Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat Adat dengan Pendekatan Spesies Kunci Budaya dalam Konservasi Biodiversitas
Abstract
Masyarakat adat sebagian besar menggunakan sumber daya alam seperti
spesies satwa dan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Spesies
yang memiliki peran tinggi dalam budaya disebut sebagai Spesies Kunci Budaya
(SKB). Keberadaan SKB dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya
pelestarian keanekaragaman hayati, salah satunya melalui wisata. Jika wisata
dikelola oleh masyarakat adat, maka hasilnya akan lebih baik secara ekologi,
ekonomi, maupun budaya. Pendekatan SKB adalah salah satu langkah untuk
menjaga budaya namun juga berdampak pada kelestarian lingkungan dan
meningkatkan pendapatan melalui produk wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi dan preferensi
masyarakat adat, menentukan SKB masyarakat yang dapat dikembangkan sebagai
produk wisata, serta merancang produk wisata berdasarkan SKB masyarakat adat.
Penelitian dilakukan di Desa Lempur Mudik, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten
Kerinci, Provinsi Jambi yang termasuk dalam wilayah adat masyarakat Lekuk 50
Tumbi dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Pendekatan penelitian
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengambilan data berupa
wawancara mendalam, kuesioner, observasi lapang, pemetaan partisipatif, dan studi
pustaka. Pengambilan sampel secara nonprobability sampling dengan 90
respondent dan 9 informan yang mewakili tiga dusun di Desa Lempur Mudik.
Wawancara dengan informan dilakukan untuk menggali data terkait SKB,
sedangkan wawancara dengan responden dilakukan menggunakan instrument
kuesioner. Kuesioner bertujuan untuk menggali data karakteristik masyarakat serta
memuat 8 pernyataan persepsi dan 4 pertanyaan terkait preferensi masyarakat
dalam pemanfaatan SKB untuk wisata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (95,6%) masyarakat
setuju untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan wisata. Kelompok umur dan
pendidikan terakhir memengaruhi persepsi masyarakat dalam partisipasi wisata.
Masyarakat kelompok umur 26-45 tahun merupakan kelompok umur yang
menjawab setuju paling banyak untuk berpartisipasi dalam wisata. Mereka berperan
penting dalam menjaga pengetahuan tradisional untuk diturunkan kepada generasi
berikutnya. Pengetahuan mereka terkait SKB dan keterlibatan mereka dalam
pengembangan wisata berperan penting menjaga kelestarian SKB. Begitupun
dengan pendidikan terakhir masyarakat yang sebagian besar SMA (65,5%),
menunjukkan adanya kemudahan dalam menerima inovasi terutama dalam
pengembangan wisata.
Masyarakat Lekuk 50 Tumbi mengenal 162 jenis spesies yang terdiri dari 91
jenis tumbuhan dan 71 jenis satwa. Semua jenis tumbuhan dimanfaatkan secara
langsung baik, sedangkan satwa sebagian besar (63,4%) tidak dimanfaatkan secara
langsung, hanya dikenal ada keberadaannya di sekitar masyarakat. Hasil penilaian
menunjukkan dari 162 spesies, hanya 11 spesies yang termasuk SKB masyarakat
Lekuk 50 Tumbi terdiri dari 8 tumbuhan dan 3 satwa di mana padi dan kerbau
memperoleh skor penilaian tertinggi. Sebagian besar SKB (91%) memiliki peran
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (memiliki nilai ekonomi). SKB hasil
budidaya juga lebih banyak dibandingkan SKB di dalam TNKS karena dipengaruhi
aktivitas masyarakat yang lebih banyak di luar kawasan. Hal ini berdampak positif
dari segi pemanfataan sumberdaya kawasan TNKS karena masyarakat tidak terlalu
tergantung dengan sumberdaya dalam kawasan.
Berdasarkan penilaian, kantong semar merupakan SKB dengan nilai
tertinggi (sangat potensial) dan direkomendasikan sebagai produk utama wisata
eko-budaya yang dikembangkan masyarakat Lekuk 50 Tumbi. Ikan semah,
harimau, padi, kopi, kayu manis, dan kerbau direkomendasikan sebagai produk
wisata pendukung di dalam maupun luar kawasan konservasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Hasil preferensi masyarakat juga menyatakan bahwa sebagian besar
(96,7%) masyarakat ingin terlibat dalam pengembangan SKB sebagai produk
wisata. Kantong semar dan ikan semah adalah jenis SKB yang paling banyak
diminati masyarakat untuk dikembangkan sebagai produk wisata karena sifatnya
yang unik dan tidak dimiliki oleh daerah lain di Kabupaten Kerinci.
Collections
- MT - Forestry [1373]