Ekobiologi Reproduksi Sebagai Dasar Pengelolaan Ikan Kawan (Poropontius tawarensis Weber and De Beaufort, 1916) Di Danau Laut Tawar, Aceh.

Abstract

Ikan Kawan merupakan salah satu ikan dari famili cyprinidae dan merupakan jenis ikan endemik di Danau Laut Tawar. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji aspek ekobiologi reproduksi ikan kawan dan menyusun alternatif pengelolaan ikan kawan (P. tawarensis Weber andBeafort, 1916) di Danau Laut Tawar. Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan dari bulan Januari sampai September 2022. Parameter yang diamati adalah hubungan panjang-berat, faktor kondisi, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad (GMS), ukuran pertama kali matang gonad (Lm), indeks kematangan gonad (IKG), potensi reproduksi, tipe pemijahan dan spawning potential ratio (SPR). Jumlah sampel sebanyak 1.170 ekor, terdiri dari 783 ekor betina, 387 ekor jantan. Kisaran panjang total ikan tersebut berkisar antara 42.4-152.2 mm (betina) dan 16.3-123.6 mm (jantan). Nisbah kelamin ikan kawan dilihat berdasarkan waktu dan stasiun pengamatan menunjukan bahwa nisbah kelamin yang tidak seimbang. Berdasarkan distribusi GMS dan indeks kematangan gonad puncak pemijahan terjadi pada bulan Juli dan persentase GMS paling tinggi terdapat pada stasiun Kebayakan. Ukuran tubuh ikan yang pertama kali matang gonad adalah 90.30 mm (betina), dan 81.96 mm (jantan). Potensi reproduksi ikan P. tawarensis adalah 2.351-10.248 butir telur, dan tidak memiliki korelasi dengan berat tubuh. Tipe pemijahan ikan P. tawarensis menunjukkan bahwa ikan ini memiliki tipe pemijahan pemijahan total (total spawner) yang dilihat berdasarkan analisis perkembangan oosit dan distribusi ukuran telurnya. Nilai SPR Ikan P. tawarensis di Danau Laut Tawar bernilai 11% yang mengindikasikan bahwa ikan ini masuk kedalam kategori over-exploited. Kisaran sebaran suhu di lima stasiun penangkapan ikan P. tawarensis di Danau Laut Tawar berkisar antara 24-30.5°C, kedalaman berkisar antara 4.0-7.1 meter dan pH berkisar antara 7.20-8.25. Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan antara lain membentuk kawasan konservasi pada stasiun Kebayakan karena merupakan lokasi yang paling potensial sebagai kawasan pemijahan dan asuhan ikan, mengatur kegiatan penangkapan pada saat puncak musim pemijahan ikan dan mengatur penangkapan melalui ukuran mata jaring yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan ukuran gonad yang pertama kali matang gonad.