yang berarti 3,03% dari penjualan merupakan bagian keuntungan yang diterima oleh perusahaan.
Hak cipta milik IPB University Faktor penyebab PG Trangkil mengalami kerugian di tahun 1999, 2000 dan 2002 adalah karena peningkatan biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel PG Trangkil yang mengalami peningkatan dan memiliki proporsi terbesar dibandingkan pos-pos biaya yang lain adalah pos biaya usahatani. Biaya usahatani disini meliputi biaya pembibitan, biaya pengolahan tanah, upah karyawan musiman dan restitusi tebang angkut. Selanjutnya pada masa penanaman tebu di kebun tebu giling, pemeliharaan kebun belum dilaksanakan secara maksimal, Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tebu yang terkena gangguan hama tikus serta kebakaran tebu yang disebabkan oleh kemarau panjang. Biaya karyawan musiman dan restitusi tebang angkut tebu juga mengalami peningkatan yang besar. Peningkatan biaya ini berkaitan dengan upaya perusahaan untuk mempertahankan jumlah tenaga tebang manual dan alat angkut. Selain biaya variabel mengalami peningkatan, biaya tetap produk juga mengalami peningkatan. Alokasi Biaya Pimpinan dan Tata Usaha masih sangat besar walaupun perusahaaan sudah mulai menurunkan proporsinya.