Show simple item record

dc.contributor.advisorKamal, Mohammad Mukhlis
dc.contributor.advisorTaryono
dc.contributor.advisorNurfiarini, Amula
dc.contributor.authorHedianto, Dimas Angga
dc.date.accessioned2023-08-09T08:13:41Z
dc.date.available2023-08-09T08:13:41Z
dc.date.issued2023-08-07
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123346
dc.description.abstractIkan spesies asing invasif (SAI) adalah spesies ikan tertentu yang masuk ke dalam suatu lingkungan baru, baik disengaja maupun tidak disengaja, yang dapat menyebabkan dampak negatif secara ekologi maupun ekonomi. Kasus introduksi ikan invasif di perairan darat banyak didominansi oleh jenis ikan dari famili Cichlidae, terutama jenis ikan red devil (Amphilophus spp.). Ikan red devil merupakan ikan introduksi yang berasal dari Amerika Tengah. Waduk Sermo yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta adalah perairan darat yang memiliki dominansi tinggi dari dua jenis red devil, yaitu A. citrinellus dan A. labiatus. Keberadaan ikan asing invasif merupakan isu strategis nasional karena berpotensi mengancam keanekaragaman hayati. Dukungan informasi biologi ikan asing invasif diperlukan oleh stakeholders sebagai upaya pengendalian populasinya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis status stok dan estimasi biomassa dari populasi ikan red devil di Waduk Sermo; (2) menganalisis selektivitas jaring insang sebagai dasar untuk upaya pengendalian ikan red devil di Waduk Sermo; dan (3) menganalisis skenario upaya dan biaya pengendalian untuk populasi ikan red devil di Waduk Sermo. Pengambilan sampel ikan dilakukan sebanyak enam kali, pada bulan Agustus 2021-Januari 2022 dengan penentuan stasiun penelitian secara acak berlapis menggunakan jaring insang percobaan dengan berbagai ukuran mata jaring (0,75-2,50 inci dengan interval 0,25 inci; twine=0,15 mm; hanging ratio=60%). Pengumpulan data terdiri atas data primer (data panjang-bobot, data produksi tangkapan, jenis kelamin, dan data kualitas air) dan data sekunder. Percobaan penangkapan ikan secara langsung dilakukan dengan memasang jaring insang percobaan secara sejajar garis pantai yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada pagi hari (17.00-07.00). Analisis data yang dilakukan meliputi karakteristik dan preferensi habitat, analisis komunitas ikan, aspek biologi ikan invasif, dinamika populasi, status stok, selektivitas jaring insang, estimasi biomassa, dan analisis skenario upaya dan biaya pengendalian. Kondisi kualitas air di Waduk Sermo secara umum masih baik untuk perikanan. Nilai parameter kualitas air yang melewati ambang baku mutu adalah kecerahan dan oksigen terlarut. Oksigen terlarut menjadi faktor pembatas sebaran vertikal bagi komunitas ikan di Waduk Sermo. Karakteristik habitat di perairan Waduk Sermo tergolong homogen berdasarkan data kualitas air permukaan-kolom perairan yang dianalisis menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Hasil analisis biplot dari sebaran komunitas ikan menggunakan analisis multivariat Correspondence Analysis (CA) didapatkan bahwa ikan red devil A. citrinellus dan A. labiatus menyebar di seluruh stasiun dengan jarak keduanya yang sangat dekat dibandingkan terhadap jenis ikan lainnya. Korelasi ikan red devil A. citrinellus dan A. labiatus terhadap lingkungan menunjukkan pola yang sama. Kedua jenis ikan memiliki keeratan sebaran yang sangat tinggi satu sama lain. Faktor lingkungan yang berkorelasi positif terhadap sebaran ikan red devil adalah oksigen terlarut dan pH. Korelasi antara tinggi muka air dengan produksi tangkapan ikan red devil per bulan menunjukkan hubungan berbanding terbalik yang