Show simple item record

dc.contributor.authorHakim, Amehr
dc.date.accessioned2010-05-05T10:51:32Z
dc.date.available2010-05-05T10:51:32Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12505
dc.description.abstractSebagairnana telah kita ketahui bersarna bahwa ikan rne~pakanh ewan vertebrata air yang sangat unik, dirnana setiap jenis ikan memiliki tingkah laku yang berbeda-beda dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Salah satu jenis ikan yang sangat beragam tingkah lakunya adalah ikan-ikan yang berada pada ekosistern terurnbu karang. Kehidupan ikan karang sendiri sangat ditentukan oleh kondisi terurnbu karang sebagai habitatnya. Kondisi terurnbu karang yang bagus rnemungkinkan banyaknya jurnlah species ikan karang yang diternukan. Sebaliknya pada kondisi terurnbu karang yang jelek akan lebih sedikit jumlah species yang diternukan. Kerusakkan terurnbu karang ini terjadi akibat faktor alam dan faktor rnanusia. Kerusakkan yang ditirnbulkan oleh alarn antara lain dengan adanya pengaruh iklirn seperti El Nino dan La Nina, dirnana suhu dan salinitas perairan rnengalarni perubahan yang ekstrern. Sedangkan kerusakkan yang ditirnbulkan oleh rnanusia antara lain penangkapan ikan hias dengan rnenggunakan racun sianida (potasium), penangkapan ikan dengan menggunakan trawl dan born. Berdasarkan ha1 diatas, penelitian ini bertujuan untuk rnengkaji bagaimana struktur kornunitas dan tingkat kesukaan @reference) ikan karang pada daerah terurnbu karang yang telah rnengalami proses bleaching diperairan Arned, Bali Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Mei tahun 2000. Lokasi penelitian dibagi rnenjadi 3 rlaerah pengarnatan yaitu stasiun Tebing, Kebun Koral, dan Reef Check. Pengarnatan ikan varang dilakukan dengan menggunakan rnetode sensus visual. Metode ini dilakukan dengan ?enyelaman bawah air (SCUBA), dirnana pada dasar perairan diletakkan roll meter sepanjang 50 meter yang sejajar dengan garis pantai dan berlawanan dengan arah arus. Pencatatan jata ikan karang dilakukan dengan berenang secara pelan-pelan sehingga ikan karang yang erlihat dapat diidentifikasi pada sabak yang tahan air. Jarak pandang pencatat data adalah tedepan sejauh rnata rnernandang, 5 meter ke arah kin dan kanan. Pencatat datadilarang ieras untuk rnenengok kebelakang agar tidak tejadi pengulangan data. Selanjutnya rengolahan data dilakukan dengan analisis nodul untuk rnelihat tingkat preference ikan karang 2rsebut. Selain pengarnatan ikan karang dilakukan juga pengamatan terhadap penutupan ?rurnbu karang sebagai habitat ikan karang dan parameter fisika kimia perairan sebagai data enunjang rnengenai keadaan urnurn lingkungan perairan. Berdasarkan hasil pengarnatan parameter fisika diperoleh nilai kisaran suhu perairan dalah 280 C - 290 C, kisaran salinitas adalah 3101~- ~33 01~d an kecerahan perairan adalah 00%. Sedangkan parameter kirnia diperoleh nilai derajat keasarnan (pH) adalah 7. Dirnana ilai 7 pada (pH) rnerupakan nilai normal bagi perairan. Penutupan terurnbu karang yang tertinggi pada kedalarnan 3 meter maupun 10 meter rlalah DCA (Death Coral with Algae) dengan kisaran antara 2540 % - 89,80 %. Sedangkan aiang hidup yang masih rnengalarni proses bleaching diternukan pada stasiun Kebun Koral kedalarnan 3 meter dengan persen penutupan sebesar $7%. Berdasarkan kondisi terumbu karang tersebut penelitian ini mencoba untuk mengelompokan ketiga stasiun tersebut kedalam beberapa kelompok stasiun berdasarkan indeks Bray-Curtis. Pada perairan Amed kedalaman 3 meter