Show simple item record

dc.contributor.authorAmelia, Fitri
dc.date.accessioned2010-05-05T10:41:26Z
dc.date.available2010-05-05T10:41:26Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12463
dc.description.abstractIndonesia adalah negara yang memperjualbelikan berbagai macam komoditas dengan negara luar. Ekspor Indonesia terdiri dari sektor migas dan sektor nonmigas. Sektor nonmigas memberi sumbangan yang lebih besar bagi Indonesia dalam devisa. Dari sektor nonmigas, jika dipecah terdapat sektor pertanian yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Dari sektor pertanian ini terdapat jenis tanaman dari subtanaman holtikultura, yaitu tanaman biofarmaka atau tanaman obat. Seiring dengan peningkatan permintaan dunia akan obat-obatan alami maka permintaan akan tanaman ini ikut meningkat. Dari ribuan jenis tanaman biofarmaka yang sangat dibutuhkan dunia, yang sudah dikembangkan Indonesia untuk komoditas andalan ekspor baru 13 jenis dengan jahe sebagai komoditas andalan yang ditandai dengan perluasan areal dan produksi paling besar diantara 12 jenis tanaman lainnya. Jahe adalah tanaman yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dan dunia, karena kekhasannya yang tidak dapat digantikan dengan tanaman lain. Pada tahun 1993 Indonesia pernah menjadi eksportir dengan nilai ekspor terbesar di dunia dalam komoditas ini. Seiring perkembangan, prestasi ini semakin menurun dengan berada pada peringkat ke-14 pada tahun 2007. Adanya pesaing-pesaing besar dalam perdagangan dunia pada komoditas jahe harus mendorong industri jahe Indonesia untuk meningkatkan kualitas serta kemampuaanya di pasar internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat struktur pasar jahe dunia untuk dapat mengetahui perilaku pasar produsen Indonesia dalam perdagangan internasional. Selain itu, penelitian ini mengukur keunggulan komparatif jahe Indonesia di empat negara tujuan ekspor untuk mengetahui daya saing jahe Indonesia di pasar utama ekspornya. Keunggulan kompetitif jahe Indonesia juga dianalisis untuk melihat keunggulan dan kelemahan dari ekspor jahe Indonesia. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitif yang dianalisis dengan menggunakan Porter’s Diamond. Sedangkan data sekunder digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang dianalasis dengan Rasio Konsentrasi dan Hirschman Herfindahl Index juga untuk mengukur keunggulan komparatif yang dihitung menggunakan Revealed Comparative Advantage. Pada penelitian ini periode waktu yang dianalisis adalah 8 tahun, yaitu sejak tahun 2000 sampai tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar jahe dunia adalah struktur pasar dominan, yang berarti Indonesia adalah price taker dalam perdagangan jahe. Untuk keunggulan komparatif, di pasar Malaysia, Indonesia memiliki daya saing yang baik pada tahun 2000 sampai tahun 2004. Dari tahun 2005 sampai 2007, daya saing Indonesia di pasar ini lemah dengan nilai RCA 3 yang kurang dari satu. Di pasar Singapura, Indonesia memiliki daya saing yang kuat pada tahun 2000 sampai 2002. Setelah tahun 2003 sampai 2007, Indonesia sudah tidak memiliki daya saing yang kuat di pasar ini. Di Jepang, selama tahun 2000 sampai 2007, daya saing Indonesia selalu lemah dengan nilai RCA yang selalu kurang dari satu. Sedangkan di Bangladesh, jahe Indonesia dapat diterima baik selama tahun 2000 sampai tahun 2005, kecuali tahun 2003, karena tahun ini daya saing jahe Indonesia di pasar Bangladesh menurun. Setelah tahun 2005, daya saing jahe Indonesia di pasar ini melemah dengan nilai RCA yang kurang dari satu sampai tahun 2007. Menurunnya daya saing Indonesia disebabkan oleh penurunan nilai ekspor karena menurunnya kualitas jahe Indonesia. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Porter’s Diamond, faktor yang menjadi kekuatan Indonesia di pasar internasional adalah sumberdaya alam, permintaan luar negeri, industri terkait dan pendukung, peranan pemerintah, peranan kesempatan juga persaingan dan struktur pasar. Sedangkan kelemahannya adalah sumberdaya modal, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya infrastruktur, kondisi permintaan domestik. Berdasarkan hasil penelitian, masalah utama ekspor jahe Indonesia adalah produksi yang tidak stabil dan mutu yang kurang baik. Untuk memperbaiki masalah ini maka strategi pengembangan yang dapat dilakukan adalah pembentukan kemitraan antara petani dengan pengusaha dan eksportir, mengadakan bimbingan, pendampingan dan pembinaan kepada msyarakat petani jahe, melakukan teknik budidaya yang tepat, dan perlakuan pemanenan dan pascapanen yang tepat.id
dc.titleAnalisis daya saing jahe Indonesia di Pasar Internasionalid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record