Show simple item record

dc.contributor.authorHasibuan, Gading Putra
dc.date.accessioned2010-05-05T10:15:53Z
dc.date.available2010-05-05T10:15:53Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/12381
dc.description.abstractSurut astronomis terendah yang selama ini digunakan sebagai chart datum seperti pada pemetaan, navigasi dan penetapan batasan wilayah ditentukan berdasarkan surut terendah dari superposisi komponen harmonik pasang surut (pasut) dalam selang waktu 18,6 tahun. Namun, sebenarnya saat ini belum ada ketentuan yang baku dalam menentukan surut astronomis terendah sehingga diharapkan melalui suatu analisis terhadap surut astronomis terendah yang selama ini digunakan maka dapat ditemukan suatu cara baru dalam menentukan surut astronomis terendah. Pertama menganalisis amplitudo setiap komponen harmonik pasut untuk memastikan bahwa pada saat surut astronomis terendah setiap komponen harmonik pasut berada dalam amplitudo minimum karena superposisi dari amplitudo minimum setiap komponen harmonik pasut pada waktu yang bersamaan akan menghasilkan surut astronomis terendah yang maksimum. Kedua menganalisis selang waktu 18,6 tahun untuk memastikan bahwa pada saat surut astronomis terendah selang waktu 18,6 tahun berada dalam periode satu gelombang karena terdapat nilai terendah yaitu lembah dalam satu gelombang yang merupakan surut astronomis terendah. Data yang digunakan adalah data pasut satu tahun (2007) dari Bakosurtanal di Perairan Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap, dan Benoa yang kemudian diolah menggunakan perangkat lunak World tides (Matlab) dengan metode least squares sehingga menghasilkan komponen harmonik pasut M2, S2, N2, K2, K1, O1, dan P1. Ketujuh komponen ini dipilih berdasarkan persentase amplitudo terbesar dari 35 komponen harmonik pasut yaitu persentase amplitudo di atas 2% dengan kisaran persentase amplitudo kumulatifnya 82,34% sampai 86,40%. Melalui komponen tersebut kemudian dilakukan perkiraan perubahan pasut hingga 18,6 tahun dan 10.000.000 jam (1.140,77 tahun). Hasil analisis pertama menunjukkan bahwa amplitudo minimum setiap komponen harmonik pasut di lima lokasi tidak berada pada waktu yang bersamaan selama 18,6 tahun dan 1.140,77 tahun sedangkan hasil analisis kedua menunjukkan bahwa melalui cara visual terbentuk empat gelombang dalam selang waktu 18,6 tahun sehingga periode satu gelombang adalah 4,65 tahun. Jadi, surut astronomis terendah di Perairan Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap, dan Benoa ditentukan berdasarkan superposisi komponen harmonik pasut (M2, S2, N2, K2, K1, O1, dan P1) dalam selang waktu 4,65 tahun. Amplitudo dan waktu surut astronomis terendah tersebut adalah 0,213 m di Sabang (04/03/2007 22:00 WIB), 1,297 m di Sibolga (13/09/2007 07:00 WIB), 1,163 m di Padang (05/03/2007 19:00 WIB), 0,293 m di Cilacap (22/04/2008 19:00 WIB), dan -0,491 m di Benoa (21/04/2008 09:00 WITA).id
dc.titleAnalisis Surut Astronomis Terendah di Perairan Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap dan Benoa Menggunakan Superposisi Komponen Harmonik Pasang Surut.id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record