terdapat 2 kelompok stasiun dimana kelompok stasiun 1 terdiri dari stasiun Tebing dengan ciri banyaknya persentase penutupan kamng hidup. Sedangkan kelompok stasiun 2 terdiri dari stasiun Kebun Koral dan Reef Check yang ditandai dengan tingginya persentase penutupan karang mati. Berbeda pada kedalaman 10 meter pengelompokan stasiun I terdiri dari stasiun Tebing dan Reef Check yang juga ditandai dengan persentase penutupan karang mati yang tinggi. Sedangkan kelompok stasiun 2 yang hanya terdiri dari stasiun Kebun Koral memiliki persentase penutupan karang hidup yang tinggi. Pengelompokan stasiun ini, baik pada kedalaman 3 meter maupun 10 meter digunakan untuk mencari tingkat kesukaan ikan karang yang telah dikelompokan menjadi beberapa kelompok jenis ikan karang. Berdasarkan analisis nodul didapatkan nilai indeks konstansi dan fidelitas yang tinggi dijumpai pada kelompok jenis ikan karang ke-7 pada kedalaman 2 meter kelompok stasiun I. Nilai indeks konstansi kelompok jenis ikan tersebut adalah 1,O dan indeks fidelitas adalah 3,O. Sedangkan pada kedalaman 10 meter kelompok jenis ikan karang yang memiliki nilai indeks konstansi tinggi dan fidelitas tinggi adalah kelompok jenis ikan ke-4 kelompok stasiun 2, lndeks konstansi yang tinggi ini meherangkan bahwa kelompok jenis ikan karang tersebut menempati semua stasiun yang ada dan indeks fidelitas yang tinggi menunjukkan bahwa kelompok jenis ikan tersebut sangat menyukai kelompok sta~iunte rsebut. Pengelompoksn jenis ikan tersebut dapat digunakan untuk melihat struktur kornunitas ikan karang. Pada kedalaman 3 meter struktur komunites ikan karang didaerah Kebun Koral mengalami tekanan ekologis yang kuat dimana nilai indeks keanekaragaman (H') sebesar 0,6742 dan indeks keseragaman (E) sebesar 0,2181 merupakan nilai indeks ytang sangat kecil sedangkan indeks domirlansi daerah Kebun Koral adalah 0,7535 merupakan nilai indeks dominansi (D) yang cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada daerah Kebun Koral kedalaman 3 meter memiliki pola penyebaran yang tidak merata dan bentuk persaingan yang tinggi. Bentuk persaingan ini ditunjukkan juga oleh tingginya nilai kelimpahan ikan Amblyghipidodon curacao sebesar 1050 indi500 m2. Begitu pula yang terjadi pada kedalaman 10 meter, dimana pada daerah Kebun Koral juga mengalami tekanan ekologis yang kuat akibat kecilnya indeks keanekaragaman (H1=0,2335) dan keseragaman (E=0,0862). Sebaliknya nilai indeks dominansi (D) pada daerah ini sangat tinggi yaitu 0,9281 sehingga dapat dikatakan pada daerah Kebun Koral memiliki pola penyebaran yang tidak merata dan bentuk persaingan yang tinggi. Tingginya tentuk persaingan ini ditunjukkan oleh nilai kelimpahan ikan Chrornis arnboinensis yang sangat tinggi yaitu 1100 indl500m2. Birdasarkan data parameter fisika dan kimia dapat disimpulkan bahwa pada daerah Amed merupakan daerah yang baik dan cocok bagi pertumbuhan terumbu karang yang sedang mengalami perbaikan (recovery). Sedangkan kondisi ikan karang pada perairan Amed nengalami tekanan ekologis yang stabil. Berdasarkan analisis nodul ditemukan ikan karang yang bersifat sebagai indikator lingkungan perairan, sehingga jika ikan karang tersebut hilang naka dapat dikatakan bahwa lingkungan perairan tersebut sedang mengalami tekanan ?kologis yang kuat.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleStruktur Kornunitas lkan Karang pada Ekosistem Terurnbu Karang di Perairan Amed, Bali Timur, Tahun 2000id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record