cukup erat. Jumlah total sampel yang didapatkan pada penelitian ini adalah 5.219 ekor yang terdiri atas 4 famili, 8 genera, dan 10 spesies. Ikan red devil Amphilophus spp. mendominasi komunitas ikan di Waduk Sermo sebesar 90,25%. Ikan red devil mendominasi pula secara spasio-temporal. Ikan red devil yang tertangkap terdiri atas dua spesies, yaitu A. citrinellus dan A. labiatus dengan total sampel masing-masing sebanyak 2.204 ekor dan 2.602 ekor. Hubungan panjang-bobot ikan red devil mengikuti pola pertumbuhan isometrik dengan nisbah kelamin seimbang. Ikan red devil A. citrinellus dan A. labiatus jantan memiliki ukuran pertama kali matang gonad (Lm50 dan Lm95) yang lebih besar daripada ikan betinanya. Pertumbuhan ikan red devil (Amphilophus spp.) mengikuti persamaan Lt=19,3[1-e-0,31(t+0,61)] dari metode ELEFAN SA. Performa pertumbuhan (Ф') ikan red devil A. citrinellus dan A. labiatus di alam relatif sama. Mortalitas alami ikan red devil Amphilophus spp didapatkan sebesar 0,65 tahun-1 dengan mortalitas penangkapan (F) sebesar 0,70 tahun-1, sehingga mortalitas total (Z) didapatkan sebesar 1,35 ± 0,11 tahun-1. Laju eksploitasi berada pada tingkat pemanfaatan yang optimum. Status stok ikan red devil yang dianalisis menggunakan rasio potensi pemijahan berbasis data panjang (LB-SPR) menunjukkan kondisi yang baik dan berkembang dengan sebesar 29%. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat invasif terhadap komunitas ikan cukup tinggi. Estimasi biomassa ikan red devil didapatkan sebesar 1.835,21 ± 188,75 kg. Target biomassa untuk pengendalian diupayakan tersisa sebesar 19% dari biomassa awal dengan estimasi tersisa 348,69 ± 70,29 kg atau total produksi tangkapan sebesar 1.486,52 ± 299,65 kg. Pengendalian ikan red devil efektif menggunakan jaring insang dengan mata jaring 1,25 dan 1,50 inci dengan panjang optimum masing-masing adalah 8,6 dan 10,3 cm (chi-square P>0,05). Penangkapan perlu dilakukan pada rentang Juni-Agustus di sepanjang zona litoral Waduk Sermo. Upaya pengendalian minimum (titik acuan target) dari populasi ikan red devil perlu dilakukan penambahan upaya penangkapan sebanyak 324% dari kondisi saat ini yang dilakukan oleh 8 orang/trip dengan rata-rata CPUE sebesar 23,71 kg/trip dengan estimasi mendekati target pengendalian dalam waktu 208 hari atau 7 bulan. Pengendalian berbasis perlombaan merupakan upaya maksimum yang dapat dilakukan dengan penambahan upaya penangkapan sebanyak 3.371% dari kondisi saat ini yang dilakukan oleh 78 orang/trip dengan rata-rata CPUE sebesar 246,51 kg/trip dengan estimasi mendekati target pengendalian dalam waktu 25 hari atau 0,8 bulan. Biaya penebaran sebagai biaya pengganti didapatkan sebesar 122 juta rupiah dengan total ikan tebaran sebanyak 122,603 ekor ikan bandeng. Biaya pengendalian berbasis masyarakat dan perlombaan diestimasi sekitar 462 juta dan 584 juta rupiah. Program pengendalian berbasis perlombaan direkomendasikan sebagai upaya yang lebih efektif dan efisien dibandingkan pengendalian berbasis masyarakat. Hal ini didasari pada tingginya peluang keberhasilan dalam menangkap sejumlah besar dari biomassa red devil dalam waktu relatif cepat dan peluang partisipasi yang tinggi dari masyarakat.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKarakterisasi Populasi Ikan Red Devil (Amphilophus spp.) sebagai Dasar Pengendalian Ikan Invasif di Waduk Sermo, Yogyakartaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordBiaya pengendalianid
dc.subject.keywordEstimasi biomassaid
dc.subject.keywordInvasifid
dc.subject.keywordRed devilid
dc.subject.keywordSkenario pengendalianid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record