Virus pada Kedelai dan Upaya Pengelolaannya di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat
Date
2023-08-22Author
Cahyati, Iwe
Damayanti, Tri Asmira
Santoso, Sugeng
Metadata
Show full item recordAbstract
Kedelai merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Produksi
kedelai selalu mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Banyak faktor yang
memengaruhi fluktuasi produksi kedelai di Indonesia, salah satunya disebabkan
oleh infeksi virus. Informasi mengenai identitas virus yang menginfeksi tanaman
kedelai dan upaya pengelolaannya di lapangan masih sangat terbatas di Nusa
Tenggara Barat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mendeteksi dan
mengidentifikasi virus yang menginfeksi tanaman kedelai di Bima Nusa Tenggara
Barat serta upaya pengelolaannya di lapangan.
Sampel tanaman bergejala telah dikoleksi dengan metode purposive sampling
yaitu sebanyak 50 sampel daun dari masing-masing lokasi. Wawancara terhadap 40
petani menggunakan kuisioner terstruktur telah dilakukan untuk mendapatkan
informasi hubungan teknik budi daya dengan insidensi penyakit pada kedelai di
lapangan. Sampel diambil dari beberapa pertanaman kedelai di tiga kecamatan yaitu
Palibelo, Bolo, dan Madapangga. Identifikasi virus baru dan virus yang dominan
dilakukan dengan polymerase chain reaction (PCR) atau reverse transcription
(RT)-PCR menggunakan primer universal CP-Potyvirus, CI-Potyvirus,
Begomovirus, dan Polerovirus dan perunutan serta analisis DNA.
Perlakuan pengendalian virus pada kedelai di lapangan terdiri atas kontrol
(A1), kitosan (A2), ekstrak daun bogenvil (A3), kitosan+ekstrak daun bogenvil
(A4), dan perlakuan pembanding insektisida (A5) yang ditanam dalam petak
dengan dan tanpa tanaman pembatas. Insidensi dan keparahan penyakit serta
populasi kutudaun serta AUDPC intensitas diamati dan diukur. Virus yang
menginfeksi tanaman uji dideteksi dengan metode dot immunobinding assay
(DIBA).
Hasil analisis data wawancara petani menunjukkan bahwa varietas kedelai,
asal benih, penggunaan insektisida, dan frekuensi penggunaan pestisida
berpengaruh nyata terhadap insidensi penyakit pada kedelai di lapangan.
Berdasarkan hasil deteksi dan identifikasi, ada 5 virus yang menginfeksi tanaman
kedelai di Bima Nusa Tenggara Barat yaitu Uraria mosaic virus (UMV), Bean
common mosaic virus strain Peanut stripe (BCMV-PSt), BCMV, Pepper yellow
leaf curl virus (PepYLCV), dan Soybean chlorotic leafroll virus (SbCLRV).
Analisis nukleotida menunjukkan bahwa similaritas isolat PepYLCV,
SbCLRV, BCMV, UMV, dan BCMV-PSt berturut-turut berkisar 99,1-99,6%, 96,0-
97,1%, 90-91%, 75,4%, dan 96,0-99,4% terhadap isolat virus yang sama dari
negara lain. Similaritas nukleotida paling tinggi PepYLCV dengan isolat
PepYLCAV (LC387328) asal Indonesia, SbCLRV dengan isolat Cina
(OM507197), BCMV dengan isolat Meksiko (AF328751), UMV dengan isolat
Jepang (LC477217), dan BCMV-PSt dengan isolat Turki (MZ442684).
Analisis pohon filogeni menunjukkan bahwa hampir semua virus yang
teridentifikasi di Bima berada dalam satu kluster dan terpisah dengan kelompok
isolat negara lain, kecuali UMV dan BCMV-PSt. Virus dari Bima tidak sedikit
memiliki kelompok yang dekat dengan isolat Indonesia. Penelitian ini merupakan
laporan pertama PepYLCV menginfeksi tanaman kedelai di NTB, serta laporan
pertama SbCLRV dan UMV menginfeksi tanaman kedelai di Indonesia.
Efektivitas perlakuan pada petak dengan tanaman pembatas mampu
menurunkan populasi kutudaun, insidensi dan keparahan penyakit lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan yang sama pada petak tanpa tanaman pembatas.
Hasil pengujian perlakuan pengendalian terhadap populasi kutudaun di lapangan
menunjukkan sangat efektif jika dilakukan kombinasi pengelolaan terpadu seperti
penggunaan kitosan, ekstrak daun bogenvil, dan kitosan+ekstrak daun bogenvil
yang dikombinasikan dengan penggunaan tanaman pembatas jagung. Perlakuan
pengendalian yang dikombinasikan dengan penggunaan tanaman pembatas tersebut
juga terbukti mampu mengurangi intensitas penyakit mosaik pada kedelai di
lapangan, selain itu perlakuan kitosan+ekstrak daun bogenvil dengan tanaman
pembatas mampu meningkatkan produksi kedelai melebihi perlakuan pembanding
(insektisida). Efektivitas perlakuan kitosan, ekstrak daun bogenvil, kombinasi, dan
insektisida dalam mengendalikan kutudaun pada petak tanpa tanaman pembatas
memiliki efektivitas sebesar 36,8-53,8%, sedangkan perlakuan yang sama dalam
petak dengan tanaman pembatas sebesar 57,1-84,8%, sedangkan efektivitas
perlakuan kitosan, ekstrak daun bogenvil, kombinasi, dan insektisida dalam
menurunkan insidensi dan keparahan penyakit pada petak tanpa pembatas ialah
berkisar 37,5-80,6% dan 55,4-87,3%, sedangkan pada petak dengan pembatas
berkisar 53,1-86,3% dan 69,2-91,0% bergantung pada perlakuan.
Perlakuan kitosan, ekstrak daun bogenvil, dan kombinasi pada petak dengan
tanaman pembatas bisa dijadikan acuan petani untuk mengendalikan infeksi virus
dan meningkatkan produksi kedelai. Berdasarkan analisis DIBA menunjukkan
terdapat 3 spesies virus yang terkonfirmasi positif di lahan percobaan yaitu BCMV,
BYMV, dan CPMMV.
Collections
- MT - Agriculture [3689]