Show simple item record

dc.contributor.authorPuteri, Ginna Ayu
dc.date.accessioned2010-05-05T11:26:14Z
dc.date.available2010-05-05T11:26:14Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12609
dc.description.abstractSektor pertanian masih menjadi sektor yang sangat penting di Indonesia sebagai negara berkembang yang memiliki kelimpahan akan sumberdaya alam. Melihat kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), terutama saat terjadi krisis dimana sektor pertanian merupakan sektor yang mampu bertahan, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai sasaran mensejahterakan rakyat, menyediakan pangan dan bahan baku industri lainnya, meningkatkan pendapatan nasional, menyediakan lapangan pekerjaan, menghasilkan devisa serta mempertahankan kelestarian sumberdaya. Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor dimana sub sektor tanaman pangan menyumbang kontribusi terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Selain itu, tanaman pangan juga berperan sebagai penyedia kebutuhan pangan dan gizi. Tanaman yang termasuk dalam sub sektor tanaman pangan adalah padi sebagai komoditi utama yang merupakan tanaman pokok masyarakat Indonesia, dan kemudian jagung, ubi kayu, kedelai dan ubi jalar sebagai tanaman pangan alternatif. Selain perannya sebagai penyedia pangan, beberapa tanaman pangan juga berperan dalam penyedia pakan ternak dan bahan baku industri seperti ubi kayu. Dengan dikeluarkannya Perpres No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional yang didukung dengan dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 2006, peran sektor pertanian menjadi semakin penting karena komoditi-komoditi pertanian juga berpotensi untuk menjadi bahan baku bahan bakar nabati (BBN) sebagai energi alternatif dimana pada tahun 2025 kontribusinya diharapkan sebesar lima persen lebih. Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk menjadi bahan baku BBN khususnya dalam bentuk bioetanol. Seiring dengan peranan ubi kayu yang semakin meluas, maka kebutuhan (konsumsi) ubi kayu juga akan semakin besar. Hal ini juga harus diiringi dengan produksi yang semakin meningkat agar kebutuhan ubi kayu dapat terpenuhi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah membahas perkembangan ubi kayu di Indonesia bila dilihat dari sisi produksi dan konsumsi serta akan dibahas pula perkembangan harga ubi kayu. Penelitian ini juga akan menganalisis respon penawaran ubi kayu yang didekati dengan respon luas areal panen dan respon produktivitasnya. Dan kemudian di akhir penelitian ini akan dianalisis mengenai proyeksi penawaran ubi kayu pada tahun 2025. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan time series mulai tahun 1969-2006. Data sekunder diperoleh dari Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik, InterCAFE serta Food and Agriculture Organization (FAO). Analisis respon penawaran ubi kayu dilakukan dengan menggunakan model penyesuaian parsial Nerlove dengan metode estimasi Ordinary Least Square pada E-views 5.1. pdfMachine A pdf writer that produces quality PDF files with ease! Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original documents. Compatible across nearly all Windows platforms, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now! Selain itu, penelitian ini juga menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung pertumbuhan dan proyeksi penawaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ubi kayu memiliki tren yang meningkat dalam hal produksi, konsumsi dan harga dimana harga merupakan faktor pembentuk permintaan dan penawaran. Namun peningkatan harga yang terjadi tidak direspon secara baik pleh petani untuk meningkatkan produksinya. Hal ini terlihat dari tren luas areal panen yang menurun dan tren produktivitas yang meningkat secara perlahan, tidak beriringan dengan peningkatan harga ubi kayu yang cukup tajam. Hasil estimasi respon penawaran ubi kayu menunjukkan bahwa nilai elastistas respon penawaran ubi kayu adalah 0,08634 dalam jangka pendek dan 0,052794 dalam jangka panjang. sehingga dapat disimpulkan bahwa harga ubi kayu bersifat inelastis terhadap penawarannya (produksi) dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sedangkan hasil perhitungan proyeksi, penawaran ubi kayu pada tahun 2025 adalah sebesar 9.896.217,338 ton. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ubi kayu merupakan salah satu komoditi pangan yang harus segera dikembangkan melihat potensinya sebagai penyedia pangan, pakan dan sebagai komoditi ekspor. Pengembangan bahan bakar nabati juga menjadi alasan kenapa ubi kayu harus dikembangkan lagi. Dari hasil estimasi respon penawaran ubi kayu, menunjukkan harga ubi kayu direspon secara positif dan relatif kecil oleh petani dengan meningkatkan luas areal panennya. Sedangkan pada produktivitas dapat disimpulkan bahwa peningkatan harga ubi kayu bukan merupakan insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Hasil estimasi respon penawaran sangat mempengaruhi hasil perhitungan proyeksi penawaran, oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat lebih mendalami karakteristik ubi kayu dan menambahkan variabel-variabel yang relevan dan berpengaruh nyata terhadap respon penawaran ubi kayu.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleAnalisis Respon dan Proyeksi Penawaran Ubi Kayu di Indonesiaid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record