Perubahan nilai kerja pertanian di daerah pesawahan: kasus pemuda di dua kewakilan Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
View/ Open
Date
1988Author
Tjakarwati, Sylvia
S. M. P. Tjondronegoro
Rachman, Ali
Sajogyo
Guhardja, Edi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini kerja pertanian yang pedesaan Karawang, bertujuan mengetahui perubahan nilai terjadi di pedesaan, khususnya di Jawa Barat. Untuk itu dipelajari rangsangan-rangsangan (evoking stimuli) apa yang membangkitkan perubahan nilai kerja pertanian dan bagaimana kecenderungan perubahan jenis pekerjaan sehubungan dengan peru bahan nilai kerja itu. Untuk mewujudkan tujuan ini digunakan tiga konsepsi: Konsepsi Perubahan Nilai Kerja, Konsepsi Kaitan Desa Kota, Konsepsi Daya Dorong dan Daya Tarik Pertanian Non Pertanian. Ketiga konsepsi ini membentuk satu kerangka pemikiran perubahan nilai kerja pertan ian di daerah persawahan. Desa dan kota masing-masing mempunyai nilai-nilai kerja dan senantiasa terjadi arus pertukaran, barang, jasa dan ide. Arus tersebut terjadi pada tiga medan sosial yaitu teritorial, pasar dan jaringan Terjadinya arus tersebut dapat konsepsi pushpull factors yaitu kerja (Redfield, 1965). pula diterangkan dengan adanya faktor positip, negatip dan neiral di daerah asal dan daerah tujuan serta rintangan yang harus dilalui sehingga terjadi migrasi, antara lain karena perbedaan pendapatan antara non petani yang berketrampilan (skill) kurang petani dan lebih sama, sehingga calon migran mempunyai harapan memaksimalkan pendapatannya (Lee, 1980 dan Todaro, 1983). Terjadinya push-pull out berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap obyeknya yaitu kerja di pertanian. Kerja merupakan spesifikasi dari tindakan dan perilaku, sedang nilai kerja pertanian adalah konsepsi balk atau buruk tentang kerja pertanian yang dianut sebagian besar warga masyarakat setempat. Perubahan nilai kerja berhub ungan dengan berlangsungnya ajar pada seseorang dalam keluarga, kerabat dan lingkungannya. seseorang dipengaruhi pendahulunya untuk tetap mempertahankan nilai-nilainya. Selain faktor orangtua sebagai pusat pemberi ajar, lingkungan fisik dan struktur sosial turut mempengaruhi kekuatan hubungan satu dengan yang lain. Stabilitas sistem sosial tersebut terpatahkan bila ada perubahan dalam struktur sosial atau ada persepsi baru tentang lingkungannya (Hagen, 1963). ...
Collections
- MT - Human Ecology [2193]